Smiling Face Part 4



By : Sa-Chan.

Face 4
Kiriya POV’s
Akal sehatku sudah hilang melihat kejadian tadi Sora bersama Fukatani, kekasihnya dulu. Sekarang aku sudah bergumul dengannya di atas kasur yang sering kami tidur bersama di sana. Aku menciumi bibirnya dengan cepat mengelus semua badannya yang putih mulus itu. Memainkan nipplenya yang sudah tegang mencuat. Sora hanya mengerang pelan ketika kuperlakukan seperti itu dia berusaha mendorong tubuhku, tapi aku lebih besar darinya jadi tidak mungkin Sora bisa membuatku menjauh dari pelukanku sekarang. Berhenti mencium bibirnya aku beralih ke tengkuknya yang menggiurkan selalu membuatku ingin membuat kiss mark di sana. Sora menjerit tertahan ketika aku menggigit lehernya pelan kedua tangannya kutahan di atas dengan kedua bajunya yang sudah kuangkat dan kualihkan sebagai pengingat tangannya.
“Ki ... Kiriya apa yang kau lakukan ? Lepaskan aku” serunya tertahan karena aku kembali memainkan nipplenya yang sudah memerah itu.
Aku tidak memperdulikan kata – katanya aku kembali menjilat kedua nipplenya itu bergantian dia makin terangsang dan salah satu tanganku sudah memegang penisnya yang tegang itu. Erangannya berubah menjadi desahan tertahan, Sora berusaha menahan erangannya tersebut agar tidak ketahuan karena dia menikmatinya juga. Aku beralih kearah penisnya, melepas celananya dan mengeluarkannya dari celana dalamnya, dan mulai mengulumnya secara perlahan. Sora tersentak kaget dengan perlakuanku itu dia berusaha menjauhkan kakinya dan tubuh bagian bawahnya namun, aku tetap menahannya berada dalam mulutku wajahnya sudah memerah dan menatapku heran. Tangan kiriku tidak berhenti disitu saja aku mulai mencari di bawah sekitar testisnya dan mendapatkan sebuah lubang yang berwarna pink kemerahan sangat indah. Jari telunjukku mulai kutelusupkan kedalam sana Sora mulai mengerang tertahan lagi.
“Ja ... Jangan di sana ... Maafkan aku Kiriya, aku berjanji tidak akan menemui .. senpai lagi jadi ... akh“ jeritnya lagi ketika jari tengahku masuk mulai meregangkan lubang anusnya tersebut.
“Kau tahu lubangmu ini sangat sempit seperti mengisapku saja” ujarku mulai kehilangan kontrol penisku sudah sesak dari tadi.
Segera saja aku membuka seluruh pakaianku dan kami berdua sudah telanjang di sana. Dia sangat kaget melihatku seperti ini ada sirat pertanyaan di wajahnya aku langsung mendekat kewajahnya dan berbisik sesuatu di telinganya.
“Kau menerima akibatnya karena menjauhiku kau tahu aku bisa berbuat apa saja padamu, bahkan untuk hal seperti ini” aku mulai mencium bibirnya lagi dan mengangkat kedua kakinya kebahuku.
Aku mengambil lotion di samping tempat tidurnya dan mengolesi di sekitar lubang anusnya, sangat sempit sekali aku tidak pernah melakukan hubungan sampai seperti ini. Aku sudah tidak tahu lagi dengan akal sehatku yang penting Sora tidak akan pernah jauh lagi dariku.
“Ki ... Kiriya apa yang mau kau lakukan ?” tanyanya gelisah masih berusaha memberontak.
“Membuatmu jadi milikku seutuhnya” balasku cepat.
Ketika selesai berbicara seperti itu, aku langsung memasukkan ujung penisku ke dalam lubang anusnya itu sangat susah sekali, Sora mulai menjerit keras dan matanya terbelalak kaget.
“Sa ... Sakit Kiriya” pekiknya mendorong tubuhku agar tidak meneruskannya tapi dia tidak cukup kuat untuk itu.
Aku makin memasukkan seluruh penisku kedalam anusnya saat ujungnya mulai masuk dan terdengar bunyi pelan, aku mendesah lega dan otot anusnya seperti meremas – remas penisku. Aku juga mendesah pelan.
Aku menatapnya dalam di kelopak matanya sudah terdapat airmata yang jatuh dan dia menutup mata dengan lengan kirinya, sambil berkata lirih ...
“Apakah kau semarah itu padaku sampai kau melakukan hal ini Kiriya ? Kau benar – benar membenciku sekarang ?” tanyanya tidak dapat menahan tangisnya aku menatapnya kasihan apa yang sudah kulakukan ? Hanya karena amarah semata aku memperlakukannya seperti gay yang hanya menginginkan seks saja.
“Maafkan aku Sora, aku sama sekali tidak membencimu, aku ... “ ucapanku terhenti karena hampir mengatakan hal yang seharusnya tidak kukatakan pada Sora.
“ ... Tolong jangan pergi dari sisiku lagi aku merasa kesepian jika kau tidak ada di sampingku” lanjutku memeluknya erat dia masih sesengukan tidak mau menatapku.
Aku mulai menggerakkan penisku dalam anusnya dia tersentak kaget dan mengerang tertahan iramaku mulai kuseimbangkan agar Sora tidak merasa sakit saat gesekan dinding anusnya dengan penisku. Beberapa menit kami merubah posisi, aku sangat menikmati hubungan ini hal yang sudah lama aku inginkan bersama Sora. Akhirnya aku sudah tidak tahan dan pada hentakan terakhir aku menusukkan lebih dalam dan aku keluarkan di dalam lubang anusnya dia juga mencapai klimaksnya bersamaku.
Dalam sekejap sudah tengah malam hujan juga sudah berhenti turun Sora sudah tidur dengan lelap dan aku baru tahu ini adalah pengalaman pertamanya karena saat aku ingin menarik penisku keluar, cairan spermaku keluar bersama dengan darah dari anusnya. Aku cukup senang dengan hal itu karena kukira dia sudah pernah melakukannya dengan Fukatani sewaktu mereka masih pacaran dulu aku memandanginya yang sudah tertidur lelap wajahnya yang sangat polos itu masih sama seperti dulu, sebelum aku tertidur aku mencium bibirnya sekali lagi dan kami berdua tertidur di sana hingga pagi menjelang nanti.
Pagi harinya,
Aku meraba – raba kasur di sampingku tidak ada siapa – siapa aku langsung membuka mataku full, Sora sudah bangun ? Pikirku. Aku bangun dari kasur dan menuju dapur biasanya Sora jam segini sudah menyiapkan sarapan, namun ketika aku sampai didapur, tidak ada orang sama sekali, sunyi. Aku cek kekamar mandi, pintu tidak terkunci, aku kembali kekamar dan melihat tas Sora aku juga melihat isi lemarinya yang kosong tiba – tiba. Pakaiannya semua tidak ada aku mulai panik, memanggil – manggil namanya di setiap sudut ruangan tapi tidak ada, aku terkejut melihat sesuatu yang terdapat di meja ruang tamu.
Aku mendekat dan melihat apa itu ternyata kunci dan sebuah surat aku bertanya – tanya ada apa dengan Sora ? Apa dia sudah pergi ke kampus duluan ? Aku mulai membuka isi surat tersebut dan kaget melihat isinya,
“Kiriya, aku tahu aku selalu menyusahkanmu sejak dulu, hehehe, maaf kalau aku egois selama ini, seperti memanfaatkanmu saja, tapi di lubuk hatiku paling dalam, aku selalu bersyukur bisa bertemu dan mengenalmu. Mungkin ini terdengar agak klise, tapi aku sangat mencintaimu sejak pertama kali kita bertemu, senyummu yang tulus dan hangat itu membuatku menyadari ada yang aneh dengan diriku, dan aku baru tahu itu adalah cinta untukmu. Aku penasaran kenapa senyummu hilang begitu saja, ketika kita mulai masuk SMA, kau tidak seperti Kiriya yang aku kenal, selalu ceria dan tersenyum kepadaku. Perasaan ini sudah tidak dapat di bendung lagi, kemarin saat kau berhubungan denganku, kau tahu aku sangat senang sekali, bahkan hampir tidak percaya. Tetapi aku akan menganggapnya hanya kemarahanmu sesaat saja, aku akan melupakan hal itu, dan aku sudah bertekad akan menjauhimu. Semua yang aku alami sampai saat ini tidak bisa lepas darimu Kiriya, karena aku begitu mencintaimu, aku tidak ingin menjelekkan hubungan persahabatan kita selama delapan tahun terakhir ini. Jangan mencariku lagi, kunci apartemen yang kau berikan ketika kita mulai masuk kuliah sudah kukembalikan padamu, aku tidak ingin meninggalkan jejak yang selalu kau berikan padaku, maafkan atas keegoisanku ini, aku tidak tahu harus berbuat apalagi jika bertemu denganmu suatu hari nanti, aku tahu kau akan marah padaku, telah mengkhianati persahabatan kita selama ini, jadi sebelum itu terjadi, aku ingin segera menghilang dari hadapanmu, jika kita bertemu lagi, aku berharap bisa melihatmu tersenyum kembali Kiriya, aku selalu mencintaimu.”
From Your Friends,
Aikawa Sora
Aku meremas keras surat dari Sora tersebut dia meninggalkanku lagi ... ,Aku segera berlari kearah kamar dan mengambil ponselku dan memencet nomor Sora dengan cepat, nada sambung terdengar dan sayup – sayup aku mendengar nada dering ponsel Sora di tempat tidur aku mencari – carinya dan ternyata ada di bawah guling dia tidak membawa ponselnya dan di bawah gulingnya terdapat sepucuk surat pendek,
“aku tahu ponsel yang kau berikan tersebut terdapat alat GPSnya jadi aku kembalikan padamu, karena jika kubawa kau akan mengetahui keberadaanku, aku tahu watakmu Kiriya, jadi hubungan kita benar – benar sudah berakhir”
Sora kau mempermainkanku, batinku kesal. Aku segera mengambil baju dan berlari keluar apartemennya dan menyalakan mobilku. Kau bercanda bukan Sora ? pikirku ternyata kau menyimpan hal itu semuanya sendiri. Aku memang benar – benar bodoh tidak pernah tahu gelagatmu yang sangat mencintaiku. Padahal aku berpikir aku sudah mengetahui siapa dirimu Sora, tapi aku salah aku benar – benar buta tentang sifat dan semua sikapmu. Jangan menghilang dariku Sora aku mohon, karena aku juga sangat mencintaimu.
Aku menyusuri kampus terlebih dahulu, tepatnya ke fakultasnya berada menemui Miura, teman sekelas Sora yang kutahu.
“Miura, kau melihat Sora berada ?” tanyaku langsung ketika melihatnya sedang duduk di perpustakaan. Dia hanya menatapku heran,
“Tidak ..., Memangnya kenapa ?” tanyanya balik.
“Kau yakin ? Apakah dia sudah datang ke kampus ?” balasku lagi tidak sabar.
“Belum, Sora tidak mungkin datang ke kampus sepagi ini ada apa dengannya ?” tanyanya lagi.
Aku menatapnya sekilas wajahnya tidak menyiratkan dia membohongiku aku langsung pergi dari sana dan langsung menuju kantor tempat Sora bekerja. Pintu perusahaan itu belum terbuka, hanya satpam yang masih menjaga kantor itu aku segera menghampirinya.
“Pak, apakah Sora sudah datang ?” tanyaku to the point.
“Wah selamat pagi tuan Kudo, ..., Saya belum melihat tuan Sora sepagi ini kantor juga belum buka jadi tidak mungkin dia sudah datang” balas satpam itu tenang tidak mungkin dia berbohong juga, aku mulai kesal.
Aku kembali kedalam mobilku dengan kesal aku memukul dasbor yang berada di depanku. Sora kau kemana ? Batinku kecewa tak terasa pipiku mulai basah aku menyesal sekali aku memang bodoh seharusnya sejak dulu aku menyatakan perasaanku ini padanya, sehingga dia salah paham seperti ini padaku dasar bodoh. Tiba – tiba aku teringat sesuatu, aku langsung menancap gas dan menuju suatu tempat.
Kudo’s Residence
Sesampainya di sana aku segera membuka pintu itu dengan paksa dan melihat kedua orangtuaku juga Taku-ni, ada disana. Sejak mengenal Sora, aku langsung memperkenalkannya dengan kedua orangtuaku juga kakak laki – lakiku. Ketika membawa Sora kerumah mereka senang sekali karena sejak kecil aku tidak pernah mempunyai teman karena sikapku yang pemaksa dan arrogant. Hanya Sora seorang mau menerimaku apa adanya selama ini bahkan dia tidak pernah mengeluh jika sifat asliku sudah keluar.
Makanya aku sangat menyayangi Sora sampai seperti ini dan mereka sangat dekat dengan Sora terlebih ibu, dia sudah menganggap Sora sebagai anak kandungnya sendiri. Walaupun mengetahui orientasi seksualku yang berbeda kedua orangtuaku tetap menyayangiku apa adanya lagipula ada Taku-nii yang akan mewarisi semua bisnis dan mengikuti jejak ayah nanti.
“Ada apa Kiriya ? Ada sesuatu yang tertinggal ?” tanya ayah padaku.
“Apa Sora datang kesini ?” tanyaku balik dengan nafas yang tersengal – sengal.
“Baru saja dia pergi dia memberikan kami bingkisan ini apa kalian tidak bertemu di kampus ?” balas Taku-nii sambil menunjukkan sebuah bingkisan kecil yang aku tidak tahu apa isinya.
“Benarkah ? Kemana dia akan pergi ? Apa dia memberitahukan pada kalian ?” tanyaku lagi tidak sabar.
“Lho, bukankah dia akan pergi ke kampus ?” lanjut ayah.
“ ..., Tapi aneh sayang tadi kulihat dia seperti membawa tas besar apa mungkin dia pergi ke kampus dengan tas sebesar itu ?” sambung ibu.
“Tas besar ? Apakah koper ?” kagetku.
“Mungkin, tapi ada apa ini Kiriya ? Jelaskan pada kami” balas Taku-nii.
Aku berjalan mendekati mereka dan mulai membuka isi dari bingkisan itu aku kaget dengan isi yang ada di dalamnya, begitu juga ayah, ibu dan niisan. Sebuah orgel berukuran sedang jika di buka sebuah nyanyian merdu keluar dari dalamnya dan di tengah orgel itu tampak sebuah patung bergambar manusia yang berjumlahkan empat orang tiga pria dan satu orang wanita dalam posisi melingkar sambil berpegangan tangan.
“Ada sebuah surat di dalamnya” tukas Taku-nii yang membuat kami terkejut, aku langsung merampas surat itu dari tangannya dan membacanya lagi.
“Paman, bibi, Taku-niisan, juga ... Kiriya jika kau sudah melihatnya, ini adalah orgel tua yang di tinggalkan oleh kedua orangtuaku dulu. Juga hanya inilah satu – satunya benda berharga yang selalu menemaniku jika aku merasa kesepian. Namun, ketika mengenalmu Kiriya juga keluargamu, aku merasa aku tidak akan pernah merasa kesepian lagi. Sambutan hangat kalian kepadaku mengingatkan kembali tentang masa kecilku yang sempat hilang, apalagi bibi, aku sangat berterima kasih padamu, kau selalu membuatkan makanan yang istimewa untukku, juga paman dan Taku-niisan yang selalu menyemangati dalam belajar, jika tidak ada kalian aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Paman, bibi, maaf jika aku mengatakan hal yang tidak sewajarnya, saat ini aku benar – benar mencintai Kiriya, bukan saat ini, tapi sejak dulu pertemuan pertama kami di cafe waktu itu. Aku tahu paman dan bibi pasti marah kepadaku, karena mempunyai cinta yang tidak wajar kepada Kiriya, tapi aku tidak bisa membendungnya lagi. Walaupun aku selalu tampil kuat dan senang, tapi dilubuk hatiku aku sangat sakit untuk satu hal yang ini saja. Selama ini aku selalu berpura – pura untuk menjadi sahabat terbaiknya karena Kiriya seorang yang rapuh, aku sangat tahu hal itu, karena sejak pertemanan kami, dia selalu saja mengekorku kemana aku pergi. Jujur, aku senang selalu berada di sampingnya dan dia dekat denganku juga, tapi itu selalu membuatku salah paham akan sikapnya padaku. Orgel ini mengingatkanku tentang kalian semua dan kebetulan jumlahnya pas sekali, juga cocok dengan kalian, tiga orang pria dan satu orang perempuan, yaitu bibi, hehehe. Kiriya jika kau mencariku dengan relasi ayahmu dalam pemerintahan, kurasa itu juga tidak akan berhasil, karena aku akan merubah namaku dan penampilanku, jadi aku harap kau mengurungkan niatmu itu dan berbahagialah dengan orang yang benar – benar kau cintai, aku akan selalu mengingat kalian semua, jaga diri kalian baik – baik sampai jumpa”.
Aikawa Sora
Airmataku sudah tak bisa kubendung lagi, akhirnya tumpah juga, ayah, ibu dan niisan melihatku heran, bertanya – tanya apa yang terjadi.
“Jelaskan pada kami Kiriya apa yang terjadi dengan Sora ?” tanya ayah mulai serius.
Aku menjelaskan semua yang kami alami selama ini dengan jujur dan tidak ada kebohongan di dalamnya mereka semua kaget dengan penjelasanku tersebut.
“Lho, bukankah kau menyukai Sora juga sejak dulu ? Kau pernah mengatakannya pada ibu ? Jadi selama ini Sora selalu menganggapmu straight ?” ketus ibu tidak habis pikir sambil mendekat kearahku.
“ ..., Aku tidak berani mengatakannya bu, walaupun aku tahu Sora juga sama sepertiku tapi aku tidak mau memutuskan tali persahabatan kami yang sudah di jalin hampir beberapa tahun ini” jawabku masih dengan sesengukan.
“Bodoh, jangan gunakan alasan itu hanya karena kau tidak mau merusaknya itu hanya kau masih bingung dengan perasaanmu sendiri Kiriya” sambung Taku-nii mengetok kepalaku pelan.
“Walaupun ayah tidak tahu-menahu tentang percintaan dalam dunia ini, tapi ayah mengerti bagaimana perasaan Sora padamu memang dulu ayah mengira Sora memang sudah menyukaimu hanya saja ayah tidak cukup yakin” tukas ayah.
“Aku sudah tahu Sora sudah menyukai Kiriya sejak dulu karena dia pernah mencium Kiriya ketika tidur saat menginap dulu di sini” sambung Taku-nii yang membuatku kaget.
“Apa ? Benarkah ?” tanyaku cepat.
“Ya aku mengintipnya ketika ingin memanggil Sora untuk membicarakan tentang konser biolanya waktu itu tapi dia sedang menciummu saat kau tidur terlelap dan aku cukup kaget saat itu” jawab Taku-nii.
Aku hanya terdiam mendengar pernyataan darinya tersebut aku benar – benar bodoh sangat bodoh.
Ibu hanya mengelus punggungku pelan menyemangatiku, aku berbicara pada ayah agar mencarinya ke seluruh Jepang dengan kuasanya. Walaupun Sora mengatakan hal itu tidak ada hasilnya tapi jika tidak di coba, kita mana tahu ‘kan ? Ayah agak ragu dengan keputusanku tersebut. Aku tidak akan menyerah mencari Sora jika itu memakan waktu yang lama karena aku tidak bisa mencintai orang lain lagi selain dirinya, juga aku berjanji satu hal padanya agar kembali tersenyum sediakala. Mungkin ini terdengar agak aneh, karena Sora mencintaiku karena senyumku itu tapi cinta tidak dapat di bayangkan sebelumnya dan sama seperti dirinya aku juga mencintai Sora ketika melihat senyuman pertama kalinya tersebut. Takdir yang membawa kami menjadi seperti ini dan akan kuperlihatkan takdir tersebut akan kurubah sebelum Sora menyadarinya.
~Bersambung~

0 komentar:

Posting Komentar