Monster Part 1


By: Otsu Kanzasky
Note: terinspirasi dari lagu Monster nya Eminem ft. Rihanna n film Disney `Tangled: Story Tale of Rapunzel'
***
Tepuk tangan riuh serta sorakan kemenangan menyambut para prajurit Cyprus yang telah tiba di markas besar yang terletak di kota Thira. Prajurit-prajurit berpakaian serba abu-abu nan gagah itu tampak sangat senang dan puas ketika prajurit yang bertugas kembali membawa hasil.
Sang Jendral mendapatkan ucapan selamat dan pujian dari sang Kapten. Pria bertubuh lebih kekar dengan kulit agak gelap itu tak hentinya tersenyum lebar dan menepuk pundak Julian.
"Anda memang Jendral terbaik yang pernah kami miliki" --sekali lagi sang Kapten memuji.
"Saya memiliki prajurit-prajurit yang hebat Pak" Julian merendah. Jimmie tersenyum bangga dengan jawaban itu.
"Baiklah, silahkan beristirahat Jendral. Terima kasih atas kerja keras anda" Jimmie mendaratkan pantatnya ke kursi kayu di belakang meja kerjanya.
"Yes sir!" Julian menyahut gagah sambil memberi hormat ala tentara, lalu keluar dari ruangan berukuran 4x5 meter persegi itu. Beberapa prajurit yang sedang berlalu lalang di sana pun otomatis memberi hormat dan Julian membalasnya ramah.
Pria bermata layaknya Elang itu melangkahkan kakinya menuju penjara khusus yang berada di bagian belakang pusat Kemiliteran itu. Sepanjang koridor yang pengap itu ia masih mendapat banyak hormat dari para staf yang bertugas.
"Lapor Pak! Tawanan telah di pindahkan!" kata seorang prajurit muda ketika Julian berada di depan pintu kompleks penjara--hormat beserta 2 prajurit yang lain.
"Laporan di terima, terima kasih atas kerja kerasnya" Julian membalas hormat.
"Yes sir!"
Ketiga prajurit muda itu pun beranjak, sementara sang Jendral masuk ke dalam penjara, dan udara lembab serta kesan suram menyambutnya. Penjara itu hening, hanya suara langkah kakinya yang terdengar, tak sedikit pun berpaling ke kanan-kirinya.
Dan suara sepatu kulit yang menapak pada tanah itu pun berhenti tepat di depan pintu besi yang berbeda dari bilik penjara yang lain. Mata abu-abunya menatap lurus melewati
teralis kecil yang ada di atas pintu.
Penjara khusus untuk tahanan khusus pula. Si Aquamarine.
Menatap lurus ke dalam sana, dan sorot mata yang selalu bisa membuat para prajurit takut pun berangsur sendu. Eraman terdengar dari sosok berambut panjang yang tertunduk itu, berusaha menarik lepas rantai yang membelenggu kedua tangan dan kakinya.
Entah apa yang membuat si porselen itu marah. Nafasnya menggebu, hasratnya meluap-luap, amarahnya yang sempat terlelap kini timbul.
"Apa yang membuat mu berada disini?" si Aquamarine bersuara. Memecah keheningan yang suram.
"...kau" bibir Julian bergerak singkat. Kiel mengangkat kepalanya, berpaling menatap mata abu-abu di balik teralis.
Lambat laun nafasnya berubah stabil, raut dingin di wajah porselen itu berangsur luruh. Saat matanya melihat lembutnya tatapan mata tajam itu.
"Jangan memberi kami alasan untuk melukaimu" ujar Julian.
"Tanpa alasan pun kalian akan tetap melukai ku..." kata Kiel pelan. Ada rintihan tak terucap di mata birunya.
Tak ada kata yang terucap dari bibir kering sang Jendral. Sudah cukup jelas dirinya melihat kesengsaraan di mata biru jernih itu. Wajah polosnya menyiratkan kemurnian yang tak terucap, dan bibir mungil itu memang selalu berkata apa adanya.
Akhirnya Julian hanya dapat menarik nafas samar, mengepalkan tangan kanannya erat.
"Jangan membuat kami memiliki alasan lebih untuk melakukan itu" ujarnya lagi. Tak bosan memandang wajah porselen dalam penjara itu.
"...selalu, kalian akan tetap seperti itu..." Kiel berkata lirih.
Sang Jendral paham, dirinya tak bisa lebih lama lagi berada disana, dengan pikiran dan hati yang bergejolak. Pria tampan itu memutuskan mengambil langkah, beranjak dari depan pintu besi penjara Kiel.
Dan lagi. Si Aquamarine kembali bertahan sendirian di dalam hawa dingin yang menyakitkan. Dan akan selalu seperti itu.
bersambung~

0 komentar:

Posting Komentar