You Are My Heaven Part 8



By : LOVELO

"Kau masih hidup Layung.." suara Starlight Angel pelan saja tapi sangat mengejutkanku.
Aku terperangah.
"Beb.. Benarkah?" tanyaku terbata. Aku masih tidak percaya.
"Ya, kau masih hidup Layung, dan aku juga, Starlight Angel baru saja memberi tahu aku.." Raga menyentuh bahuku.
Kepalaku terasa pening, aku berusaha mengingat semua..
Ya, aku baru ingat, bukan Deathy Angel yang datang saat itu tapi Starlight Angel, dan Queen Angel berkata karena aku istimewa makanya aku masih bisa mengingat keluargaku juga perasaan cintaku, dan baru aku sadari, semua itu karena.. Karena aku masih hidup!
"Mobil yang bertabrakan dengan mobilmu, itu aku.." Raga berkata pelan, wajahnya menunduk dalam.
Aku mendengarnya, tapi hatiku masih dipenuhi euforia setelah mendengar kenyataan kalau aku masih hidup.
"Itu salahku.." kataku kemudian.
"Kalian berdua, apa ingin bertemu Mama Papa kalian dulu sebelum kembali ke Heavensnow?" tawaran yang menyenangkan dari Starlight Angel, tentu saja kami berdua tidak ingin menolaknya.
Disentuhnya bahuku dan bahu Raga, dan hanya satu kedipan mata, kami bertiga sudah berada di Rumah Sakit.
Kami lebih dulu mengunjungi ruang ICU tempat Raga dirawat.
Dari kaca pintu, aku melihat ada seorang wanita seumur Mamaku yang sedang menunggui tubuh Raga yang masih dalam keadaan koma, pasti itu Mamanya Raga, pikirku pilu, aku membayangkan Mamaku..
Terdengar isak kecil.
Aku menoleh kesampingku dan melihat Raga sedang menangis memandang Mamanya.
Tanpa sadar tanganku memeluk bahunya, menepuk pelan seperti yang biasa aku lakukan pada Orion ketika dia sedang bersedih.
Starlight Angel memberiku isyarat untuk meninggalkan Raga sendirian.
Ya, Raga pasti ingin menikmati kebersamaan dengan Mamanya meski hanya menatapnya dari jauh.
Tapi ketika aku ingin beranjak pergi, tangannya menarik tanganku.
Kutatap matanya yang basah.
"Terima kasih.." bisiknya lirih sambil mencoba menarik sudut bibirnya menjadi sebuah senyuman.
"Aku yang harusnya berterima kasih, terima kasih telah menolongku.." aku membalas senyumannya.
Dalam sekejap, dia menorehkan kesan yang mendalam dibenakku.
Aku bergegas pergi menuju kamar ICU yang letaknya berseberangan dengan kamar Raga.
Di ruangan itulah aku melihat tubuhku sendiri terbaring dengan dipenuhi peralatan medis yang membantuku untuk tetap bertahan hidup.
Elektrokardiograf diatas ranjang tempatku berbaring menunjukkan jantungku masih berfungsi.
Dan aku melihat Mama disana, sedang menggenggam tanganku.
Mama..
Ini Layung Ma, Layung disini Ma..
Aku merapatkan tubuhku kepintu, menempelkan seluruh wajahku ke kaca demi bisa menatap Mama lebih dekat.
Tangisku pecah. Dadaku terasa sesak, aku sedemikian dekatnya dengan Mama tapi tak bisa menyentuhnya. Aku ingin sekali, aku sangat ingin dipeluk Mama.
"Sudah waktunya.." Starlight Angel menepuk bahuku.
Tidak!
Aku masih ingin disini, aku masih ingin bersama Mama, teriakku dalam hati.
Lalu tiba-tiba semuanya gelap.
#####
Bagiku dia adalah nyanyian hujan, dan aku pelangi.
Selamanya akan tetap seperti itu, meski terkadang takdir tak selalu berpihak padaku.
Orion..
Namanya seperti sihir, yang ketika aku menyebutnya, seluruh tubuhku berlari mencarinya.
"Selamat datang kembali di Heavensnow.." kalimat pertama yang aku dengar ketika aku membuka mataku. Aku mengedarkan pandanganku keseluruh ruangan, aku mengenalinya sebagai apartemen milik Queen Angel.
Queen Angel, malaikat cantik itu berdiri dihadapanku. Safir dimatanya seperti tersenyum mengikuti tarikan kecil disudut bibirnya.
"Queen.." sapaku lirih, tapi mataku berpaling kesemua sudut ruangan, aku mencari seseorang..
Orion.
Dia tidak menyambutku? batinku sedih.
"Kau mencari Orion?" Queen Angel menatapku masih dengan senyumnya.
"Ya.." aku mengangguk resah.
"Karena kau berhasil melakukan tugasmu, seperti janjiku, aku akan mengantarnya ke pintu surga.."
Deg.
Jantungku berdetak kacau. Aku tidak fokus dengan kalimat Queen Angel.
Orion..
Bagaimana mungkin dia pergi tanpa menungguku!
Ya Tuhan..
Aku bahkan belum sempat mengucapkan selamat jalan padanya.
Aku meluruh jatuh dikedua lututku, tanpa bisa kutahan air mata menetes satu-satu dari kelopak mataku.
"Layung.." sebuah sapaan lembut terdengar ditelingaku.
Suaranya seperti sihir yang ketika dia menyebut namaku, seluruh tubuhku menyerah untuk berbalik kearahnya.
Berdiri diujung sana, masih dengan pesona yang sama seperti pertama kali aku jatuh cinta padanya.
Orion.
Tanpa kusadari tubuhku bergerak sendiri, berlari ketempat Orion yang berdiri dengan senyumannya.
Aku memeluknya erat, kutiadakan jarak diantara kami, karena rindu ini butuh tempat untuk bertahta.
"Aku pikir kau telah meninggalkanku tanpa menemuiku lebih dulu.." kubenamkan wajahku dilehernya.
"Tentu saja aku tidak bisa melakukannya, bagaimana mungkin jika diluar sana seseorang sedang memperjuangkan hidupku, sedangkan aku disini tak bersedia menunggunya.." Orion balas memelukku, sekejap saja lalu kemudian menguraikannya.
Tidak!
Aku masih ingin berada didalam pelukannya!
Kurengkuh kembali tubuh Orion, kusembunyikan dalam dekapanku.
"Diamlah sebentar saja, aku mohon.." bisikku sambil menguatkan pelukanku. Orion tidak melawan, aku merasakan jantungnya juga berdegup kencang seperti jantungku. Aku bisa merasakannya..
Tiba-tiba aku teringat akan satu hal. Kulepaskan pelukanku dengan berat hati.
"Queen, kenapa kau tidak bilang padaku kalau sebenarnya aku masih hidup?!"
"Aku tidak punya alasan untuk mengatakannya padamu.." Queen Angel menjawab sambil lalu, dia santai sekali duduk dikursi malas yang dipenuhi bulu angsa sambil memeluk kucingnya.
"Iya.. Tapi.." aku malah kesulitan bicara sekarang.
"Starlight Angel sudah kembali dari berliburnya, bersiaplah untuk kembali ke dunia sebagai dirimu sendiri.." Queen Angel menatapku dan Orion bergantian.
"Dan seperti janjiku, aku akan mengantarkan Orion ke pintu surga.." Queen Angel tersenyum, lalu berdiri melangkah mendekati Orion.
Inikah waktunya untuk melepasmu pergi selamanya Orion? Aku.. Aku masih ingin bersamamu. Jangan pergi Orion, pintaku dalam hati.
Sekuat mungkin aku menahan air mata ini agar tak jatuh, aku tidak ingin Orion melihatku menangis. Tapi aku tak bisa, dengan liarnya air mataku menetes.
Beberapa waktu yang lalu aku begitu senang mengetahui kenyataan kalau aku masih hidup, tapi sekarang, aku menyadari ketakutanku bahwa aku akan menjalani lagi hidupku didunia, dan kali ini tanpa Orion..
"Jangan menangis.." Orion mengusap lembut air mataku.
"Aku memang tidak mengingat apapun tentangmu, tapi aku yakin kalau kau adalah seseorang yang sangat berarti semasa hidupku, hatiku yang mengatakannya. Terima kasih untuk surga yang kau berikan padaku, Layung.." digenggamnya tanganku.
Pandanganku mengabur karena gerimis dimataku, dan degup jantungku yang menghentak membuat dadaku sesak.
Aku merogoh kantong celanaku, mengambil sesuatu disana, mematahkannya jadi dua dan memberikannya satu pada Orion.
"Apa ini?" Orion memandangi benda kecil warna-warni ditelapak tangannya.
"Hadiah dari Starlight Angel, itu hiasan berbentuk pelangi. Aku akan menyimpan yang separuh ini agar aku selalu ingat kalau yang separuhnya lagi ada padamu.."
Orion tersenyum, digenggamnya patahan pelangi terbuat dari kayu itu kuat-kuat.
"Terima kasih Layung, jaga dirimu baik-baik.." suara Orion mulai terdengar parau, dia menahan tangisnya.
Queen Angel lalu menggamit bahu Orion, membuat pegangan tanganku dan tangan Orion terlepas.
Aku memejamkan mata dan membalikkan badanku, aku tidak ingin melihat punggungnya pergi dan menjauh dariku, aku tidak ingin melihat dia hilang dari pandangan mataku.
Aku tidak ingin Orion pergi, aku ingin dia Tuhan..
Hanya satu detik, kuputuskan untuk membalikkan badanku kembali, aku ingin melihatnya, aku ingin melihatnya sekali lagi, mungkin untuk terakhir kali. Tapi ternyata hanya sepi, karena Orion sudah tak terlihat lagi.
Taukah kalian bagaimana rasanya?
Kosong, tapi terasa sesak.
.....................................................................................
BERSAMBUNG~

0 komentar:

Posting Komentar