Last Face
Empat tahun kemudian,
Prefektur Hamamatsu-shi, Shizuoka
Author POV’s
Kota Hamamatsu terletak di antara kota besar Osaka dan Ibukota Jepang Tokyo. Menjadi tempat persinggahan yang nyaman bagi traveller, karena temperatur yang tidak sedingin tempat lain waktu musim dingin. Salju sangat jarang turun, bisa di katakan tidak pernah turun di Hamamatsu. Pantainya yang indah terdapat "Dune" (Padang Pasir) yang luas ramai pengunjung waktu musim panas dan festival. Hamamatsu Tower, reka bentuk bangunannya melambangkan Hamamatsu sebagai "MUSIC CITY". Menurut pakar peniup harmonika Sato-san, bangunan ini menyerupai harmonika. Di situ terletak Hotel Okura dan shopping mall, serta Stasiun Under One Roof !. Di komplek tower ini terdapat juga Museum Musik, di mana menyimpan alat musik tradisional Jepang maupun manca negara. Gamelan Jawa pun ada serta sering di mainkan oleh orang Jepang dan kadang di mainkan oleh "seniman" Jawa yang di undang khusus untuk pentas. Pada bulan Mei, yaitu liburan musim semi, di Hamamatsu ada festival MATSURI, seluruh desa di Hamamatsu menunjukkan atraksinya, yang terpusat di sekitar tower ini selama 3-4 hari. Kota Modern dengan tradisi ratusan tahun masih terpelihara. Ketika festival, terdapat beraneka warung makanan dari seluruh penjuru dunia, bertempat di Under Pass depan Okura City.
Tampak seorang pria yang paras wajahnya mirip seorang wanita dengan tubuh yang agak tinggi tapi setara dengan perempuan pada umumnya sedang menyirami tanaman yang berada di dalam apartemennya itu. Wajahnya tampak ceria sambil mendengarkan earphone di telinganya. Rupanya dia sudah berubah sejak empat tahun lalu, rambut pirangnya yang panjang sudah di cat berwarna hitam kelam, namun masih tetap panjang, bahkan sudah melebihi pundaknya.
Suzuki Seira a.k.a Aikawa Sora itu benar – benar sudah berubah sangat mirip dengan orang lain. Dia sudah hidup tenang di kota ini hampir beberapa tahun ini, dia melanjutkan kuliahnya yang tertinggal di Tokyo dan lulus di sini dari kampus kecil yang terletak dekat dari apartemen barunya tersebut. Bahkan perawakan Seira sudah melebihi seperti perempuan umumnya kulit tubuhnya putih mulus dan wajahnya yang cantik sangat menunjang penampilannya seperti itu. Tetapi dia hanya akan memakai pakaian wanita jika keluar dari apartemennya tersebut, jika sudah di dalam kamarnya dia tetap menjadi seorang pria. Mungkin menurutnya, dia sudah berubah menjadi seorang *okama (gay dijepang yang berpakaian seperti wanita) hanya beberapa temannya yang tahu dia adalah seorang pria Seira atau Sora memakai penyamaran ini hanya untuk lepas dari Kiriya, cinta masa lalunya terbukti hingga sekarang dia tidak pernah mendengar kabar dari Kiriya lagi.
“Halo ? Selamat pagi ?” tanya Sora dengan semangat tapi tidak ada jawaban sama sekali dari orang yang meneleponnya itu.
Sora hanya mengerutkan kening dan menutup ponselnya tersebut dan kembali dalam aktifitasnya tersebut setelah selesai dia segera berganti baju dan pergi menuju kantornya tempat dia bekerja sekarang.
Kereta bawah tanah pagi ini juga masih penuh sesak, Sora harus berdesak – desakan dengan penumpang lainnya dan dia juga harus menjaga dirinya agar tidak menjadi bahan pelecehan seksual yang sering dia dengar dari berita radio dan televisi. Ketika ingin merubah posisi berdirinya menjadi menyamping dia sangat terkejut bertemu dengan orang yang di sebelahnya tersebut. Sora langsung mengalihkan wajahnya dan menyembunyikan mukanya. Tubuh tinggi dan wajah tampan itu tidak berubah walaupun sudah empat tahun berlalu, Kudo Kiriya. Apa yang di lakukan Kiriya di Hamamatsu ? Apa dia sudah menemukan keberadaanku ? Ti ... Tidak mungkin, batin Sora kesal. Kereta akhirnya berhenti di stasiun berikutnya dan dia langsung keluar dari kereta itu dan berlari dari stasiun itu. Aku menutup mulutku tidak percaya memang ayah Kiriya adalah seorang pejabat penting dalam pemerintahan tapi tidak mungkin bisa menemukanku yang sudah merubah nama bahkan penampilanku seperti wanita itu, gumam Sora dengan gugup.
“Selamat pagi semua” sahut Sora dengan riang walaupun hatinya masih agak terkejut dengan kejadian di kereta tadi.
“Tumben kau sepagi ini Seira ?” tanya teman sekantornya, Kobayashi Shinya.
“Hanya ingin menghindar dari keramaian di kereta bawah tanah tapi tetap saja tidak bisa duduk” balasku tersenyum terpaksa.
“Itu sudah pasti ..., Ngomong – ngomong hari ini ada rapat penting jadi mungkin aku akan sedikit telat untuk makan siang denganmu” balasnya lagi.
“Tidak apa – apa Shinya-san, namun ada rapat apa ? Tumben sekali bagian Purchasing juga harus ikut ?” tanya Sora lagi.
Shinya hanya mengangkat bahu pelan.
“Kabarnya akan ada Wakil Direktur baru disini jadi untuk perkenalan semua Divisi harus mengikutinya” jawab Shinya datar.
Salah satu teman Sora yang mengetahui dia laki – laki adalah Shinya, seorang pria yang dikenalnya pertama kali ketika bekerja part timer di Hamamatsu ini. Shinya adalah seorang atasannya dari divisinya bekerja sekarang cukup membuat Sora lega karena Shinya seorang straight yang baik dan cukup perhatian padanya karena Shinya tahu masa lalu yang di alami oleh Sora tersebut.
“Tunggu aku setelah selesai rapat nanti, Seira” tukas Shinya lagi sebelum berlalu.
“Baiklah Shinya
-san” balas Sora memberi salam ketika Shinya sudah pergi.
-san” balas Sora memberi salam ketika Shinya sudah pergi.
Sora hanya menghela nafas pelan ketika Shinya sudah pergi. Tak pelak dari sifat Shinya yang sangat mirip dengan Kiriya yang cukup memaksa namun masih terlihat kesan lembutnya sangat berbeda dengan Kiriya. Sora menguncir rambutnya yang panjang ke belakang saat melakukan hal itu dia merasa di perhatikan, lalu sebuah dehaman agak keras dari seseorang membuatnya kaget.
“Ehmm ..., Suzuki beri salam pada Wakil Direktur baru kita” sahut Presdir kepada Sora. Sora yang mendengar hal itu langsung membungkukkan badan dan memberi salam pada pria yang berada di depannya tersebut saat mendongak untuk melihat orang tersebut dia tersentak kaget.
“Mulai hari ini Wakil Direktur ini akan bekerja bersama kita, tolong kau bantu dia” ujar Presdir lagi. Sora tidak tahu harus menjawab apa karena pria yang berada di depannya sekarang adalah Kiriya.
“Kudo Kiriya” sahutnya datar sambil mengulurkan tangan ke arah Sora.
Sora masih terbengong – bengong menatap Kiriya dengan kaget lamunannya terhenti ketika Presdir tersebut menepuk bahu Sora pelan.
“Hei, Suzuki aku tahu dia tampan tapi tidak perlu terlalu takjub seperti itu” ujar Presdir pelan.
“Ma ... Maafkan saya ... “ ujar Sora membungkukkan badan meminta maaf berkali – kali. Kiriya agak terkejut, karena ketika melakukan hal seperti itu suatu aroma tercium dari tubuh Sora yang menurutnya masih sama seperti dulu.
“Perkenalkan nama saya, Suzuki Seira ..., Mohon bimbingannya” sahut Sora lagi masih membungkukkan badan. Tiba – tiba Kiriya menyentuh pipi Sora pelan menyadari hal itu, Sora langsung menepis tangan Kiriya agak ketus.
“Suzuki apa yang kau lakukan ?” tanya Presdir agak marah dengan perlakuan Sora tersebut.
“Ma ... Maaf sekali lagi saya masih ada pekerjaan yang harus saya kerjakan” jawab Sora langsung berlalu dari tempat itu. Perasaan berdebar – debar dan rasa cinta itu kembali merasuki pikiran Sora, tidak tahu apa yang harus di lakukannya sekarang.
“Maafkan dia Kudo
-san mungkin dia sedang sakit” ujar Presdir yang masih berdiri dengan Kiriya di ruangan itu,
-san mungkin dia sedang sakit” ujar Presdir yang masih berdiri dengan Kiriya di ruangan itu,
“ ..., Tidak apa – apa Presdir, aku hanya mencium aroma yang kukenal darinya tapi mungkin hanya perasaanku saja” balas Kiriya tenang lalu mereka berdua pergi dari ruangan tersebut.
Sora POV’s
Jantungku tidak bisa berhenti berdetak selama beberapa tahun terakhir ini aku berusaha untuk melupakan wajah Kiriya, tapi sekarang dia muncul kembali di sini. Kenapa dia bisa ada disini ? Apakah dia sudah tahu kalau tadi yang berada di hadapannya adalah diriku ? Tapi wajahnya terlihat tenang mungkin dia sudah melupakanku ? Sudah tentu pasti empat tahun bukan waktu yang sebentar dia sekarang pasti sudah menikah. Aku harus bersikap biasa – biasa saja di hadapannya agar jati diriku tidak terbongkar.
Akupun langsung mencuci muka di kamar mandi dan membereskan penampilanku mudah – mudahan saja aku melewati hari ini dengan baik. Tapi tunggu bukankah dia dulu mengambil jurusan Kedokteran kenapa dia menjadi Wakil Direktur di perusahaan musik seperti ini ? Aneh sekali, batinku. Aku mengesampingkan pikiran itu dan kembali ke meja kerjaku untuk mengurusi semua pekerjaanku yang tertunda kemarin. Selama delapan jam tersebut, aku tidak pernah melihatnya lagi mungkin dia sedang ada tugas keluar tak kusangka haluannya berubah menjadi seperti ini.
Selesai kuliah tadinya aku ingin menjadi seorang komposer tapi sangat sulit sekali dan waktu itu aku bertemu dengan Shinya-san, jadi aku menerima tawarannya bekerja di perusahaan ini yang masih berhubungan dengan musik. Terkadang aku juga menjadi pengisi acara – acara yang di adakan oleh kantor untuk bermain biola atau piano. Aku cukup senang bekerja di sini apalagi di kota musik ini membuatku tahu banyak tentang musik dan berbagai macam peralatannya. Musik selalu membuatku tenang dan rileks karena hal itulah yang di ajarkan oleh kedua orangtuaku walaupun aku tidak terlalu mengingatnya. Orgel yang waktu itu kuberikan sebagai bingkisan untuk paman dan bibi Kudo juga Takuya-niisan tersebut adalah kenangan terakhirku bersama orangtuaku. Aku tidak menyesal memberikannya pada mereka karena aku sudah menganggap mereka sebagai orangtua kandungku sendiri.
Jam kerjaku sudah selesai dan saatnya untuk pulang sebelumnya aku akan pergi ke convenience store terlebih dahulu untuk makan malam karena hari ini aku tidak sempat untuk memasak. Selesai membeli makanan siap saji aku keluar dan menuju apartemenku yang terletak cukup menanjak dari jalan raya. Malam ini cukup terang jadi bisa melihat beberapa bintang di atas langit hari ini aku merasa lega karena pekerjaanku tidak terusik karena keberadaan Kiriya hari ini di kantor. Ketika sampai di gerbang apartemen aku melihat sebuah mobil yang cukup mewah tidak biasanya di apartemen ini ada orang kaya yang datang kesini. Aku tidak memperdulikannya dan segera masuk kedalam lobby apartemen dan ingin melihat ke kotak posku, siapa tahu ada surat dari Shinya-san tentang acara kantor berikutnya.
“Sora ?” sahut seseorang memanggil namaku dan aku sangat mengenal suara itu, aku tidak berani menengok dan menutup kembali kotak posku itu lalu segera beranjak pergi dari sana.
“Hei, tunggu ... Kau mau kemana lagi ?” tanya orang itu lagi menarik tanganku dan membalikkan badanku kami saling bertatapan sejenak dan dia sepertinya cukup kaget melihatku juga.
“Kau ... ? Yang berada di kantor tadi pagi ?” ujar Kiriya lagi seperti tidak percaya dengan penglihatannya. Aku hanya menunduk pelan lalu dia memelukku erat sampai – sampai aku tidak bisa bernafas pelukannya yang kurindu tubuhnya yang kekar dan atletis ini selalu membuatku terpesona, namun ...
“Hentikan Kiriya .. “ aku mendorong tubuhnya pelan masih menunduk.
“Aku mohon jangan seperti ini” balasku lemah, berusaha menahan tangisku. Kiriya mengangkat kedua tanganku dan menciuminya terus.
“Aku rindu padamu kau tahu aku tidak akan pernah lelah untuk mencarimu” ujar Kiriya lagi tidak hentinya menciumi tanganku. Aku menarik tanganku cepat berusaha tidak menyinggung perasaannya lalu mendongakkan kepala mencoba menatapnya.
“Persahabatan kita sudah berakhir, jadi kukira semuanya sudah beres pulanglah hari ini aku sangat lelah” lanjutku.
“Tidak, aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi Sora walaupun kita bukan sahabat lagi maukah kau memulainya sebagai ...., pacarku ?” tanya Kiriya serius memegang kedua bahuku, menunggu jawabanku aku tersentak kaget dengan pertanyaannya,
“A ... Apa ? Ta ... Tapi bukankah kau seorang straight ?” tanyaku balik masih tidak percaya.
“Apakah aku pernah mengatakan padamu kalau aku seorang straight ? Jangan memutuskan hal dengan seenaknya Sora” jawab Kiriya ketus. Aku hanya terbelalak dengan perkataannya tersebut.
“Aku juga mencintaimu juga sejak dulu Sora tolong hargai perasaanku ini” ujar Kiriya lagi sambil memelukku lagi. Airmataku tidak bisa kubendung lagi tak pernah terpikirkan olehku, Kiriya juga mencintaiku. Aku menjatuhkan belanjaanku dan memeluknya juga erat tak ingin berpisah dengannya lagi.
“Aku mencintaimu Kiriya sangat mencintaimu” isakku mendekap di dalam pelukannya.
“Aku tahu, maafkan selama ini aku tidak pernah menyadari perasaanmu itu Sora aku bersalah padamu” balas Kiriya mengelus rambutku yang panjang.
Aku menggelengkan kepala cepat,
“Tidak, aku yang salah bahkan aku berpura – pura pacaran dengan Kuon-senpai hanya untuk mengubur rasa cintaku padamu ini seharusnya aku yang memberitahumu agar aku tidak terlalu sakit seperti ini” lanjutku tiba – tiba dia melepas pelukannya seperti kaget mendengar kata – kataku tadi.
“Kau pura – pura dengan Fukatani-senpai ?” tanyanya cepat.
“Iya, aku ingin menjauhimu tapi ternyata tetap tidak bisa tetap saja kau selalu ada di dekatku, walau aku mencoba berpacaran dengan senpai” jawabku masih terisak. Kiriya kembali memelukku erat.
“Aku senang kau tidak pernah mencintai Fukatani dan kau masih memikirkanku, jadi apakah aku tetap boleh berada di sisimu Sora ?” tanyanya lagi menatapku.
“Tentu saja aku tidak mau berpisah denganmu lagi Kiriya” balasku menyentuh pipi dan bibirnya yang tipis itu.
“Terima kasih Sora aku sangat mencintaimu” ucap Kiriya sambil tersenyum lepas aku sangat terkejut dengan ekspresinya tersebut itu adalah kerinduanku selama ini agar dia bisa tersenyum lagi.
“Kau tersenyum kembali Kiriya, hebat” girangku kembali memeluknya.
“Itu adalah janjiku padamu dan sudah kulaksanakan mulai sekarang aku hanya akan tersenyum di depanmu Sora” balasnya lagi.
“Kau tahu senyumanmu adalah semangat bagiku Kiriya, jadi jangan berhenti tersenyum ya ?” pintaku.
Dia hanya mengangguk cepat tak lama kemudian malam itu kami berciuman kembali, namun dengan status sebagai sepasang kekasih.
Tamat
0 komentar:
Posting Komentar