JEALOUS Part 11


By: Kim Hye So.

Sore itu, Rikas menunggu sang adik yang sejak kuliah tadi belum pulang. Sebab seharian mencari di kampus, ia tidak menemukan Ines. Ada rasa cemas, setahunya Ines sudah keluar kampus dan tidak ikut kuliah.

Tidak ada yang tahu kemana Ines dan Seger pergi. Namun berdasarkan keterangan teman-teman Ines, mereka sering bolos kuliah. Seakan yang dicemaskan Imam dan Galih menjadi nyata. Mereka tidak menilai bagaimana Ines jatuh cinta, namun mereka tahu karakter lelaki yang mengajaknya berkencan.

“Kau terlihat gelisah sekali Rikas, ada apa?” Mamanya yang sore itu berada di rumah menyapanya. Tidak biasanya Rikas begitu gelisah.

“Mama tidak cemas dengan Ines?” Tanya Rikas.

“Tadi dia menelpon, pulang agak sorean sebab ada tugas kelompok yang harus dia kerjakan bersama teman-temannya.”

“Itu bohong Ma!”

“Bohong bagaimana?”

“Ines berbohong pada Mama.”

“Iya, kenapa ia berbohong?”

“Ines bolos kuliah beberapa hari. Teman-temanku mencemaskan Ines.”

“Bolos?” Ucap Mama terkejut.

“Iya, sudah beberapa kali ia bolos dan keluar bersama pacarnya. Bukan keluarnya yang dicemaskan teman-temanku, tapi karena lelaki yang mengajaknya ini mempunyai sisi buruk. Ines jatuh cinta pada laki-laki yang salah. Kalau saja teman-temanku tidak tahu siapa lelaki itu, mungkin mereka tidak akan cemas. Dan menganggap pacaran Ines biasa saja dan sama seperti gaya pacaran siapa saja. Tapi lelaki itu penakluk gadis dan pria di kampus. Dia bisex Ma. Teman-teman takut Ines yang lugu akan dibawa ke dalam pergaulan sex bebas.”

“Apa?” Mama terkejut bukan main. Tiba-tiba tengkuknya terasa sakit.

”Iya Ma, serius. Ines belum bisa berpacaran sehat, seperti aku dan Imam. Yah walaupun hubungan kami ini tidak normal yang pentingkan sehat. Bagaimana menjaga pacaran agar tetap selamat sampai tujuan Ines belum tahu. Rikas takut Ma..”

“Mama tidak tahu masalah itu Rikas…”

“Mungkin sudah satu bulan ini mereka berpacaran. Coba Mama Tanya pembantu, pernah tidak Ines membawanya ke rumah?”

“Hadduh, Ines kan belum pernah jatuh cinta ya?” Mama mulai khawatir

“Itulah Ma. Aku takut keluguan dan kepolosan Ines akan dimanfaatkan laki-laki itu. Laki-laki itu sudah dinilai buruk di mata beberapa temanku ma..”

“Adduh, kenapa kamu tidak mengawasi adikmu sih Rikas..!”

“Aku juga baru tadi diberitahu teman-temanku yang mencemaskan Ines.”

“Lalu?”

“Aku langsung saja mencari Ines di kelasnya. Tapi Ines sudah pergi. Tasnya pun juga tidak ada. Ia sudah bolos dua mata kuliahnya hari ini dan hal ini sudah berlangsung beberapa kali.”

“Hadduh, bagaimana ini?”

“Mama juga sih, ditelpon percaya begitu saja pada Ines.”

“Mama kan tidak tahu Rikas..!”

“Coba tanyakan saja! Terutama saat Mama pergi berziarah ke makam eyang dua hari kemarin itu. Sorenya kan aku main band di rumah teman. Siapa tahu saja Ines juga mengajak pacarnya menginap di rumah ini.”

“Memang sudah sejauh itu?”

“Itu yang aku cemaskan Ma. Sebagai kakak, aku sudah berusaha memberi contoh yang baik. Bagaimana memilih pacar dan mempertahankan pacar sampai tujuan kita selesai. Ines kan belum pernah tuh, aku takut jika ia tidak bisa menjaga dirinya.”

“Coba Mama tanyakan Bik Marni dan Bik Ijah, siapa tahu saja mereka tahu sesuatu.” Sang Mama dengan gelisah masuk ke dalam rumah. Mereka menemui dua pembantu di belakang dan menanyakan dengan detail tentang Ines. Akhirnya sang Mama terkejut mendapatkan jawaban yang sungguh di luar dugaan.

Mama keluar lagi dengan wajah yang muram. Ia beberapa kali menarik nafas panjang.

“Bagaimana Ma?” Tanya Rikas.

“Benar Rikas, kita kecolongan…”

“Maksud Mama?”

“Ines pernah membawa pacarnya itu dua kali ke rumah. Mereka pacaran di rumah waktu Mama dan Papa ke luar kota. Mereka pacaran dari siang sampai malam di kamar, tidak keluar sama sekali. Tidak tahu apa yang terjadi. Tapi siapa yang bisa menjamin mereka tidak melakukan apapun?”

“Itu sudah satu bulan lalu kan Ma?”

“Iya…”

“Saat itu Seger Wahyudi baru putus dengan Lana. Pacarnya ketakutan, dan memilih putus cinta dengannya. Ia kemudian mendapatkan Ines. Aku takut Ines tidak tahan godaannya. Justru Imam dulu juga pernah disakitinya. Hanya saja Imam, Lana dan lainnya masih bisa menjaga diri. Tapi Ines? Entah mengapa aku merasa khawatir..”

“Jadi laki-laki itu bernama Seger Wahyudi?” Tanya sang Mama.

“Iya..”

“Kamu mencemaskan Ines karena pacaran dengan lelaki itu?”

“Iya, semisal dengan lelaki yang Rikas kenal berkarakter baik itu tidak masalah, namanya juga anak muda. Tapi masalahnya, dimata banyak teman Rikas, seperti Imam, Lana, Galih juga Izham menilai Seger negative Ma. Bahkan teman-teman mengingatkanku untuk menyelamatkan Ines. Padahal selama ini mereka tenang-tenang saja. Mereka berkomentar justru setelah mereka melihat sendiri betapa lengketnya Ines dengan Seger. Mereka tentu saja berharap tidak terjadi apa-apa pada Ines. Tapi masalahnya, kalau kita terlambat memberi peringatan. Bagaimana kalau Ines hamil?” Ujar Rikas panjag lebar.

“Apa sudah sejauh itu Kas?”

“Justru itu, karena lelaki itu bernilai negative di mata teman-teman Rikas. Mereka mencemaskan Ines, karena Ines adik Rikas Ma..”

“Mama juga tidak setuju kalau mereka pacaran seperti itu Kas..”

“Makanya Ma. Ines hanya melihat aku pacaran dengan Imam. Ia tidak tahu, bagaimana kami menjaga untuk tetap bersih sampai kuliah selesai. Kami berhasil, sebentar lagi kuliah selesai, dan dua tahun pacaran kami bisa menjaga diri. Tapi Ines, kuliahnya masih lama. Masih tiga tahun lebih dia untuk sampai semester akhir…”

Belum lagi selesai ucapan Rikas Rusdiantoro, sebuah mobil memasuki halaman rumah dengan halaman yang cukup luas itu.

Ines keluar dari mobilnya dan heran melihat Mama dan kakaknya menatapnya dengan serius. Ines menjadi salah tingkah sendiri.

“Ma…!” Panggilnya pelan.

“Darimana Ines?” Tanya Mama mulai menginterogasi.

“Dari ngerjain tugas kelompok.”

“Kalau seorang anak sudah berani berbohong, mau jadi apa kelak dia? Kamu tidak takut dosa Ines, sehingga berbohong pada Mama? Kamu darimana? Kamu terlihat seperti habis mandi, iya kan?” Selidik Mama.

“Ahhh, aku dari rumah teman ma..” Jawab Ines ragu.

“Dari rumah teman? Apa kamar teman? Atau dari hotel?” Lanjut Mama agak keras.

“Ma..?” Ines tidak menyangka kalau ia akan diinterogasi begini, dia tidak menyiapkan diri sama sekali. Ines tercekat. Rasa tidak enak mulai menelusupi relung hatinya. Sebab Mamanya jarang sekali berkata seperti itu.

“Ma…!”

“Duduklah Ines! Mama mau bicara…”

“Ada apa sih Ma?”

“Ya tentu saja ada apa-apanya kalau mama sampai bicara seperti ini. Mama sedang sangat serius, dan Mama sudah lama menunggumu. Begitu juga dengan kakakmu.”

“Ines tidak mengerti.”

“Sudah lama kamu pacaran?”

“Ma..?” Ines mulai gugup. Pasti ada sesuatu pikirnya.

“Tidak usah berbohong sama Mama kalau kamu tidak ingin Mama tidak percaya padamu! Jawab dengan jujur! Sudah lama kamu pacaran dengan Seger?” Tanya sang Mama. Mata wanita paruh baya yang tetap menjaga kecantikannya itu menatap dengan tajam. Ines menunduk lesu.

“Jawablah Ines!” Perintah sang kakak.

“Satu bulan…” jawabnya akhirnya.

“Kenapa kamu memilih Seger?” Selidik Rikas.

“Maksud Mas Rikas?”

“Banyak lelaki baik yang tidak membuat gelisah kakak dan Mamamu ini. Tapi ketika aku tahu pacarmu adalah Seger, kami langsung mencemaskanmu.”

“Mencemaskan bagaimana? Bukankah wajar kalau seorang gadis jatuh cinta? Mas Rikas juga punya pacar, laki-laki juga bahkan..”

“Ya. Tapi aku bukan Seger. Aku bisa menjaga Imam dengan baik. Dua tahun kami pacaran, namun kami memiliki tujuan yang sama. Ingin menikah setelah wisuda. Akupun juga menjaga Imam agar tetap bersih dan terhormat.”

“Aku tidak mengerti..” elak Ines.

“Kamu mengerti. Jika kau tahu siapa Seger, siapa lelaki yang kau sebut pacar itu, dan berapa gadis maupun pria yang telah disakitinya? Akupun juga tidak yakin jika kau punya pengalaman yang cukup untuk mempertahankan diri dari rayuan seorang lelaki. Itu yang membuatku resah, dan juga membuat Mama gelisah…”

‘Gadis maupun pria? Jadi Mas Seger..?’ pikir Ines. Selain itu, ucapan Rikas juga tegas, lugas dan jelas. Menusuk pada persoalan, langsung pada pokok sasaran. Membuat Ines terperangah, karena ia tahu kalau kakaknya itu sangat menyayanginya.

Ines menunduk, lama ia termenung. Sehingga ia tersudutkan. Ia tahu, selama ini ia tidak pernah berbohong pada Mamanya. Tiba-tiba Ines menangis, menghambur pada pelukan sang Mama. Rikas tercekat, ia sudah menduga apa yang telah dialami adiknya. Sialan Seger!

0 komentar:

Posting Komentar