Monster Part 2


By: Otsu Kanzasky

Note: terinspirasi dari lagu Monster Eminem Ft. Rihanna dan film Disney `Tangled: Story Tale of Rapunzel'
***
Terhitung sudah sepekan prajurit Cyprus berhasil menangkap Monster yang menjadi momok bagi penduduk kota Thira selama bertahun-tahun, di bawa arahan sang Jendral muda--Julian yang melaksanakan tugasnya dengan sangat baik.
Selama sepekan pula lah staf penyidik kemiliteran menginterogasi sang Monster yang tak seperti `kriminal' pada umumnya. Kiel, si Aquamarine itu selalu menjawab pertanyaan yang di lontarkan, dan tak sedikit pun terlihat ia berbohong.
Tidakkah ia terlalu polos?
Karena sifatnya yang kooperatif itulah, para penyidik tak sampai harus menggunakan kekerasan. Kalau tidak mereka akan menerima resiko amarah si porselen yang mematikan.
Hampir di setiap kesempatan itu Julian selalu hadir untuk melihat reaksi dan jawaban Kiel. Dan entah kenapa ia selalu percaya jika jawaban yang keluar dari mulut itu adalah benar. Dirinya merasa lebih `mengenal' sang Monster setelah hal yang terjadi di dalam gerbong besi saat perjalanan ke markas besar saat itu.
"Bagaimana kita tahu kalau dia tidak berbohong?" tanya sang Kapten tak mengalihkan pandangannya dari si Aquamarine yang duduk ter'rantai di tanah, sementara para stafnya masih mengajukan pertanyaan.
"...saya rasa tidak Pak" kata Julian, yang memaku tatapannya pada wajah polos Kiel yang kosong. Jimmie menoleh.
"Bagaimana kau yakin Jendral?" tanyanya kini dengan satu alis terangkat menatap prajuritnya itu. Dengan sopan Julian menatap balik.
"Dia mulai di buru saat usianya 8 tahun, itu artinya dia tumbuh tanpa bimbingan. Sifat dan cara berpikirnya tak sejalan dengan usianya saat ini" Julian menjelaskan. Kedua alis Jimmie pun bertaut.
"Apa kau mempelajari riwayatnya Jendral?"
Pria tampan itu mengangguk sopan. "Setahu saya dia berasal dari keluarga yang berada dan cukup di kenal, saya rasa sifat aslinya saat kecil masih menjadi pedomannya"
"Itu tak masuk akal. Kalau benar seperti yang kau katakan, dia tidak akan membunuh banyak orang"
"...itulah hukum rimba Pak. Dia tidak akan menyakiti jika tidak di sakiti" ucap Julian pelan, seolah bicara dengan dirinya sendiri. Jimmie rupanya dapat menerima penjelasan prajuritnya itu, dan tak bertanya lagi kembali memperhatikan proses interogasi.
"...siapa yang patut di persalahkan? Orang-orang itu memanfaatkan dirinya dan keluarganya.." Julian berkata lirih, pedih saat mengingat kisah sang Monster dari riwayat yang di pelajarinya.
[flashback]
"Kiel memang anak Mom yang paling cantik!" seru bahagia wanita berambut pirang di kamar putra semata wayangnya itu.
Kiel kecil yang terbawa kebahagiaan sang Ibu pun memeluk erat. Ia sangat di cintai, meski tak pelak sang Ibu sering memakaikannya baju perempuan, rambutnya pun di biarkan panjang.
"Kiel sayang Mom?" tanya Lily memeluk tubuh kecil sang putra dan mencium rambutnya.
"Sayang!" Kiel mengangguk cepat.
"Kalau begitu Kiel harus jadi anak yang baik, sekalipun ada yang jahat pada Kiel, Kiel tidak boleh membalas, ok?" di tatapnya penuh cinta mata Aquamarine sang anak.
"Uhm, iya Mom" Kiel mengangguk patuh dengan polosnya. Lily tersenyum lembut.
"Sayang, sudah ku bilang jangan memakaikan baju perempuan pada Kiel" kata suara penuh wibawa dari arah pintu kamar. Ibu dan anak itu pun kompak melihat ke asal suara.
"Dad pulang!" Kiel kecil berseru riang dan berlari memeluk kaki sang Ayah. Pria itu tersenyum lembut, lalu meraih tubuh kecil itu dan menggendongnya.
"`kan sayang kalau kecantikannya di biarkan" Lily bangkit berdiri dengan senyum tanpa dosa.
"Tetap saja Kiel ini laki-laki sayang, bagaimana kalau nanti dia jadi menyimpang?"
"Hush, Dady jangan bicara begitu. Mom `kan cuma ingin memakaikan baju itu, sayang `kan sudah di buat tapi tidak di pakai" kata Lily panjang lebar seraya mengambil Kiel dari gendongan.
Belum sempat William membalas sang Istri, suara ribut di luar membuat perhatian keduanya teralihkan. Pria berbadan tegap itu pun beranjak ke jendela dan melihat keluar, kearah jalan.
"Ada apa sayang?" tanya Lily saat melihat perubahan ekspresi suaminya yang agak dingin.
"...penduduk Desa datang lagi" ucap William dingin. Dari wajahnya Lily tampak tak suka dan semakin erat memeluk Kiel.
"Apa lagi yang mereka inginkan sayang? Bukankah beberapa hari yang lalu mereka bilang tidak akan mengganggu lagi?" berondongnya tak suka.
"Entahlah, akan ku temui mereka, kamu dan Kiel tetap disini" kata William, beranjak dari jendela menghampiri putranya dan mengecup kepalanya ringan.
"Apa seharusnya kita tidak membiarkan rambut Kiel panjang?" tanya Lily, ada ketakutan di mata birunya.
"Aku tidak tahu sayang, tapi kita tidak bisa memotongnya, Kiel bisa sakit lagi" sorot tajam mata William tampak sendu.
"Apapun alasan mereka datang, tidak akan ku biarkan mereka mengeksploitasi Kiel kita" tegas Lily.
"Aku mengerti, tenang saja"
Seperti yang di takutkan, para penduduk Desa datang dengan tujuan tertentu. Seperti kicauan burung jika kabar rambut keperakan ajaib Kiel dapat menyembuhkan luka, separah apapun itu. Sudah 2 minggu dan tak terhitung berapa banyak orang yang datang, dan jelas baik William dan Lily tak menyukai hal itu.
Sayangnya hari itu penduduk Desa tak menerima pengusiran secara halus William, mereka telah jauh-jauh datang dan ingin menemuil Kiel. Dan keluarga kecil itu tak bisa memprediksi jika hal buruk yang sangat buruk akan terjadi.
Penduduk Desa menunjukkan sifat asli mereka, memaksa masuk dan mencari Kiel kecil. Sekeras apapun William dan Lily menghalangi, Kiel tetap `jatuh' di tangan warga Desa. Entah apa yang merasuki para warga, mereka berusaha menjauhkan William dan Lily dan menuduh mereka telah menyembunyikan `anak Dewa' yang berguna untuk mereka.
Kiel kecil berteriak memanggil orang tuanya dan menangis meronta melihat keberingasan penduduk Desa yang tak di mengertinya. Salah apa mereka? Kenapa mereka sangat jahat?
Seperti bara api yang menyulut minyak, sisi lain dari keindahan Kiel muncul ketika melihat orang tuanya di lukai. Berkah itu berubah menjadi petaka.
Keindahan itu bersanding dengan kekejaman. Sejak itu Kiel di buru untuk keajaiban rambut peraknya dan kekejamannya sebagai Monster.
...Monster yang seharusnya di cintai...
bersambung~

0 komentar:

Posting Komentar