JEALOUS Part End



Author: Kim Hye So.

Rupanya kebersamaan di rumah yang tenang membuat mereka hanyut dalam gairah yang bergelora. Tidak tahan dengan ciuman lembut Galih, Lana menarik tangan pemuda itu. Mereka melangkah ke lantai dua, ke kamar Lana.
Di kamar itu, Lana yang tidak kuat menahan gairah, melepas pakaiannya. Dan menggoda Galih yang terperangah.
“Dek…!”
“Lakukanlah Mas, demi cinta kita…!” Desah Lana
“Haruskah?”
“Bukankah Mas siap menikahiku?”
“Mas akan lakukan apapun, tapi jangan yang satu ini! Mas tidak ingin mengotori perjalanan cinta kita.” Tandas Galih kalem.
“Tapi…?”
“Mas akan tetap mencumbumu, tapi tidak untuk yang satu ini!”. Galih ingin membahagiakan Lana. Ia mengangkat tubuh ramping putih bak salju itu. Ia letakkan tubuh indah itu di atas ranjang yang empuk dengan hati-hati.
“Jangan tersinggung! Mas akan melakukannya begitu kamu wisuda. Mas tidak mau mengacaukan kuliah dan masa depanmu sayang. Percayalah, tanpa berbuat yang satu itu, Mas tetap mencintai kamu.”
“Tidak apa-apa Mas, aku tulus memberikannya pada Mas. Percayalah Mas!”
“Mas percaya sayang. Namun Mas ingin mengontrol gairah Mas sendiri. Kamu tentu tahu, kalau Mas cukup mampu untuk melakukan itu. Tapi itu jangan kita lakukan sekarang! Mas tidak mau cinta suci kita berjalan di atas nafsu saja. Izinkan Mas mengukir kesetiaan di atas mahligai cinta yang tak ternoda. Kamu jangan marah sayang!”
“Benarkah Mas bisa menahan diri?”
“Iya, percayalah!”
“Kalau begitu maafkan aku Mas. Aku sebetulnya merasa tidak enak. Aku takut kalau sebetulnya Mas ingin, tapi tidak berani meminta.” Galih tersenyum.
“Jangan salah paham sayang! Apa yang kita lakukan selama ini sudah lebih dari cukup buat Mas.” Tandasnya.
“Mas sungguh lelaki yang baik.” Ucap Lana terharu.
“Sebetulnya Mas bukanlah lelaki yang baik, hati Mas sudah tergoda. Tapi Mas tidak mau menodai cinta kita.” Tukas Galih. Galih sekali lagi mencium bibir Lana mesra, dan Lanapun membalasnya dalam. Hingga beberapa saat kemudian mereka melepaskannya. Dengan tenang, Galih mengambil pakaian Lana dan meminta pemuda manis itu untuk memakainya. Lalu merangkulnya dan mengajak ke depan lagi menunggu calon mertua, orang tua Lana.
Lana tersenyum haru. Sesungguhnya ia hanya merasa iba pada Galih. Ia takut lelaki itu tidak berani menyentuhnya, makanya ia memberi lelaki itu kesempatan. Ia bersyukur, Galih bukanlah lelaki yang mudah terkena rayu. Ia juga secara jujur bersyukur karena memiliki kekasih, calon suami yang tulus mencintainya.
****
Sangat berbeda dengan Seger. Setiap pacaran selalu mencari tempat tertutup. Dan Ines tak sanggup menolak, ketika lelaki itu dengan setengah memaksa selalu menelanjanginya. Dan hari demi hari, minggu demi minggu dan bulan demi bulan terus bergulir. Tidak terasa mereka sudah tiga bulan menjalin hubungan.
Ines merasakan ada suatu perubahan pada tubuhnya. Ia telah memeriksakan dirinya pada dokter kandungan secara diam-diam. Kini ia hamil. Namun ia tidak berani mengatakan hal itu pada Seger. Hingga lelaki itu sendiri yang merasakan perubahan pada Ines. Saat itu Ines muntah di kamar mandi di paviliun Seger, tempat yang sering mereka gunakan untuk bercumbu.
“Ada apa Nes?” Tanya Seger yang mulai cemas.
“Apa kamu tidak merasa?”
“Merasa apa?”
“Aku hamil…”
“Benarkah?” Seger terlonjak.
“Ini surat keterangan dari dokter kandungan. Aku sudah memeriksakannya minggu lalu. Surat ini ku ambil tadi siang. Aku hamil dua bulan. Kamu sih tidak bisa mengendalikan nafsu..”
“Ya Tuhan…” Ujar Seger terlihat panik.
“Kenapa?” Tanya Ines yang bingung dengan reaksi Seger.
“Aku belum siap untuk menikahimu.”
“Kenapa?” Ines mengerutkan kening.
“Aku..aku masih ingin menyelesaikan kuliahku. Lagipula kita masih terlalu muda untuk menikah.”
“Ya. Tapi aku hamil Mas dan Mas harus menikahiku. Keluargaku akan marah jika kamu menghindarinya.” Seger memeluk gadis itu. Kemudian menatapnya serius.
“Ines..!”
“Apa?”
“Orang tuamu tahu?” Tanya Seger khawatir.
“Hubungan kita?” Ines memastikan.
“Ya..”
“Tahu dan mereka tidak suka. Mereka juga tahu kalau kamu sudah menodaiku. Mereka akan diam jika kamu mau bertanggung jawab. Tapi mereka akan menuntut kalau kamu tidak mau bertanggung jawab. Mereka tidak suka dengan gaya kita berpacaran.”
“Kenapa kamu mengatakannya pada mereka?”
“Mereka tahu dari perubahan tubuhku.”
“Tapi mereka belum tahu kalau kamu hamil?”
“Belum tapi mereka akan segera tahu dari perubahan tubuhku. Mereka bukanlah orang tua yang tidak memperhatikan anaknya. Aku sudah dimarahi habis-habisan. Tapi akupun juga tidak bisa menolak ketika kamu mengajakku tidur…” Desis Ines di akhir kalimatnya.
“Tapi..”
“Kamu harus bertanggung jawab, kamu harus segera menikahiku Mas Seger.”
“Bagaimana kalau aborsi saja?” Tawar Seger yang mulai kalap.
“Tidak!”
“Kenapa?”
“Aku tidak mau. Hidupku sudah penuh dosa, Mas Seger sudah menjerumuskan aku. Jangan membuatku jadi pembunuh! Kalau Mas memang tidak mau bertanggung jawab, terserah! Aku akan membesarkan bayi ini, apapun yang terjadi. Aku tidak mau menggugurkannya.”
“Tapi..”
“Kita bisa kuliah sambil kerja. Mas berani berbuat, Mas juga harus mau bertanggung jawab. Tidak hanya sekali lho Mas, bahkan sudah berpuluh kali. Dari aku yang masih gadis suci sampai menjadi aku yang hamil sekarang ini.”
“Tapi, apa itu hanya aku yang melakukannya? Apa tidak ada lelaki lain?” Tanya Seger meragukan.
“Astaga! Tega benar Mas Seger berkata seperti itu! Tega benar Mas mengatakannya padaku! Memang Mas pernah liat aku jalan dengan lelaki lain selain Mas Seger? Pernah? Sungguh keterlaluan!” Teriak Ines tidak terima dengan tuduhan Seger.
“Maaf Nes, aku belum siap menikah.” Ujar Seger.
“Terus?”
“Gugurkan! Atau kau cari saja lelaki lain yang mau menikahimu!” kata Seger yang sudah frustasi.
“Jangan gila..!” Umpat Ines.
“Kau yang gila. Mungkin bukan aku saja yang menghamilimu.” Kini giliran Seger yang mengumpat.
“Baik. Aku sanggup membesarkan anak ini sendiri. Tapi jangan kaget jika seluruh keluargaku akan menuntutmu!”
“Aahhhkkkhh…!” Teriak Seger depresi.
Seger membalikkan badan. Ia menatap pisau di dekat buah apel yang tadi dibelinya. Tidak tahu kenapa, pikiran Seger begitu gelap. Ia tidak ingin menikah sekarang karena ia belum siap. Ia masih ingin bebas menikmati masa mudanya.
Tiba-tiba pikiran kalap itu membuat ia menusukkan pisau yang digenggamnya ke perut Ines beberapa kali. Ines terbelalak. Menatap lelaki muda itu tak percaya. Inespun jatuh di depan Seger, tak sadarkan diri.
**************************************************************************************
JEALOUS (END)
Di sebuah kawasan yang tenang, malam itu udaranya begitu dingin dan suasananya pun sepi. Sebuah mobil berhenti begitu saja. Seorang laki-laki keluar, membuang sebah tubuh yang dikiranya sudah meninggal di pinggir jalan begitu saja.
Laki-laki itu adalah Seger, ia tampak panik mengira Ines sudah mati terbunuh. Takut terjadi sesuatu, ia membuang Ines di sebuah kawasan jalan yang sepi. Lengkap dengan tas kuliahnya. Bagaimanapun ia ingin ‘mayat’ itu ditemukan keluarganya.
Sekitar jam Sembilan malam, Ines tersadar. Ia merasakan sakit yang luar biasa. Ia berusaha merangkak dari semak belukar ke jalan beraspal. Namun tenaganya sudah terkuras karenaa begitu banyaknya darah yang keluar. Maka begitu tubuhnya bergulingan di jalanan beraspal, ia jatuh pingsan. Pada saat yang bersamaan, sebuah mobil berhenti mendadak melihat sosok tubuh menggelepar di jalan.
Beberapa saat kemudian, di rumah Ines, Sang Mama menerima telpon seseorang dari rumah sakit.
Seorang polisi dan seorang laki-laki yang menemukan Ines, memberitahukan bahwa Ines ada di rumah sakit dalam kondisi yang kritis. Tas kuliah yang di dalamnya terdapat dompet milik Ines dan uang yang membuat sang penolong tahu nomor telpon keluarga Ines.
Betapa terkejutnya Sang Mama. Ia langsung mengajak suaminya dan Rikas ke rumah sakit.
Dokter memberitahu bahwa tusukan itu juga melukai kandungan Ines. Sehingga dokter akan menggugurkan kandungan itu, daripada anak itu lahir dengan cacat kelak. Hal ini memungkinkan karena kandungan Ines yang masih muda.
Orang tua Ines bukan main kagetnya. Namun demi menyelamatkan Ines, mereka mengijinkan dokter untuk menggagalkan kandungan yang terluka parah karena tusukan pisau itu. Polisi yang sudah datang, segera memburu Seger setelah menerima laporan bahwa mobil Ines tidak ditemukan.
Satu-satunya orang yang dicurigai adalah Seger. Apalagi Ines ditemukan dalam keadaan hamil muda. Dan keluarganya tahu, siapa yang menghamili anak bungsunya itu.
Ines malam itu langsung ditangani dokter bedah, menjalani operasi pengangkatan kandungannya. Ternyata tusukan itu merusak kandungan Ines.
***
Seger menghilang. Namun polisi menemukan bercak darah di paviliun tempat Seger tidur dan belajar. Juga menemukan pisau yang masih belumuran darah. Bahkan keluarga Seger sendiri kaget, karena tidak menduga putra sulungnya telah menjadi kriminal. Apalagi mobil Ines juga dibawa keluar oleh teman Seger.
Kabar tentang tertusuknya Ines juga membuat Imam kaget. Tapi ia tahu dimana Seger sering nongkrong dengan teman-temannya. Bersama Rikas dan teman-temannya di kampus, juga Galih yang dimintai tolong, malam itu mereka memburu Seger di tempat-tempat dimana Seger dan teman-temannya sering nongkrong.
Imam menemui sahabat dekatnya, yang kenal baik dengan Seger.
“Tadi kami bersama, baru saja. Tapi karena aku ada perlu, jadi ya mereka ku tinggal. Memang ada apa dengan Seger?” Tanya teman Imam itu.
“Ia hampir membunuh Ines. Rio! Jika kau tidak ingin terseret, lebih baik kau beritahu dimana Seger?!”
“Tadi ia menawarkan mobil. Coba kau ke rumah Caca! Biasanya mereka suka ngumpul disana. Caca kan tinggal sendiri.”
“Dimana itu?”
“Dekat pusat belanja..”
“Kamu ada alamatnya?” Desak Imam. Rio terpaksa memberikan alamatnya sebab ia tidak mau terseret arus.
Malam itu, tiga mobil memburu ke arah pusat belanja kota. Ke alamat yang diberi Rio. Satu mobil polisi yang menyamar, dua mobil berisi Rikas dan sahabat dekatnya. Termasuk Galih dan Izham.
Baru sekitar subuh, mereka berhasil menangkap Seger yang tertangkap tangan sedang menjual mobil Ines. Dan merekapun mabuk-mabukkan di tempat Caca, teman Seger yang disebutkan Rio. Bersama Seger, ditangkap pula Caca dan beberapa temannya yang lain.
***
Air mata Ines tidak bisa dibendung, kandungannya teraborsi. Karena rahim dan kandungannya terluka parah akibat tusukan. Ines menjalani operasi dan nyawanya selamat. Namun ia harus kehilangan kandungannya dan membuat Ines cukup terguncang.
“Ines..!” Panggil Mamanya menangis.
“Mama..!” Ines pun tak kuasa menahan air mata. Sang Mama memeluknya setelah tiga hari tidak sadarkan diri. Kini Ines sadar bahwa harapannya telah hancur. Cintanya hanya sebatas impian yang menyakitkan. Impian yang nyaris menghancurkan hidupnya.
***
Malam keempat, Imam datang menjenguk bersama Rikas, Galih dan Lana. Mereka menatap Ines dengan sedih. Ines pun sempat kaget melihat Galih dan Lana, mengingat cerita Seger yang pernah terluka oleh mereka. Dan akhirnya Ines tahu apa yang sebenarnya terjadi setelah Lana menceritakan semua.
“Sejak lama kami tahu, Seger bukan lelaki yang tepat untukmu. Tapi Rikas tahu, kau begitu mencintai Seger. Sehingga Rikas meminta kami untuk membiarkanmu terus malanjutkan hubunganmu dengan Seger. Tapi sebenarnya kami sadar, kau sudah terlalu jauh terjerumus. Kami ingin menolong, tapi kau seperti tidak mengindahkan nasehat Rikas dan Mamamu.” Tukas Imam.
“Aku berada di sebuah persimpangan yang membingungkan Mas Imam. Aku juga seperti sedang mengunyah buah simalakama. Dilepas, aku kehilangan Seger. Tapi tidak dilepas, aku kehilangan keluargaku.” Ucap Ines terisak.
“Tapi Seger tetap bukan jodohmu Ines. Ia tetap bukan lelaki yang tepat untukmu, juga untuk anak-anakmu kelak.”
“Ya, Ines sadar..”
“Ia kini ada di penjara..” Ungkap Imam.
“Aku tahu. Aku sendiri yang akan menuntutnya. Maafkan aku Mas Rikas..” kata Ines terisak.
“Sudahlah! Kamu istirahat saja! Supaya cepat sembuh. Jangan memikirkan Seger lagi! Ia tidak pantas mendapatkan hati dan cintamu..” Tandas Rikas.
“Maafkan aku…”
“Kelak kamu kan menemukan jodoh kamu Ines, kalau kamu berani meninggalkan Seger!” Imbuh Lana.
“Seperti Lana!” Ucap Imam dan Rikas bersamaan. Lana tersipu, sementara Galih hanya menggaruk rambutnya yang tak gatal. Merekapun tertawa.
Ines berhambur ke pelukan kakaknya yang sangat menyayanginya. Ia tahu, sebetulnya kakaknya itu sangat ingin menghajar Seger. Tapi demi menjaga perasaan Ines, Rikas tidak mau melakukannya.
***
Dua bulan kemudian, di sebuah sel tahanan, Ines menjenguk Seger sendirian. Bukan karena kangen, tapi karena kini ia harus mengambil keputusan tegas. Seger tidak pantas mendapat cintanya.
Di dalam sel, Seger menangis, menyesali perbuatannya. Namun Ines sama sekali tidak peduli dengan itu. Kalau ia tidak menahan diri, ia bisa saja meludahi wajah Seger.
“Kau bukan manusia Seger! Kau adalah hewan yang sanggup membunuh calon istrimu sendiri. Semoga Tuhan memasukkanmu ke neraka!” Ketus Ines.
“Maafkan aku Ines..!” Ucap Seger berderai air mata.
“Sebelum kau minta maaf padaku, minta maaflah pada calon anak kita yang sudah kau bunuh. Tapi perlu kau tahu satu hal, aku tidak akan pernah memaafkanmu. Bahkan kau tidak pantas mendapat apapun dariku. Hubungan kita bukan hanya putus disini saja, tapi aku berharap pengadilan menghukummu seberat mungkin. Kalau perlu hukuman mati!” Ines kemudian meninggallkan Seger yang hanya menunduk meratapi nasibnya. Ia tidak perduli dengan apapun yang diucapkan Seger. Hatinya hancur. Ia melangkah meninggalkan sel penjara itu dengan mata berlinang.
Di pelataran parkir, Imam merangkulnya menyambutnya dengan sedih dan prihatin. Tampak Rikas yang mengusap rambut sang adik dengan iba. Disana juga ada Galih dan Lana yang menyambutnya. Tak mau terlalu meratapi nasib, Ines mencoba untuk tersenyum walau sulit.
“Loh, kok Mas Galih dan Mas Lana disini? Katanya mau ke Santorini liburan?” Tanyanya terlihat ceria.
“Kami berangkat nanti sore.” Ungkap Galih.
“Aku ingin menyambut teman seperjuanganku dan Imam, korbannya si Seger.. hehe..” Ucap Lana bercanda, dan mereka semuapun tertawa. Akhir yang mereka harapkan agar dapat terselesaikan dengan indah.
~ TAMAT.

0 komentar:

Posting Komentar