JEALOUS Part 10


By; Kim Hye So.
Lengketnya Ines dan Seger sungguh diluar dugaan, dan sangat mesra pula. Mereka terus punya acara kemanapun mereka suka. Itu sudah menjadi rahasia mereka. Pacaran dan menikmati gairah, seperti tidak ada bedanya.
Ada yang kaget dan terus mengamati hubungan mereka. Pria yang cukup berpengalaman ini yakin kalau Ines sangat mencintai Seger. Melihat sinar mata gadis itu yang terus meredup, Ines pasti telah menyerahkan segalanya kepada Seger.
Ia yang memiliki hubungan khusus dengan sang kakak, yakin benar bahwa Seger telah menaklukkan hati Ines, setelah putus cinta dengan Lana.
Imam, pria tampan dengan tubuh yang cukup tinggi itu menemui kekasihnya, yang tak lain adalah kakak Ines sendiri, Rikas.
Saat itu Rikas sedang berdiskusi hangat mengenai persiapan ujiannya yang sudah semakin dekat. Ada Galih disana.
“Rikas..!” Panggil Galih.
“Ya??” Jawab si empunya nama.
“Tuh! Ditunggu tuh!”
“Siapa?”
“Siapa lagi ah.”
“Imam ya?” Tanya Rikas memastikan.
“Ya. Tuh! Di depan pintu!” tunjuk Galih.
Mata Rikas menatap jauh ke pintu, ia melihat Imam melambaikan tangan mengisyarakan bahwa ia sedang memanggilnya. Dua anak muda itu sudah menjalin hubungan cinta dua tahun terakhir. Imam tentu saja sangat mengenal Ines, gadis manja yang masih sangat lugu. Tapi, ditangan Seger, bisakah ia tetap lugu dan terjaga?
Kecemasan Imam membuat Rikas mengerutkan kening.
“Ada apa Mam?”
“Aku mau bicara denganmu.”
“Aku ada diskusi.”
“Sebentar, ini sangat penting.”
“Dimana?”
“Di bangku, dekat balkon itu saja.” Tunjuknya pada sebuah bangku.
Merekapun memutar koridor menuju balkon di belakang ruang kuliah. Mereka duduk di bangku tak jauh dari balkon itu. Yang berhadapan dengan gedung fakultas hukum.
“Ada apa sayang?” Ucap Rikas menggoda.
“Tidak usah bercanda. Ada sesuatu yang gawat…” kata Imam panik.
“Gawat apaan?” Tanya Rikas mulai serius.
“Ines…”
“Ines?” Tanya Rikas tak mengerti.
“Iya, adikmu..”
“Ada apa memangnya?”
“Gawat…”
“Iya, gawat apanya?”
“Sudah tahu belum?” Tanya Imam.
“Apa sih sayang? Aku tidak mengerti maksudmu.” Ucap Rikas bingung.
“Ines jatuh ke pelukan Seger.”
“Seger?”
“Iya…”
“Sejak kapan?” Tanya Rikas.
“Enggak tahu aku, aku mengamatinya sudah satu minggu ini. Aku tidak berani bilang sebelum yakin benar. Tapi mereka sangat mesra. Kamu bisa tanya Galih, bagaimana Seger itu. Kau pasti juga tahu kalau anak semester enam itu sangat sombong sekali. Dan ia juga sudah menyikiti banyak orang, tidak wanita saja bahkan lelakipun sudah menjadi korbannya. Kau tahu kan dia bisex? Dan itu sudah menjadi rahasia umum.” Jelas Imam panjang kali lebar kali tinggi.
“Iya, termasuk kamu.” Goda Rikas
“Dan Lana, serta yang lain..” Jawab Imam tak menghiraukan godaan kekasihnya itu.
“Tapi dulu, kamu tidak apa-apa kan?” Tanya Rikas memastikan.
“Benar. Aku dan Lana mungkin biasa saja, kami tidak dirugikan apapun. Tapi Ines,?” Ucap Imam khawatir.
“Kenapa memangnya?”
“Dia lengket sekali dengan Seger, sangat mesraa..”
“Kau cemburu?” Tanya Rikas menelisik.
“Ini bukan masalah cemburu, sebagai kakak kamu seharusnya melindungi Ines.” Anjur Imam.
“Wajar toh perempuan dekat dengan laki-laki, nggak tahu lagi jika Ines sama seperti kita..” Jawab Rikas santai.
“Bukan masalah itu, kamu yakin pasti tahu siapa Seger. Kamu pernah dibuat marah olehnya. Galihpun sempat beradu fisik dengannya demi menyelamatkan Lana.”
“Lalu apa hubungannya dengan Ines?” Tanya Rikas dengan lemotnya.
“Astaga Rikas..!! Apa kau tega membiarkan Ines menjadi korban cinta Seger?” Umpat Imam gemas.
“Apa mereka sudah sejauh itu?”
“Aku melihat kemesraan mereka tidak wajar. Seger sedang patah hati. Aku takut kalau ia balas dendam dengan menyakiti hati adikmu. Aku takut mereka sudah terperosok terlalu dalam. Jika Seger bertanggung jawab, itu tidak jadi masalah. Bagaimana jika Seger tidak mau bertanggung jawab? Kamu tidak melihat perkembangan adikmu? Bagaimana ia nampak lesu, mata redup, namun sangat lengket dengan Seger? Rikas! Kau harus mengingatkan Ines..!” celoteh Imam.
“Aku selama ini sibuk. Jadi aku belum tahu. Coba nanti habis diskusi aku temui Ines. Tapi jika mereka saling mencintai, aku tidak akan keberatan. Namun jika Seger mempermainkan Ines, baru aku akan menuntut.”
“Bagaimana kalau kamu sudah terlambat?”
“Maksudmu?”
“Ines masih sangat hijau dan polos. Ia masih belum bisa menjaga cinta yang baik itu harus bagaimana. Kalau tahu-tahu dia hamil bagaimana?” Ucapan Imam barusan tentu saja mencengangkan Rikas.
“Apa mereka sudah sejauh itu?” Tanya Rikas masih tidak percaya.
“Siapa tahu saja kan?”
“Baiklah, nanti aku akan menemui Ines.” Putusnya kemudian.
“Aku calon kakak iparnya, itupun jika kau menepati janjimu untuk melamar dan mengajak ku menikah di London.”
“Untuk masalah kita, kamu tidak usah khawatir! Aku pasti menepati janji. Orang tua kita kan juga sudah merestui.” Ujar Rikas tersenyum.
“Nah, sebagai calon kakak ipar, aku tentu saja sayang. Dan aku melihat perkembangan tidak sehat. Aku yang sudah menjalin kasih denganmu dua tahun saja, tidaklah semesra mereka berdua yang baru kenal lho! Ines satu kelas dengan Rama. Dan Rama adiknya Seger. Yang aku khawatirkan, Rama sengaja mengumpankan Ines agar Seger tidak patah hati. Karena Ramalah yang menjadi penyebab hancurnya hubungan Lana dan Seger.” Cerita Imam.
“Aku lihat Lana dengan Galih.”
“Bagus. Galih adalah lelaki yang bertanggung jawab dan selama ini memang belum pernah punya kekasih.”
Rikas terdiam. Ia paham apa yang dicemaskan Imam. Masalahnya ia memang tidak tahu kalau Ines punya hubungan dengan Seger. Kalau saja ia tahu, ia pun akan menasehati sang adik untuk hati-hati.
“Yang membuatmu cemas itu apa?” Tanya Rikas kembali.
“Perubahan wajah yang tidak lagi cerah. Lengket dan mesranya mereka berdua. Bahkan aku sering melihat mereka berdua keluar kampus saat mereka masih ada jam kuliah.” Ungkap Imam.
“Sampai sejauh itu?” Kembali Rikas tercengang.
“Iya. Kita saja susah payah menghindari hal itu, walapun kita sama-sama laki-laki. Aku takut adikmu yang belum punya pengalaman akan menjadi korban buaya kampus. Jika sudah terlambat, bukankah Ines sendiri yang kelak akan rugi? Kalau belum apa-apa sih, tidak masalah tinggal memesan hati-hati saja. Tapi gimana kalau semua sudah terlambat, dan Ines nantinya hamil, bagaimana?”
“Wadduhh..” Rikas mulai panik. Rikas merah padam. Namun ia berusaha agar tetap tenang. Ia berharap adiknya belum sejauh itu. Namun Imam adalah pria yang pernah dekat dengan Seger (red:pacar).
“Ku harap ini bukan karena kau cemburu Imam! Ku harap bukan karena kau iri pada Ines.” Ucap Rikas dengan wajah yang terkesan datar.
“Ya Tuhan! Amit-amit deh jika kamu meragukan ketulusanku. Jika kamu menuduhku begitu, berarti aku tidak setia denganmu. Berarti kamu menuduhku menduakan hati?” Kata Imam agak sengak.
“Bukan begitu, aku percaya pada kamu kok sayang..” Rayu Rikas.
“Kalau percaya, selamatkan Ines! Aku dulu susah payah menghindarinya. Hingga keputusanku sama dengan Lana, menjauh darinya. Itu karena Seger bukan lelaki yang bisa dipercaya.” Ujar Imam.
“Begitu ya?” Rikas terlihat masih ragu.
“Percayalah padaku! Kalau aku termasuk pria yang mudah menyerah, aku mungkin sudah melakukan itu dengan Seger dan tidak jadi milikmu.”
“Tapi, kamu masih mempunyai kesucianmu kan? Kamu masih perawan kan?” Rikas menggoda Imam lagi.
“Percayalah! Aku belum ada yang menyentuh, walau sudah ada yang mengajak.” Kata Imam. Rikas mengernyit.
“Hahhaha, jangan khawatir! Ini milikmu dimalam pertama kita. Atau nanti setelah kita wisuda, baru akan ku serahkan padamu.” Ucap Imam serius.
“Benarkah..?” Kata Rikas masih menggoda kekasihnya itu.
“Sumpah!”
“Sumpah apa?”
“Sumpah dicium kamu!”
“Yang benar dong! Sumpah apa?”
“Ya ampun, jika aku berbohong, kamu tidak usah repot-repot memboyongku ke England dan menikahiku. Buat apa menikahi seseorang yang suka berbohong. Bagaimana denganmu sendiri?”
“Percayalah! Aku masih lelaki terhormat sampai saat ini. Rugi kan jika memberikannya kepada orang lain, sementara kita hampir melewati waktu yang panjang dan membosankan itu. Bukankah kita sepakat?” Rikas mengulum senyum.
“Iya. Setelah lamaran pertama kita bisa saling menikmati atau sekalian nanti waktu kita sudah menikah. Masalahnya sekarang adalah, selamatkan adikmu!” omel Imam.
“Iya-iya, nanti akan ku selidiki dulu.”
“Ku harap kamu tidak terlambat menyelamatkan Ines. Ku harap kamu tidak akan menyesal atas sikapmu yang terlalu tenang melihat adikmu perlahan terseret arus dalam percintaan!”
“Astaga Imam! What should I do? Tidak bisakah kamu sedikit woles?” Kata Rikas frustasi menanggapi kekasihnya yang agak over itu.
“Sudah-sudah! Tugasku sudah selesai. Jangan pernah menyesali sesuatu yang mungkin akan menimpa adikmu!” kata Imam sambil meninggalkan Rikas yang termangu sendirian. Ketika ia menoleh, Imam sudah menghilang di balik gedung. Mungkin ia sudah menuruni tangga.
Untuk meyakinkan hal itu, ia membicarakan serius dengan Galih. Apa yang dilihat Imam, juga sering dilihat Galih.
Lelaki itu juga mencemaskan adik sahabatnya itu. Ia tidak yakin kalau Seger akan menjaga baik Ines yang lugu. Bagi Galih, Ines terlalu muda untuk mengenal cinta yang sesungguhnya. Ines juga belum mengenal Seger dengan baik.

0 komentar:

Posting Komentar