Pernahkah kalian merasa ditemani oleh kesendirian, penyesalan, dan seolah jatuh dari tempat yang kalian gunakan untuk bersandar? Bila pernah maka kalian hebat, lalu pernahkah kalian memikirkan serentetan uraian kenangan dan kebahagiaan yang terenggut oleh kesalahan serta penyesalan yang kalian sebabkan sendiri? Bila pernah maka kalian luar biasa. Ya, kalian luar biasa...
Siang ini aku sedang membersihkan kamar kostku yang berantakan karena tadi malam aku kedatangan dua temanku untuk melakukan hal yang gila, kalian tahu apa hal gila itu? (*aku berpikir bila kau sedang “main” bersama teman-temanmu itu -_-*) Maksudku secara harfiah kami memang gila-gilaan tadi malam!! Biar aku perjelas, kami bermain gitar dengan volume keras sambil menyanyikan lagu yang entah dari mana asalnya, bercanda tentang aksi bodoh salah satu temanku di belakang guru ketika ia hendak ke kamar mandi, membicarakan si ‘cantik kutu buku’ yang menjadi salah satu idola sekolah kami lalu di tutup dengan candaan salah satu temanku yang menirukan gaya pidato kepala sekolah kami yang bisa dibilang agak “melambai”. Hahaha ya kami sangat konyol tadi malam. Saking konyolnya aku sampai tertidur hampir setengah hari. (*itu karena teler apa karena ngatuk?*)
Kembali dengan merapikan kamar, mulai dari membersihkan ceceran sampah hasil kegilaan tadi malam, merapikan buku pelajaran dan beberapa laporan praktikum yang berserakan di bawah meja. Entah secara tak sengaja aku menemukan sebuah buku dengan sampul warna hitam terselip di bawah tumpukan buku pelajaran. Hahaha ini konyol... Maksudku apa perlu aku buka buku catatan itu lagi? (*tentu saja bodoh!, bila buku itu tidak ada, maka dari mana cerita ini dimulai?*) oh iya
Bukankah itu adalah buku?... tidak.. ah, maksudku catatan? Ya aku rasa Itu adalah catatan yang sangat berharga karena dulu aku sering menulis coretan-coretan kehidupanku semasa SMP di setiap lembar catatan tersebut, terutama coretan yang menceritakan keadaanku yang bisa dibilang labil dan ‘berbeda’ di kala itu. Mungkin sekarang masih sama? (*lebay bilang aja iya!*) Diamlah jangan ambil alih prolog milikku! (*terserah saja :v*)
Aku mengambil catatan tersebut lalu membukanya pada halaman pertama. Di situ tetulis sebuah kata “The Note’s”. Entah dari mana kata tersebut. Ah, Lupakan!
Di bawahnya terlukis sebuah kotak berwarna hitam yang diangkat oleh sosok yang berjubah hitam dan bersayap putih. “Lagi-lagi konyol!” kalimat tersebut keluar begitu saja dari mulutku tanpa seizin empunya. Rasanya setelah melihat lembar pertama tersebut, dapat disimpulkan bahwa aku terlalu labil ya? Bodoh! (*baru sadar? Baguslah...*) Kau!!! Diamlah untuk beberapa paragraf!!! =.= (*....*) Bagus!
Pada halaman yang kedua terdapat garis-garis putih... tapi.... oh, ternyata hanya lembaran kosong baiklah kita lanjutkan pada halaman ketiga yang di situ terdapat hasil dari tulisan tanganku yang melekat begitu bagus, saking bagusnya tidak bisa di mengerti oleh orang lain. Maklum, dulu aku terbiasa menulis dengan sandi rumput yang terlalu susah untuk dimengerti . Mataku mulai berselancar ria membaca isinya...
-Unknow Date-
“Maafkan aku sahabatku, karena selama ini aku salah mengartikan perasaan ini kepadamu. masih ingatkah kamu pada tanggal 17 Januari 2012? Ya, itu adalah waktu yang paling berat untuk kita lalui. (Ah, tidak. Maksudku waktu yang paling berat untuk ku lalui sendiri) Aku telah mengakui seluruh perasaanku kepadamu, maaf kalau kamu masih belum bisa menerima semua ini. Aku rasa perasaanku cukup untuk mengejutkanmu bukan? Ya, seorang sahabat yang bisa menyukai sahabatnya sendiri apalagi sahabat tersebut adalah... (setidaknya aku tidak perlu menjelaskannya karena kamu sudah tahu akan keadaanku)....”
“Maafkan aku sahabatku, karena selama ini aku salah mengartikan perasaan ini kepadamu. masih ingatkah kamu pada tanggal 17 Januari 2012? Ya, itu adalah waktu yang paling berat untuk kita lalui. (Ah, tidak. Maksudku waktu yang paling berat untuk ku lalui sendiri) Aku telah mengakui seluruh perasaanku kepadamu, maaf kalau kamu masih belum bisa menerima semua ini. Aku rasa perasaanku cukup untuk mengejutkanmu bukan? Ya, seorang sahabat yang bisa menyukai sahabatnya sendiri apalagi sahabat tersebut adalah... (setidaknya aku tidak perlu menjelaskannya karena kamu sudah tahu akan keadaanku)....”
Aku tersenyum membaca catatan itu haha. Konyolnya diriku. “Sebelumnya aku berencana mengungkapkan semua persaanku kepadamu agar tidak mengganggu pikiranku yang sedang kacau disaat kita akan menghadapi Ujian Nasional. Tetapi semua itu kupendam kembali karena kulihat dari perlakuanmu padaku yang sudah mulai renggang, kamu menghindar dari setiap pandanganku. Tentu aku meng.......”
-------
“Cklekkk......”
Tiba-tiba pintu kamarku terbuka. Masuklah seseorang ke dalam kamarku dengan santainya.
-------
“Cklekkk......”
Tiba-tiba pintu kamarku terbuka. Masuklah seseorang ke dalam kamarku dengan santainya.
“Hadeh....... lagi-lagi kamu Rev, lainkali ketuk pintunya sebelum masuk ke kamarku!” kataku tanpa membalikkan badanku, karena aku cukup melihat ‘penyusup’ itu dari kaca jendela yang membiaskan bayangan dirinya.
“Kamu bisa baca notifikasi di pintu kamarku kan?”
“Hehehe iya maaf kelupaan.” Balasnya dengan tampang basa-basi. Huh dasar.
Dengan segera kututup catatan yang sedari tadi kubaca dan meletakkannya kembali di atas meja belajarku. Dan aku mulai membalikkan badanku dengan memutarkan kursi dari meja bejarku (*oh, kursi yang bisa diputar 360˚...*)
Dengan segera kututup catatan yang sedari tadi kubaca dan meletakkannya kembali di atas meja belajarku. Dan aku mulai membalikkan badanku dengan memutarkan kursi dari meja bejarku (*oh, kursi yang bisa diputar 360˚...*)
Kulihat ‘penyusup’ perempuan itu berjalan mendekatiku dengan membawa kotak makan. Atau lebih tepanya bekal makanan.
“Oi, Kak...!” panggilnya dengan volume yang bisa dibilang ‘menyilaukan’ telinga para pendengarnya.
“Hmm... apa?”, Aku jawab dengan nada yang datar dilengkapi dengan mimik yang datar pula, begitulah ekspresi yang biasa ku pakai untuk menghadapi anak yang satu ini.
“Ini kak! aku bawakan nasi goreng hasil buatanku sendiri Lhooo... kakak belum makan kan? nanti wajib dihabisin ya?!?! Terus jangan lupa minum suplemen ya kak!, Biar nggak sakit, sekarang musim pancaroba kan? Hehehe.” katanya dengan kalimat semangat yang bertubi-tubi, dan sangat ‘deras’. Yaampun
“Kak Nico mana?” Tanyaku masih dengan mimik pertama (*lihat mimik di atas kalo belum tau*) tanpa menggubris kata-katanya barusan, sambil menerima kotak makan tersebut.
“Eeeeh, Kacaaang MAHAL ya ternyata?!! ” teriaknya ketus dengan menekan kata ‘MAHAL’. Rautnya pun berubah menjadi cemberut. Sambil menggembungkan pipinya. Yang berujung pada sebutan ‘maanyun’...
“Hahaha bercanda kok, jangan marah dong Rev...”, kataku sambil mengacak rambut pendeknya. Menggemaskan itulah kata yang cocok untuk penyusup berumur 15 tahun ini.
“Selalu aja dijailin kayak gini. Pagi-pagi udah bikin dongkol orang!!!”. Katanya dengan nada marah-manja.
‘Hhh... dasar nih anak, tingkahnya minta ampun. Sabar...” Cerocosku dalam hati untuk menyemangati diri sendiri.
“Tuh, Kak Nico baru nungguin di mobil. Buruan mandi sana!, kita jadi ke bukit bintang kan?”
“Aku aja nggak tau mau kemana.... Ya Bentar yaaa, aku selesaiin dulu bersih-bersih kamarnya.”
“Ugh, kelamaaaan... udah buruan mandi! ntar biar aku yang bersihin kamarnya.” Perintahnya sambil mendorongku ke kamar mandi yang berada tidak jauh dari kamarku.
“Eeeeh... jangan dorong-doronglah aku kan bisa jalan sendiri!” kataku menghentikan perlakuannya.
“Atau jangan-jangan kamu mau ikut mandi ya? Hayoo?” Candaku pecah setelah sampai di depan pintu kamar mandi. (*Uhuk... Uhuk... Somprett!!! Candaan macam apa itu?*) Wkwkwkwk biarin
“BUkkkk.... Braaakk... Bukkk...”
Dengan cepat Revy memasang wajah evilnya lalu memukulku menggunakan sapu yang entah dari mana dia dapat.
“Hahaha.... Aduuuh, hahaha sakiiiit... ampun tuan puteri.” Teriakku sambil tertawa terbahak-bahak.
“Dasar mesum! Kakak macam apa itu ?” Wajahnya menjadi serius angker, hahaha. Ya ampun.
“Emang.... Week” jawabku sambil menjulurkan lidah. Hha
Dengan sigap aku masuk kamar mandi dan segera melakukan ritual mandi bebek. (*emang ada mandi yang kayak gituan?*) Eh suka-suka penulis lah...
Sebelumnya, kulihat Revy kembali untuk merapikan dan membersihkan kamarku, Mungkin?
Sebelumnya, kulihat Revy kembali untuk merapikan dan membersihkan kamarku, Mungkin?
Setelah selesai, Aku segera memakai baju dan celana tentunya. Lalu berlari kecil menuju kamar dan kulihat catatan itu masih tergeletak manis di atas meja dengan posisi terbuka, tapi kulihat Revy sudah tidak ada di dalam kamar. Mungkin udah ke mobil kali ya? (*awas ada yang baca loh...*) ???.....
Jam dinding sudah mengarah ke angka tiga. Spontan perutku bergoyang ria dan pikiranku memberi instruksi untuk mencoba nasi goreng ala Chef Revy.... hahahaha
“Hmm coba dulu ah, ini nggak beracunkan? Hahaha” candaku dengan diriku sendiri. Lalu Kuhabiskan dengan terburu-buru karena Aku harus sadar diri bila dari tadi sudah ditunggu oleh Kakak-beradik itu.
“Hemm... lumayan juga rasanya, cukup enak tapi kenapa terlalu banyak minyak?” Haduh, seperti biasanya ya? Haha.
Tak lupa kuambil catatan itu dari atas meja belajar dan segera kulangkahkan kakiku, memakai sepatu lalu keluar menuju mobil hitam yang terparkir di depan kostku. Terlihat jelas bila di dalam mobil sudah ada Revy yang duduk manis sambil mendengarkan musik melalui headsetnya, Sementara Kak Nico sedang bersandar di samping mobilnya. Sambil menikmati sebatang rokok favoritnya itu...
“lama bener yak...?” kata Kak Nico dengan nada ejekan yang santai sambil menghisap rokok, seperti kebiasan buruknya, dasar.
“Hehehe maaf kak, tadi aku baru bersihin kamar, nggak taunya si kecil dateng bawa nasi goreng” aku memasang muka menyindir “dan hebatnya nasi goreng buatan nih anak banyak peningkatan ternyata, khususnya peningkatan minyaknya... ” jelasku sambil memuji masakan Revy yang nyatanya memang ‘lezat’ sepeti biasanya.
“Apa kataku tadi? emang Enakkan? Hahah Revy gitu loh...” ucapnya dari dalam mobil sambil membanggakan dirinya sendiri layaknya ia sedang berdiri di atas harga diriku....
“Heee... kenapa Revy gak sadar kalau tadi itu adalah sebuah ejekan?, hahaha” Ungkitku dalam hati dengan memaklumi tingkahnya yang tidak berubah sedikitpun.
“kok senyum-senyum gak jelas sih?” nada ketusnya mulai keluar lagi, hadeh
“Ah..eh.. gakpapa kok. hahaha” lucu sekali, ya.. polos, hahaa.
“Yuk berangkat, keburu malem nih”, ajak Kak Nico.
Aku duduk di depan bersama Kak Nico dan Revy ada di belakang, kulihat dia sedang asik bernyanyi kecil dengan headsetnya.
Dan kamipun berangkat ke Bukit tujuan kami....
Sudah dua tahun Aku tidak bertemu dengan mereka berdua, aku mengenal mereka ketika tersrempet mobil hitam yang ternyata di dalamnya adalah kakak-beradik itu, merekapun semakin akrab di kala itu... entah aku tidak mengerti.
Mereka sudah kuanggap sebagai keluargaku sendiri. Adalah Nicolaus Aditya Tama dan Maria Revy Tama, dulu mereka tinggal di Jogja lalu pindah ke Jakarta untuk mencari Universitas pilihan Kak Nico. Sedangkan Revy, dia harus ikut kakaknya ke Jakarta sehingga dia juga harus pindah sekolah pula. Kenapa Revy harus ikut? Kenapa tidak tinggal bersama keluarganya di Jogja? Baiklah akan aku perjelas, Ayah dan Ibu Mereka sedang ke luar negeri untuk alasan bisnis yang bahkan tidak bisa berkumpul sebentar saja dengan keluarga mereka sendiri, setidaknya mereka kembali ke tanah air untuk merayakan hari penting bersama keluarganya. Masalah Kebutuhan? Tidak perlu ditanya lagi, mereka bisa mendapat apa yang mereka inginkan dengan mudah. Namun ada satu hal yang aku kagumi dari mereka, yaitu tidak akan pernah lupa daratan dan tidak pernah membeda-bedakan kasta setiap orang. Itulah yang aku tahu dari kakak-beradik itu.
Heemm... kalau begitu, sekarang giliranku ya?
Baiklah, Namaku Devan Dwi Kurniawan, tinggal di Jogja sebagai anak kost yang sedang menyelesaikan sekaligus menikmati masa SMAnya. Ya, saat ini aku duduk di bangku kelas XI bidang IPA di salah satu SMA kota pelajar ini. Aku tinggal di Kost ini sejak kelas sembilan SMP. Ya aku memang sengaja melakukan ini untuk melatih diriku yang dimanja, setidaknya ini sebuah tantangan. Orangtuaku tidak mengizinkanku tapi setelah aku menjelaskan secara perlahan akhirnya mereka mengizinkanku untuk kost saja. Memang sulit pada awalnya tapi aku mulai terbiasa. Kesepian? Tidak, aku sama sekali tidak kesepian karena aku sudah terbiasa dengan hal itu.
Baiklah, Namaku Devan Dwi Kurniawan, tinggal di Jogja sebagai anak kost yang sedang menyelesaikan sekaligus menikmati masa SMAnya. Ya, saat ini aku duduk di bangku kelas XI bidang IPA di salah satu SMA kota pelajar ini. Aku tinggal di Kost ini sejak kelas sembilan SMP. Ya aku memang sengaja melakukan ini untuk melatih diriku yang dimanja, setidaknya ini sebuah tantangan. Orangtuaku tidak mengizinkanku tapi setelah aku menjelaskan secara perlahan akhirnya mereka mengizinkanku untuk kost saja. Memang sulit pada awalnya tapi aku mulai terbiasa. Kesepian? Tidak, aku sama sekali tidak kesepian karena aku sudah terbiasa dengan hal itu.
“Gimana kabarmu Dev?” ucap Kak Nico memecah keheningan di dalam mobil.
“Aku rasa itu pertanyaan yang nggak perlu dijawab kan?” kataku dengan senyum yang hambar.
“Heee . . . ternyata kamu nggak berubah juga ya?, baguslah kalo gitu”
“Tumben balik ke jogja, ada apa nih?” tanyaku kemudian.
“Balik ke kampung halaman nggak salah kan? itu juga karena kamu ngirimin Email”
“Email ya? masalah perasaan bodoh yang kembali muncul belakangan ini. Hahhaha aku bingung harus gimana lagi...” jawabku kembali dengan senyum yang getir.
“Jadi, kamu belum selesai dengan perasaan itu? Apa kamu tidak takut dengan masa depanmu bila kamu masih memiliki perasaan itu?” katanya mulai bijak seperti biasa, ya seperti biasa yang terlalu memaksakan dirinya seperti orang bijak... hahaha.
“Aku tau itu salah, tapi entah kenapa perasaan bodoh itu muncul kembali”
“Menurutku kamu kesulitan untuk Move On dari kenangan SMP ya?”
“Mungkin.... baru juga dua tahun” jawabku seadanya.
“Hah... ‘baru’ katamu? Itukan udah lama... Kalo gitu, coba cerita dari awalnya muncul perasaan itu. Mungkin bisa kakak bantu?”
Aku melihat ke belakang... Syukurlah Revy masih asik dengan headsetnya, tapi kulihat ia mulai memejamkan matanya.
“Baikalah...” tanganku bergerak membuka kembali catatan itu yang sudah siap sedari tadi. Lalu aku menceritakan isinya...
“Tunggu, jadi selama ini kamu nulis Diary?... hakh...hakh...haa” Tawanya lepas tanpa dosa.
“Mau di ceritain gak?” kataku bersungut-sungut, hah.
Kak Nico berhenti tertawa namun masih ada senyum yang bisa diartikan bila dia masih menahan tawa bodohnya, sambil menggelengkan kepalanya Hah... lupakan. Aku kembali fokus dengan Catatan itu dan... menceritakan isinya....
-Sabtu, 7 Januari 2012-
“Aku tidak tahu harus bagaimana lagi, perasaan ini sudah cukup menggerogoti hati kecil ini. sudah banyak pemikiran konyol yang justru membuatku berfantasi mengenai dirimu. ‘Trying to forget all about you, but I can’t... That’s Just Useless.’ Apakah perasaan ini sudah bermetamorfosis menjadi rasa Cinta?”
“Aku tidak tahu harus bagaimana lagi, perasaan ini sudah cukup menggerogoti hati kecil ini. sudah banyak pemikiran konyol yang justru membuatku berfantasi mengenai dirimu. ‘Trying to forget all about you, but I can’t... That’s Just Useless.’ Apakah perasaan ini sudah bermetamorfosis menjadi rasa Cinta?”
“Aku Cinta Kamu....” Bodoh, Masih SMP udah main cinta-cintaan, apa itu tidak keterlaluan? Tanyaku pada diri sendiri.
“Tidak, itulah masa di mana seseorang mengalami pubertas” kilahku dalam hati.
“Tidak, itulah masa di mana seseorang mengalami pubertas” kilahku dalam hati.
“Aku tidak bisa berpikir jernih saat ini, senyummu yang menggemaskan saat pelajaran Bahasa Inggris tadi membuatku senang hahaha. Entahlah, tapi aku bersyukur bisa melihatmu ceria hari ini”
-Minggu, 15 Januari 2012-
“Termenung. Setelah semalaman ‘meratapi nasib’. Nilai harian jatuh bebas gara-gara banyak memikirkanmu. Begini jadinya kalo terkena panah asmara yang ‘belok’ dan salah sasaran. Mingggu ini mendapat Nilai Matematika : 65, kenapa? Karena bila mengerjakan soal harus disertai dengan ‘teori dasar’ yang mungkin telah tergantikan dengan teori dasar mengenai dirimu, Ah Bodoh. Sedangkan Fisika mendapat nilai 86, cukup menghiburku. Akhir-akhir ini banyak ulangan ternyata. Maklum besok Senin dan Selasa akan diadakan Tes Pendalaman Materi. Bersiap untuk sarapan soal-soal yang membosankan”
“Termenung. Setelah semalaman ‘meratapi nasib’. Nilai harian jatuh bebas gara-gara banyak memikirkanmu. Begini jadinya kalo terkena panah asmara yang ‘belok’ dan salah sasaran. Mingggu ini mendapat Nilai Matematika : 65, kenapa? Karena bila mengerjakan soal harus disertai dengan ‘teori dasar’ yang mungkin telah tergantikan dengan teori dasar mengenai dirimu, Ah Bodoh. Sedangkan Fisika mendapat nilai 86, cukup menghiburku. Akhir-akhir ini banyak ulangan ternyata. Maklum besok Senin dan Selasa akan diadakan Tes Pendalaman Materi. Bersiap untuk sarapan soal-soal yang membosankan”
“Sial. Perasaan ini kembali menggebu, apa aku harus jujur padanya? Setelah TPM mungkin? Sehingga aku bisa meringankan beban pikiranku sebelum mulainya UN. Bodoh, Gimana kalo nanti dia malah menjauhiku? Ingat!, Konsekuensi harus di hadapi!?”
-Selasa, 17 januari 2012-
“Sial! Hari ini aku terlalu bingung memikirkan dirimu, bahkan aku tidak bisa fokus dengan soal-soal Fisika dan Kimia. Cukup!”
“Sial! Hari ini aku terlalu bingung memikirkan dirimu, bahkan aku tidak bisa fokus dengan soal-soal Fisika dan Kimia. Cukup!”
“Sore ini Aku mengajakmu ke kantin belakang sekolah, suasananya cukup sepi. Aku rasa ini adalah tempat dan waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaanku kepadamu”.
“Hei..?” kataku memulai pembicaraan setelah kami duduk berhadapan di satu meja kantin.
“Hmm.. Apa?” balasmu sambil merapikan rambutmu yang berantakan.
“masih ingat ceritaku... yang dulu itu?” tanyaku dengan canggung.
“Yang mana?”
“Mengenai Seseorang yang aku suka?” pancingku kemudian.
“oh, yang itu. Iya masihlah sahabat kok lupa, hehehe emang kenapa? Kalian udah jadian?” celotehmu dengan semangat bermimik tak berdosa, haha sial.
“Hahaha bukan, tapi...” ucapku terhenti begitu saja ditambah dengan raut muka yang bisa dibilang cukup serius.
“Sebelumnya, aku boleh tanya sesuatu?” lanjutku.
“Apapun itu....” jawabmu dengan santai.
“kalo aku ‘berbeda’ kamu bakal jauhin aku nggak?”
“Berbada gimana? Kita kan sahabat, yang namanya sahabat nggak akan beda-bedain sahabatnya sendiri. Udahlah, To the point aja...” Balasmu yang dapat membuatku lebih tenang, tapi...
“Hmm, apa kamu berjanji untuk tidak menjauhiku?”
“Tentu, bila itu nggak merugikanku hehehe” senyummu merekah, sangat lucu. Namun kata-katamu barusan...
“Baiklah, sebelumnya aku meminta maaf darimu, karena....”
“karena...?” katanya dengan raut muka penasaran. Ah sial apa aku harus jujur secepat ini? Lupakan!
“ka.. karena.... eh.....” aku rasa aku tidak bisa.
“sebaiknya aku mengalihkan pembicaraan ku dulu, aku merasa belum siap” bujukkku dalam hati, ah tunggu, dibelkangnya ada sosok putih, bukan.... aku rasa itu kain putih.... kain itu terhempas oleh angin.... entah dari mana datangnya... baiklah akan kumanfaatkan...
“Kaar....karenaa... Dibelakangmu ada SETAAANNN...! “ Celotehku sambil menunjuk Kain putih yang entah darimana datangnya.
“Hee... Mann?... Mana? . . . di mana setannya?” Dia berbalik dan ‘Flap...’ kain putih itu tepat mendarat di mukanya.
Entah kenapa situasi yang beku tadi bisa pecah begitu saja karena kain putih konyol itu datang.
Secara reflek dan saking takutnya dia menarik-narik kain itu sampai melilit tubuh mungilnya dan Brakkk... tak sengaja menyandung kursi di depannya. Sehingga dia sekarang jatuh. Yaampun... tingkahnya benar-benar lucu...
“Hahahahaha.... kamu ini” kataku menertawakan tingkah lakunya barusan.
“Aduhh...” rengeknya kemudian.
“udah puas belum ketawanya?” tampang killernya mulai muncul, hadeh di balik muka imutnya ternyata ada tampang killer ya? Hha.
Aku berusaha membantunya berdiri dan menyingkirkan kain yang sedari tadi melilit pada dirinya. Dan aku menemukan sebuah luka yang tengah mengeluarkan sedikit darah di lututnya.
“Eh, berdarah nih. Ke UKS yuk?!, mumpung belum tutup”.
“Ah gak usah. Ini kan Cuma luka kecil biasa. Hmm..” lagi-lagi dia tertawa. Berusaha menutupi rasa malunya barusan.
“Udah, Ayo... !” sambil kutuntun dia menuju UKS.
“eh... aduh... pelan-pelan” lagi-lagi dia merengek.
Di sana aku menyuruhnya untuk duduk di atas kasur, segera kubuka kotak obat lalu mencari antiseptik, kapas, dan handsaplast.
“Emm.. tadi kamu mau bilang apa?...” dia mulai membuka pembicaraan.
“Hhe ntar aja deh...” kataku sambil jongkok disamping kasur untuk mengobati lukanya itu.
“Angkat dikit lututmu, darahnya udah mulai banyak nih... ” kubersihkan lukanya menggunakan antiseptik,
“Aww... perih Dev...” rengeknya.
“Tahan dikit ya...” lalu kubuka handsaplas yang ada di kotak P3K kemudian ku tempelkan pada lukanya tadi. “sudah...”
“Eh, thnks... hhe jadi ngrepotin...”
“udah gapapa... sahabat harus saling bantu kan? “kataku dijawab dengan anggukan kecil darinya.
“Mmmm..... gimana kalau kita ke bukit bintang yuk? ” ajakmu kemudian.
“Baiklah, anggap kita impas ya?... haha ”
Kamipun mengemasi alat tulis dan buku pelajaran kedalam tas lalu pergi ke tempat parkir sepeda yang tidak jauh dari kelas kami.
Setelah keluar melewati gerbang sekolah....
“Taruhan brani gak? Ntar yang sampai di atas duluan wajib dibeliin Es krim dari yang kalah, gimana?”
“Ok siapa takut?” jawabku dengan antusias, tapi di balik batu pasti ada udang. maksudku aku punya rencana untuk saat ini Hha.
Dalam perlombaan ini aku sengaja mengalah, ya karena aku ingin membahagiakannya dengan es krim nanti. Anggap saja ini yang terakhir kalinya aku bercanda tawa dengannya.
Kami pun sampai di atas bukit yang berselimut rumput hijau itu...
Kami pun sampai di atas bukit yang berselimut rumput hijau itu...
“ Yess... aku menang... ” serunya dengan semangat.
“Yaah... aku kalah. Hahaha, ok sesuai dengan pejanjian... bentar aku cari eskrim dulu ya?”
“Jangan lama-lama ya!” jawabnya dengan senyum mengembang sambil mengharapkan es krim gratis dariku. Manisnya wajah lucu itu...
Tas dan sepeda, aku tinggal di dekatnya dan aku melangkah menuju penjual es krim keliling yang ramai dengan pembeli, yang berada tidak jauh dari tempat kami. Aku membeli rasa blueberry untuknya dan blackberry untuk diriku. Lalu aku kembali ke atas bukit.
“Ini... ” kuberikan es krim yang ada ditanganku dan dia menyambutnya dengan senyum yang mengembang lebar.
“Thanks untuk yang kedua kalinya..... tapi gakpapa kan? hhe.”
“gakpapa untuk yang kedua kalinya...” kataku.
“Tapi, aku rasa untuk yang terakhir kalinya” bisikku dalam hati.
“kok murung?” tanyamu dengan nada khawatir.
“Ah, nggak kok udah makan es krim dulu yuk hehe” kataku menutupi.
Akhirnya kami menghabiskan waktu senja kali ini dengan bersantai di atas bukit, seperti biasanya dan untuk yang terakhir kalinya kita bersama.
Sebelum matahari mulai tenggelam diantara bukit hijau di sini, aku memulai cerita terbodoh yang pernah tercatat di dalam sejarahku. Haha bodoh.
Entah kenapa, sedari tadi aku mulai membicarakan hal-hal yang aneh dan pada akhirnya terucap sudah kalimat yang sedari tadi siang inginku sampaikan kepadanya.
“karena orang yang aku sukai adalah orang yang sedang berada dihadapanku saat ini. Nino...” kataku dengan pandangan kosong yang jauh menelusuk ke arah bulan yang mulai menampakkan sosoknya, sambil mendorong matahari agar terbenam ke ufuk barat
Aku bahkan tidak berani melihat dirinya. (*konyol sekali*)
Dan... yah, seperti biasa Suasana pun menjadi hening. Tak ada balasan kata darinya sama sekali. Hatiku berkata bahwa konsekuensi yang harus aku hadapi sudah menunggu di depan mata.
Dia hanya diam tak bergeming. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Lalu dia pergi begitu saja tanpa sepatah katapun. ‘Senyum’, itulah yang tergambar dari rautmukanya sebelum pergi. Tapi itu senyum yang pahit bukan?.. Menggantung, kata-kataku menggantung di ujung tanduk. Sial!-
-Jumat, 24 Februari 2012-
“Kamu tidak pernah mau bertemu denganku lagi. Sejak tanggal 17 itu. Kenapa bisa sampai seperti ini? Konsekuensi yang terlalu konyol untukku. Sudah berminggu-minggu Aku tidak bertatap muka atau menyapa dirimu. Baiklah Konsekuensi yang cukup berat untuk dihadapi sendiri, oleh orang sepertiku”
“Kamu tidak pernah mau bertemu denganku lagi. Sejak tanggal 17 itu. Kenapa bisa sampai seperti ini? Konsekuensi yang terlalu konyol untukku. Sudah berminggu-minggu Aku tidak bertatap muka atau menyapa dirimu. Baiklah Konsekuensi yang cukup berat untuk dihadapi sendiri, oleh orang sepertiku”
-Selasa, 28 Februari 2012-
-Dan sekarang aku akan menghadapi evaluasi les matematika di sekolah dan tadi baru saja selesai pretest untuk pelajaran bahasa inggris yaitu listening dan aku mendapat nilai 70...
-Dan sekarang aku akan menghadapi evaluasi les matematika di sekolah dan tadi baru saja selesai pretest untuk pelajaran bahasa inggris yaitu listening dan aku mendapat nilai 70...
“lumayanlah, lagian yang lain juga dapetnya segitu” hiburku dalam hati.
“Haha tapi.. Dia mendapat 90, Hemm.. hal yang biasa baginya untuk selalu mendapat nilai terbaik bukan? Selesai Evaluasi matematika aku langsung menyadari sesuatu bila ada soal yang lupa untuk ku selesaikan.... Sial lagi-lagi kurang TELITI, ‘it’s ok because that’s proof that I’m Really a Human, hahaa.’ Hiburku dalam hati lagi”.
-Kamis, 15 Maret 2012-
“Hari ini akan diadakan Ujian Praktik Bahasa Indonesia yaitu berpidato. Degg Hahaha sebelumnya aku belum menyiapkan apapun dari materi ini. Karena tema yang di angkat itu bebas maka aku ambil tema persahabatan dan mengisinya dengan kalimat-kalimat seadanya. Sebenarnya aku sudah muak dengan keadaan yang kosong dengan dirinya yang tak pernah bertegur sapa setelah di bukit saat itu. Mungkin inilah saatnya untuk memperbaiki keadaan”
“Hari ini akan diadakan Ujian Praktik Bahasa Indonesia yaitu berpidato. Degg Hahaha sebelumnya aku belum menyiapkan apapun dari materi ini. Karena tema yang di angkat itu bebas maka aku ambil tema persahabatan dan mengisinya dengan kalimat-kalimat seadanya. Sebenarnya aku sudah muak dengan keadaan yang kosong dengan dirinya yang tak pernah bertegur sapa setelah di bukit saat itu. Mungkin inilah saatnya untuk memperbaiki keadaan”
“Seperti biasa seseorang akan gugup sebelum maju kedepan kelas untuk berpidato. Akupun begitu, berlandaskan untuk memperbaiki persahabatan dan menambah nilai pelajaran tentunya”
“Giliranku untuk maju... dan tanganku sudah dingin ternyata, hahaha...”
-------
“Selesai, Ahh... leganya setelah selasai maju berpidato. Entah kenapa aku mendapat tepuk tangan yang cukup antusias dari teman-temanku dan aku bisa melihat bila dia hanya tersenyum kepadaku, akhirnya kita saling bertatap muka lagi meskipun hanya sekali ini, Hahaha.”
-------
“Selesai, Ahh... leganya setelah selasai maju berpidato. Entah kenapa aku mendapat tepuk tangan yang cukup antusias dari teman-temanku dan aku bisa melihat bila dia hanya tersenyum kepadaku, akhirnya kita saling bertatap muka lagi meskipun hanya sekali ini, Hahaha.”
“Di akhir jam pelajaran, Guru Bahasa Indonesiaku mengumumkan beberapa nilai terbaik untuk siswa-siswi yang telah maju berpidato dan aku termasuk didalamnya karena materi yang telah kusampaikan memiliki isi yang bagus. Aneh, padahal aku membuat pidato tersebut tanpa niatan untuk menjadi yang terbaik, hanya berlandas persahabatan dan mengisi nilai alakadarnya”.
“Ada sebuah cahaya hari ini, kamu yang di sana, mulai tersenyum padaku tadi. Apa itu lampu hijau untukku? Untuk memperbaiki persahabatan kita?... entahlah”.
-Selasa, 20 Maret 2012-
“Hari ini aku akan memberikan sebuah kado ulang tahun untuk Seseorang yang aku cintai itu... isinya adalah 2 batang cokelat dengan 1 kertas yg bertuliskan....
“Hari ini aku akan memberikan sebuah kado ulang tahun untuk Seseorang yang aku cintai itu... isinya adalah 2 batang cokelat dengan 1 kertas yg bertuliskan....
To : Nino
Happy Birthday . . . . . .Wish you all the best
Semoga tambah smart, friendly, rajin, selalu semangat dan berbakti kepada orangtua tentunya.
Semoga tambah smart, friendly, rajin, selalu semangat dan berbakti kepada orangtua tentunya.
Hey . . . Aku berharap semoga kamu selalu mendapat yang terbaik
Dan selalu menjadi yang terbaik, God bless you.
Dan selalu menjadi yang terbaik, God bless you.
Mungkin ini hal terakhir yang bisa aku berikan dan aku hanya bisa berkata melalui ini.
Aku mohon kamu mau menerima kado ini, ya mungkin tidak seberapa.
Tapi semoga ini bisa membuatmu lebih ceria, Hehehe.
Aku mohon kamu mau menerima kado ini, ya mungkin tidak seberapa.
Tapi semoga ini bisa membuatmu lebih ceria, Hehehe.
Maaf bila selama ini aku selalu membuatmu murung ketika melihat keberadaanku.
And ‘thanks for all.’ Untuk semua hal yang sudah kamu berikan entah itu sengaja atau tidak. Satu hal lagi maaf ya, bila aku terlalu mengganggu kehidupanmu, manusia tidak ada yang sempurna . . .
Oia, lupakan Email itu ya, Karena mungkin aku terlalu Labil, hhe Alright, semoga kamu mendapatkan seseorang yang terbaik untukmu,
Regard : Your friend (mungkin)
“Itulah Surat yg nantinya aku berikan ke seseorang itu. Pada bagian Regard sbenarnya ada gambar Kotak hitamnya hha, itulah aku”
“Dan Kertasnya aku selipkan diantara 2 cokelat (tepatnya D**ry Milk). Sebenarnya aku akan menyuruh temanku untuk memberikan ke orang itu tapi aduuh... dianya sibuk, yaudah terpaksa aku sendiri hahaha”.
“Inilah percakapanku lewat SMS sebelum memberikan kado untuk sahabat yang aku sukai dulu ketika SMP...”
Aku : Sorry, nanti stelah pulang bleh ktemu sbentar?
Dia : Ok. Nnti tlg psnggil aja, soale ak plupa
Aku : Ok, aku tunggu di kelas.
Dia : Ok. Nnti tlg psnggil aja, soale ak plupa
Aku : Ok, aku tunggu di kelas.
Hahaha aku makin gugup, senang rasanya.
“Ok lanjut di kejadian berikutnya, pada saat kelas mulai sepi aku memberikan kado yang sudah aku siapkan tadi. lalu kuberikan ke padanya...”
Dia : ini buat apa?
Aku : bukak aja sendiri, tapi nanti waktu di rumah aja...
Dia : apa karena masalah yg dulu “itu”?
Aku : hehe, udah yg penting itu buat km, nanti pasti tau isinya. Hhe
Aku : bukak aja sendiri, tapi nanti waktu di rumah aja...
Dia : apa karena masalah yg dulu “itu”?
Aku : hehe, udah yg penting itu buat km, nanti pasti tau isinya. Hhe
“Aku semakin gugup, nervous berat haha. aku pergi Lari keluar kelas untuk pulang ke rumah dan berencana untuk tidur dan berusaha menenangkan kekonyolan yang telah merasuki tubuhku”.
“Setelah sampai di rumah, Aku mendapat SMS darinya...”
Dia : Just like that?
Aku : iya . . . . hhe masalahnya aku nervous tau . . . malu juga . . .
Dia : Tp apaan alasannya? Apa masalah yang dlu?
Aku : hha . . . . bukan, sekarang adalah hari ulang tahunmu kan? masak lupa?. Hehe
Aku : iya . . . . hhe masalahnya aku nervous tau . . . malu juga . . .
Dia : Tp apaan alasannya? Apa masalah yang dlu?
Aku : hha . . . . bukan, sekarang adalah hari ulang tahunmu kan? masak lupa?. Hehe
“lagian kalo masalah yang dulu rasanya kamu sudah nggak mau membahasnya lagi, dulu waktu aku Tanya tapi kamu malah menjauh, jadi nggak aku bahas aja hehe. Buka aja kadonya terus dibaca . . .hhe”
Dia : Oh. Maaf dah berprasangka buruk dulu. Dan terimakasih sebesar-besarnya atas smua. Dan surat yang kamu selipkan akan kusimpan ‘for unforgetable memories from my bestfriend’.”
Aku : Hey, jangan bercanda... ini tidak lucu sama sekali.
Dia : Aku nggak bercanda!
Dia : Aku nggak bercanda!
DEGGGGGGG . . . . . apa dia serius, sekali lagi, APA DIA SERIUS?.. di sini aku tidak percaya. (jingkrak –jingkrak di kamar, triak–triak gak jelas.) Aku senang sekali. Hahaha Kamu mau menyimpan suratku itu?
A : Baiklah, Aku juga berterima kasih karena kamu telah menjadi sahabat terbaikku selama ini.
Enatah kenapa Hari ini, 20 Maret 2012 aku mulai merasakan kehaangatan di antara kita. Haha bodoh. Setidaknya ini bisa menghiburku.
-17 Desember 2012-
“Aku tidak bisa menemukan dirinya, sejak kita berpisah di masa perpisahan SMP. Sial!...
Dan konyolnya aku tidak menulis kenangan saat kelulusan SMP. Hah bodoh... aku terlalu sibuk dengan suasana SMA baru”
--------
“Selesai, dan parahnya sampai sekarang aku tidak bisa menemukannya....” cerita dari catatan itu selesai sudah.
“Aku tidak bisa menemukan dirinya, sejak kita berpisah di masa perpisahan SMP. Sial!...
Dan konyolnya aku tidak menulis kenangan saat kelulusan SMP. Hah bodoh... aku terlalu sibuk dengan suasana SMA baru”
--------
“Selesai, dan parahnya sampai sekarang aku tidak bisa menemukannya....” cerita dari catatan itu selesai sudah.
Aku menutup kembali catatan itu. Kak Nico hanya diam saja tanpa mengatakan sepatah katapun dan hanya tersenyum saja. Aku rasa dia sudah mengerti.
Dapat kulihat, Kami sudah sampai di daerah perbukitan yang cukup luas dengan hijaunya rerumputan diselimuti hembusan angin sore, “Hmmm... kenapa? “ gumamku.
Aku dan Kak Nico turun dari mobil, Sedangkan Revy kami biarkan tidur di dalam mobil. Kami berjalan menyusuri jalan setapak yang mengarah ke atas bukit, aku tidak ingat bila di bukit ini ada jalan setapak.
Aku dan Kak Nico turun dari mobil, Sedangkan Revy kami biarkan tidur di dalam mobil. Kami berjalan menyusuri jalan setapak yang mengarah ke atas bukit, aku tidak ingat bila di bukit ini ada jalan setapak.
“Bukit bintang ya? Ini adalah pertama kalinya setelah aku datang ke sini untuk yang terakhir kalinya” kataku dalam hati...
“Apa ini bisa menyelesaikan masalah perasaan bodohku?” Tanyaku kepada Kak Nico. Dia malah tersenyum. Dan aku mulai bingung oleh jalan pikirannya sekarang.
“Apa ini bisa menyelesaikan masalah perasaan bodohku?” Tanyaku kepada Kak Nico. Dia malah tersenyum. Dan aku mulai bingung oleh jalan pikirannya sekarang.
“Sekarang coba kamu buka kembali catatan itu” perintahnya.
“kenapa?” tanyaku bingung.
“Sudah buka saja, dan baca halaman terakhir”
Aku kembali membuka catatan itu pada halaman terakhir... tapi tidak ada kalimat atau kata yang tertulis.... hanya ada tempelan kertas yang usang dan berbeda dari kertas di catatan milikku. Aku benar benar bingung sekarang....
“Kosong?...” kataku.
“Arahkan lembar terakhir itu ke cahaya matahari. Lalu baca perlahan” lagi-lagi dia tersenyum dengan teka-teki konyolnya itu
Aku segera melakukan sesuai apa yang kak nico katakan...
Aku segera melakukan sesuai apa yang kak nico katakan...
“Tunggu, ada beberapa kalimat... ini....?!?!” aku membaca dengan perlahan.
“To : Sahabat Konyol yang selalu memikirkanku
Hey kamu! Iya Kamu yang membaca halam terakhir ini!. Aku ingin berpesan, Bila kamu teringat oleh diriku yang sudah tidak bisa kamu cari, pergilah ke tempatku. Aku akan selalu menunggumu, mendengar cerita-cerita bodohmu disini... di bukit terakhir kita bertemu. Sahabatku yang selalu mencintaiku, Jangan pernah melupakanku. Tunggulah aku ketika sang matahari telah tenggelam di ufuk barat.”
Tunggu! Tulisan siapa ini? Kenapa tulisan ini mirip dengan ‘miliknya’? Apa ini...
Kulihat Kak Nico melihat ke langit yang mulai gelap... dan terlihat matahari mulai berganti dengan bulan.
“Dan, di sinilah kita.” Katanya dengan raut muka iba kepadaku.
“Apa maksudnya ini?” aku mulai mengeluarkan air mata.
“Sekarang kamu sudah mengerti kenapa dia tidak bisa kamu temukan selama ini?” kak nico berjalan mendekatiku lalu merangkul pundakku layaknya sedang memberikanku sebuah tempat untuk bersandar. Dan tanpa sepengetahuanku Revy juga sudah menggenggam tangan kananku yang telah menjatuhkan catatan usang itu.
“sebenarnya Nino adalah anak kedua di keluargaku, ia adalah adikku sekaligus kakak dari Revy... ” kak nico berkata jujur kepadaku... “ia sangat berbahagia ketika mengetahui bila kamu sangat mencintainya, tapi memang dia belum bisa mengerti perasaan yang ia miliki ketika kalian masih SMP dulu tapi ternyata dia memiliki sebuah penyakit yang sampai sekarang belum bisa diidentifikasi, dan... penyakit itulah yang telah merenggut nyawanya setelah kelulusannya dari SMP kalian.” Kak nico kembali meneruskan kalimatnya dengan nada yang dibuat seolah ia tegar “dan di hari terakhir ia bernafas, ia menitipkan pesan kepadaku untuk menjagamu lalu...”.
“Iya, sudah cukup...” akupun memotong cerita kak nico. “aku sudah paham sekarang...” air mataku kembali menetes... jadi selama ini kamu tidak membenciku ya? Maafkan aku, aku sangat bodoh!...
“Maafkan aku....Nino” kalimat terakhir yang kuucapkan ketika semuanya telah terlambat....
END
*Ok itulah cerita dari seorang remaja di sana... mungkin cerita ini terlalu memaksa ya? Hahaha dan ada beberapa kesalahan penulisan.... entahlah sebenernya ini projec cerpen pertama yang udah lama ditulis tapi terbengkalai karena kesibukan author. Ada 40% dari kisah nyata sang author ditambah 60% dari fiksi imajinasi belaka. Terimakasih sudah membaca cerita konyol ini, Author sangat menunggu Kritik dan Saran dari pembaca pada umumnya dan pembaca gelap khususnya thnks buat Admin yang ngepost ceita ini *
0 komentar:
Posting Komentar