CINTA SANG SUPIR ANGKOT



BY : VIVI A. & ILHAMZA...
Nampak sesosok pria yang terbaring nyaman diatas ranjang kesayangannya itu, sesosok mahluk yang sangat tampan itu masih tertidur lelap menikmati keindahan dialam mimpinya.
Pria itu masih terlihat muda yang mungkin kini berusia 20 tahun. Dalam tidurnyapun menggambarkan dirinya adalah sesosok pria yang cool dalam kesehariannya.
Kriiiiiingggg ...!!!!
Bunyi alarm membangunkan dirinya dari tidur lelapnya.
“Hooaaaammm.....!!! “ pria itu menguap dan menggeliat seraya mematikan bunyi alarm yang memekik telinganya.
“Mampus gue pake kesiangan lagi. Bisa-bisa gak dapet penumpang nih gue “ gerutu pria itu sesaat melihat jarum panjang dan pendek yang menunjukkan pukul 06:25 .
Pria itu sebut saja alvaro, bergegas beranjak dari ranjangnya. Kamar mandi kini itulah tujuannya.
20 menit waktu yang dibutuhkan oleh Alvaro untuk merapikan dirinya.
Rambutnya dibiarkan acak-acakan namun tetap terlihat keren untuk Alvaro, menambah kesan cool untuknya.
Lantas setelahnya Alvaro mengambil kunci mobil yang terletak diatas meja belajarnya.
“waktunya gue kerja, semoga hari ini banyak penumpang” ujar Alvaro seraya meninggalkan kamarnya.
Alvaro adalah pekerja.
Pekerjaanya adalah sebagai supir angkot, supir angkot yang tampan.
* * *
Disudut lain nampaklah seorang remaja yang duduk gelisah menunggu sang sopir memperbaiki mobil yang ditumpanginya, ternyata mobil tersebut mogok ditengah perjalanan menuju sekolah remaja itu.
“Pak masih lama ya? “tanya remaja tersebut kepada sang supir serasa keluar dari mobilnya yang mogok.
“entahlah den Bapak ndak tahu “ jawab sang sopir dengan logat jawanya.
“ ya sudah pak, adit naik angkot saja deh” ucap remaja itu yang menyebut dirinya adit tak kala melihat angkot akan menuju kearahnya.
“ Tapi den ......” terlambat, sang sopir tak bisa mencegah adit, karena adit telah duduk manis didalam angkot yang akan membawa dirinya kesekolah tempat adit menimba ilmu.
Adit menengok kekanan dan kekirinya, kosong. Ternyata hanya dirinya satu satunya penumpang diangkot itu.
“Turun dimana dek? “ tanya sang sopir angkot yang tak lain adalah Alvaro.
“SMA Bima Bangsa bang” jawab adit.
Diperjalanan tak ada yang terucap.
Avaro sibuk menyetir sedangkan adit gelisah karena kemungkinan besar dirinya akan terlambat kesekolah.
Tak lama angkot pun berhenti didepan gedung sekolah menengah atas.
“makasih bang” ucap adit menyerahkan uang dua puluh ribuan kearah alvaro.
“hey kembaliannya dek....” Alvaro hendak menyerahkan kembalian, namun adit sudah dahulu masuk kedalam gedung sekolah.
Alvaro memandangi adit yang berlari-lari memasuki pelantaran sekolah hingga tubuh adit tak terlihat lagi.
“anak itu? Rasanya gua ingin mandangin dia terus. Gue harap masih bisa ketemu lu lagi” ujar Alvaro.
Seraya tersenyum tipis.
Alvaro kembali mengemudikan mobil angkotnya itu.
Perlahan meninggalkan gedung SMA dan remaja tadi. Pagi ini, Alvaro sangat semangat karena bisa bertemu dengan remaja yang menjadi penumpang pertamanya, Alvaro sadar ia belum mengetahui siapa nama sang remaja tadi namun dihatinya yakin Alvaro aka dipertemukan lagi kepada sosok remaja itu yang sudah menarik perhatiannya.
Entah suatu kebetulan atau memang sudah takdir kuasa Alvaro dan adit kembali bertemu dalam suasana angkot yang cukup ramai dihari selanjutnya.
Angkot yang dikemudikan Alvaro tiba-tiba berhenti disekolah dasar, banyak anak-anak yang berhamburan keluar dan naiklah ibu-ibu menempati tempat yang tadinya ditempati oleh anak-anak yang berhamburan keluar.
Adit merapatkan duduknya yang tepat dibelakang supir karena disamping kirinya seorang ibu yang sedikit tambun akan duduk disebelah kirinya. Kini Alvaro dan adit duduk saling berdekatan walau ada pembatas diantara mereka.
Alvaro dapat mencium harumnya tubuh adit dan begitupun sebaliknya.
Angkot kembali berjalan dan terdengar ucapan Alvaro yang ditujukan untuk adit yang berada dibelakangnya.
“Lu anak yang kemarin itu kan? “ tanya Alvaro tanpa menoleh kebelakang.
“Eh.... “Pertanyaan Alvaro membuat Adit terkejut karena dirinnya masih terhanyut oleh harum yang tercium oleh tubuh Alvaro.
“”Lu anak yang kemarin turun di SMA Bima Bangsa bukan?” tanya alvaro kembali.
“i-i-ya bang “ jawab adit sedikit gugup.
Sikap gugup adit saat berbicara dengan alvaro membuat dirinya terheran.
“Adit kenapa? Kok jadi gugup gini sih? Batin adit.
“santai aja! Jangan gugup gitu “ ucap alvaro sedikit tersenyum melihat tingkah adit yang gugup dibalik kaca kecil yang bertengger diatas kepalanya atau lebih tepatnya menempel dibadan dalam kepala angkot.
“Oh, Iya nama lu siapa?”
“Adit bang “ ujar adit menjawab tanya Alvaro
“Panggil aja gue al, jangan bang dong ntar gue dikira abang tukang bakso lagi “ kelakar alvaro membuat keduanya tersenyum senang.
Tak terasa tibalah adit turun dari angkot.
Adit hendak menyerahkan uang namun ditahan oleh ucapan alvaro.
“Gak usah bayar, Uang lu masih ada kemaren”
“Makasih bang”
Alvaro kembali memandangi adit memasuki gedung sekolah hingga tak terlihat.
***
Malam telah larut namun mata Alvaro tidak nampak terpejam. Dipikirannya hanya sesosok adit yang tersenyum disaat berbincang dengannya.
Alvaro menerawang sesosok adit, mata adit yang sipit seperti kebanyakan mata orang china, bibir adit yang tipis berwarna merah-kemerahan menunjukkan adit tidak merokok dan semuanya yang ada ditubuh adit membuat alvaro selalu ingin memandang diri adit.
Disentuhnya dada alvaro sendiri.
Jantung itu selalu berdebar-debar saat bersama dengan adit. Entah mengapa rasanya nyaman selalu hadir saat berdekatan dengan adit, semua beban yang ada dibenak alvaro serasa musnah tak kala melihat senyum indah dibibir adit.
“Oh Tuhan!!! Apakah gue jatuh cinta dengan sosok remaja itu? “Tanya alvaro kepada dirinya sendiri.
“ Sepertinya gue memang cinta sama tuh anak”
Alvaro terpejam berharap sosok aditlah yang akan dia temuai dialam mimpinya. Namun siapa sangka? Diseberang jauh sana adit juga merasakan rasa yang sama seperti alvaro.
“Hooaaammm “kembali alvaro menguap tak kala pagi telah menyambutnya.
Bergegas alvaro mandi dan memakai pakaiannya dengan rapi. Lantas ia bercermin merapikan rambutnya seperti biasa.
“semoga gue ketemu lu lagi, adit. Lu membuat hari gue semangat” ucap diri alvaro sendiri.
Kembali alvaro segera menjalankan tugasnya sebagai sopir angkot. Mencari sebanyak-banyaknya penumpang hari ini, walau penumpang yang ia dapat cukup banyak namun alvaro terlihat murung.
“Udah sore gini gue gak ketemu lu. Sebenarnya lu kemana adit?”
Ternyata harapan alvaro hanyalah sebuah harapan yang belum dapat terwujud. Hingga sore menjelang tak terlihat sama sekali sosok adit membuat sang supir tampan alvaro terlihat kecewa.
Hari terus berganti hari, namun tak juga alvaro dapat bertemu dengan sesosok remaja adit.
Rasa rindu sangat menyerang alvaro tak kala sudah seminggu kini dirinya tak melihat remaja yang telah membuatnya jatuh hati. Perlahan rasa semangat alvaro semakin memudar, sumber semangatnya telah hilang entah kemana.
Hari ini pun alvaro tidak bekerja karena ia tidak ingin merasa kecewa lagi mengetahui tak ada sosok adit didalam angkotnya.
Dihabiskan harinya berdiam diri dibukit bintang yang terdapat dikotanya itu. Terlihat suasana bukit bintang cukup ramai disore hari, namun keramaian itu tak lantas membuat alvaro kembali bersemangat.
Alvaro tetap sangat tidak beranjak dari atas bukit walau hari telah berganti malam.
Yang ada dibenaknya sesosok adit akan menghampirinya. Alvaro memandang orang-orang berjalan kesana kemari tanpa menghiraukan sesosok alvaro diatas bukit. Susana sudah semakin sepi karena malam sudah semakin dingin.
Alvaro tetap saja keras kepala tidak ingin beranjak dari atas bukit.
“ Lu kemana adit? Gue kangen lu, jangan menghilang seperti ini “ Ucap alvaro pelan.
Rasa pusing menyerang kepala alvaro, mata alvaro pun semakin lama semakin ingin menutup. Tubuh alvaro semakin pula goyah tak mampu duduk tegak.
“aargh sakit” rintih alvaro memegang kepalanya yang terasa sakit, kini alvaro sudah bergeletak diatas perumpukan tak berdaya. Namun tanpa alvaro sadari kepalanya diatas pangkuan seseorang. Suara seseorang itu membuat mata alvaro kembali terbuka.
“Kak Al kenapa? “ alvaro senang dan memaksakan senyum tak kala mengetahui suara itu ialah sesosok adit, remaja yang sangat alvaro rindukan.
“ Gue kangen lu adit “ ucap alvaro pelan tanpa menghiraukan sakit kepalanya.
“Badan kak al panas. Ayo kak kita kerumah sakit “ ujar adit seraya ingin menopang tubuh tubuh alvaro namun ditahan oleh ucapan alvaro.
“ Gue ingin lu. Gue gak peduli kepala gue sakit ataupun badan gue panas karena yang gue ingin lu adit” bisik alvaro tepat ditelinga kiri adit dan membuat kedua pipi adit memerah, untungnya malam yang gelap membuat pipi merahnya tidak terlihat.
“Maksud kak Al? “ Tanya adit
“Gue cinta lu adit. Sungguh gue sangat mencintai lu walau gue tahu kita sesama lelaki, namun rasa ini gak bisa gue paksain karena hati ini benar-benar mencintai diri lu adit” keduanya saling bertatap mata dan jari-jari tangan mereka terpaut saling menggenggam.
“ adit juga cinta kak al “ kalimat adit membuat alvaro tersenyum bahagia namun tiba-tiba semuanya pun menjadi sangat gelap.
***
“ Nak Alvaro sudah bangun “ Ucap suara serak khas Bapak-bapak mengiringi mata alvaro terbuka.
Alvaro menatap sekelilingnya dan nampaknya seorang pria paruh baya disamping kirinya, seseorang wanita paruh baya disebelah pria itu, dan adit yang tertunduk disamping kanannya.
“ sudah baikan nak?” tanya sang wanita paruh baya itu, seraya memegang kening alvaro.
“tante dan om ini siapa ya? “ alvaro menghiraukan pertanyaan wanita itu dan lantas berbalik bertanya
“ ini tante Ira dan Om sendiri Ferdi, kami orang tua adit “ ucap pria ini yang mengaku dirinya Ferdi”
“ Oh kalian ....” ucap alvaro seraya ingin beranjak dari tidurnya.
“ sudah berbaring saja nak “ Perintah wanita itu, tante ira
“ Ya sudah kami tinggal ya sepertinya ada sesuatu yang harus kalian bicarakan berdua “ ucap Om Ferdi seraya beranjak pergi meninggalkan alvaro dan adit berdua dan dibelakangnya tante ira mengikuti.
“ Itu orang tua mu ternyata ? “ ujar alvaro setelah pria dan wanita paruh baya itu pergi.
“Iya Kak “
“ Ehm...”
“ ada yang ingin adit tanyakan?”
“ apa? “
“ kenapa kaka tidak bercerita kepada adit tentang keluarga kakak yang mengusir kak al karena kakak itu gay? “
Deg” jantung alvaro berdetak kencang tak kala pertanyaan itu yang terlontar dari bibir adit.
“ adit sudah tahu kak semuanya”
Adit menceritakan semua yang telah ia ketahui dari papanya, tentang asal-usul alvaro, tentang keluarganya yang mengusir alvaro dikarenakan ia adalah gay, semua hingga tuntas. Alvaro terdiam mendengar semua kalimat-kalimat panjang adit, ini semua telah terungka.
“ Kak ku mohon kita temui keluarga kakak untuk menyelesaikan masalah ini” pinta adit setelah menceritakannya.
“ Bagaimana Om Ferdi tahu tentang ini? “ tanya alvaro
“Karena papa adit itu sahabat papa kak al sehingga papa adit tahu tentang masalah papa kak al dan kak al”
“ Jadi begitu, Pantas saja “
“ Kak sudah saatnya kita selesaikan masalah ini. Adit ingin keluarga kakak bisa menerima kakak seperti keluarga adit menerima diri adit yang sebenarnya”.
“Tapi dit....”
“Percaya sama adit ya kak”
Entah mengapa keraguan alvaro hilang seketika melihat menik mata adit yang sangat yakin kelaurganya bisa menerima dirinya kembali.
***
Semuanya telah berlalu....
Kini kebahagiaan yang terasa
Cinta mereka telah bersatu
Restu pun telah mengiringi kebahagiaan mereka
Kedua keluarga telah saling bersatu
Saling terikat dan saling membutuhkan
Tak ada yang terpisah
Alvaro telah kembali dalam kehangatan keluarganya....
Alvaro sendiri telah musnah
Alvaro sudah mendapatkan cintanya,
Telah mendapatkan kasih dan sayang, dan
Kelak mendapatkan kebahagiaan....
Itu semua karena cintanya
Pujaan hatinya dan belahan jiwanya
Semua karena ADIT ALBY RAHESSA ...
TAMAT~

2 komentar:

Posting Komentar