You Are My Heaven Part 3




By : Lovelo

Aku sulit sekali memejamkan mata, aku sangat gelisah. Ini tentang Orion. Aku takut tak sanggup menggenggam jiwanya saat harus mengantarnya besok.
Queen Angel benar, aku harus melupakan semua tentang dunia yang telah aku tinggalkan dan fokus dengan tugasku sebagai malaikat.
Tapi, aargh..! Kenyataannya sulit sekali!
Aku harus mengakui kalau kualitas kemalaikatanku ini masih abal-abal. Aku labil..
Selain tentang Orion, aku juga masih memikirkan kalau kelak nanti aku akan pulang ke dunia dengan satu sticker waktu itu.
Aku akan datang sebagai siapa?
Mama, ini Layung..
Aargh, kutepiskan bayangan konyol untuk datang sebagai bayi kucing.
Mama memang pecinta kucing, tapi sudah pasti akan kena serangan jantung karena shock melihat kucing bisa bicara dan mengaku itu anaknya..
Mama, aku kangen banget sama Mama..
Air mataku kembali membasahi bantal. Aku memejamkan mata dan berharap lelap segera memeluk tidurku.
#####
Aku terbangun dengan tubuh yang terasa segar. Disini aku tak pernah merasakan lelah atau lemah. Bukan hanya aku, tapi semua yang tinggal di Heavensnow ini tak pernah merasa letih sedikitpun meski habis bekerja berat. Itulah salah satu keistimewaan kami.
Aku selesai berpakaian ketika pintu kamarku diketuk dari luar. Itu pasti Queen Angel, hanya dia yang mengetuk pintu kamarku dengan sopan, teman-temanku selalu masuk tanpa permisi dengan cara biadab, berteriak sambil mendobrak.
"Kau sudah siap Layung?" Queen Angel langsung menyapaku ketika aku membukakan pintu untuknya.
"Tentu saja Queen, selamat pagi, kau cantik sekali pagi ini.." pujiku setelah mempersilahkan malaikat cantik itu masuk.
"Apa itu artinya kemarin siang aku tak terlihat cantik dimatamu?" Queen tersenyum masam. Aku tertawa..
"Kau selalu cantik Queen, tapi pagi ini kau terlihat berbeda.."
Queen Angel tersenyum lagi, kali ini sangat manis.
"Kau benar, aku memang ingin terlihat luar biasa pagi ini karena aku akan bertemu dengan Shine Angel untuk membicarakan promosi jabatan yang dia tawarkan beberapa waktu yang lalu. Dan itu alasanku datang kemari menemuimu Layung. Aku tidak bisa pergi bersamamu hari ini, jadi kau akan sendirian untuk melakukan tugasmu.."
Aku terdiam mendengar Queen Angel menjelaskan panjang lebar tentang tugasku yang kali ini harus pergi tanpanya.
Aku sudah tau hari ini akan menjemput jiwa Orion dan mengantarkannya ketempat terakhir.
"Sepertinya kau sudah tau hari ini akan mengantar siapa.." Queen Angel tersenyum. Keistimewaan malaikat senior salah satunya adalah bisa membaca pikiran dan isi hati. Jadi jangan pernah coba-coba mengumpat dengan kalimat buruk apalagi mengutuk mereka meski hanya dalam hati kecuali sudah bosan hidup di surga.
"Kalau boleh tau, kenapa Orion meninggal?" tanyaku tak mampu lagi menutupi rasa sedihku.
"Dia tak mampu melawan gaya gravitasi bumi.." Queen Angel menatapku lembut.
"Jatuh?" tanyaku lagi.
Queen Angel tak menjawab, dia hanya mengerjapkan mata sebagai pengganti jawaban untukku.
"Apa tak bisa dicegah?" tanyaku konyol.
"Bisa.. Tapi itu bukan tugas kita!" jawabnya tegas. Aku terdiam.
"Cepatlah turun dan pergi bersama Deathy Angel, kau tau kan dia sangat disiplin waktu?" Queen Angel berdiri dan beranjak untuk membuka pintu. Sebelum tangannya menarik handle pintu, Queen membalikkan badannya dan menatap Layung sambil tersenyum.
"Ingat, jangan melakukan kesalahan lagi!"
Aku mengangguk. Ragu.
#####
Aku berdiri disamping kanan Deathy Angel. Didepan kami terhampar luas jurang yang terjal. Aku memejamkan mataku, tak sanggup melihat tempat dimana Orion akan menghembuskan napas terakhirnya beberapa menit lagi.
Ingatanku kembali berputar seperti tayangan video.
Dua tahun masa yang cukup untuk mengenal Orion dan menjadikannya seorang sahabat.
Kami menikmati persahabatan kami disaat teman-teman yang lain meragukan ketulusan persahabatan antara aku dan Orion.
Orion meskipun lelaki tapi dia sangat manja padaku, teman-teman selalu menggodanya dengan mengatakan jangan-jangan dia gay, dan Orion hanya tertawa bergaya imut.
Mereka bilang, kalau Orion terlalu manja padaku, bisa-bisa aku lupa kalau Orion itu lelaki, dan persahabatan kami tidak mungkin bisa kekal, pasti nanti tumbuh cinta, terus pacaran, terus bosan, terus berantem, terus cerai..
Orion tertawa sambil menjitaki kepala teman-teman yang terus menggoda hubungan kami.
"Aku sama Alay nggak mungkin bisa jatuh cinta, Alay bukan tipeku, dia jorok suka ngupil sembarangan!" Orion meleletkan lidahnya padaku. Alay, hanya Orion yang berani memanggilku dengan sekurang ajar itu.
"Aku juga ogah jatuh cinta sama Orion, tidurnya ngiler!" gantian aku yang dijitakin sama Orion. Aku menghindar dan berlari. Kami jadi kejar-kejaran didalam kelas dan berakhir dengan di setrap Dosen.
Aku tersenyum, perih..
Orion..
Dia tidak pernah tau kalau apa yang dikatakan teman-teman adalah benar.
Aku tidak bisa tulus menamai kedekatan kami sebagai persahabatan, karena aku menyelipkan potongan hati untuknya bernama cinta.
Ya, aku jatuh cinta pada Orion..
Cinta yang kemudian aku sembunyikan rapat tanpa seorangpun tau.
Aku memilih rasa sakit karena cinta terpendam ini hanya demi bisa terus bersamanya. Aku tak ingin dia berubah, aku tak ingin dia berhenti menatapku dan akhirnya memandangku dengan cara yang berbeda.
Sungguh, sakitpun tak apa, aku kuat menahannya selama dia ada.
Sampai akhirnya ajal datang menjemputku, aku masih menyimpan perasaan rahasia itu dan kubawa mati tanpa seorangpun tau aku mencintainya..
Kutarik nafas panjang dan kuhembuskan perlahan. Sesak ini masih penuhi dadaku. Mataku mengerjap, aku menutup mulutku rapat, hanya agar bening isakku tak terdengar oleh Deathy Angel.
Satu hari sebelum kematianku, aku melihat Orion menangis di toilet campus.
Tak biasanya seperti itu, karena dia selalu menangis dibahuku. Dia selalu menceritakan apapun padaku, tentang suka, tentang luka. Tak pernah ada yang disembunyikannya dariku.
Ingatanku melayang pada hari dimana aku meminta dia berjanji satu hal denganku..
"Hey! Apa yang kau lakukan?!" aku melindungi bahuku yang terbuka dari serangan Orion.
"Sini deh, sebentaar aja!" Orion merenggut lagi bahuku, ditangannya ada tube entah berisi apa.
"Apaan sih itu?" aku menyerah.
"Ini henna, aku mau bikin tatoo temporer dibahu kamu.."
"Eh! Jangan! Keliatan nanti kalau lagi maen basket!" aku melindungi lagi bahuku dengan tanganku.
"Kecil aja, nggak akan keliatan!" Orion maksa.
"Di dada aja nih, bebas mau gambar naga juga boleh!" aku melepas kaus basketku.
"Nggak mau, aku mau bikin segel dibahu kamu.." Orion merengut. Ditariknya lagi kausku.
"Segel?" keningku berkerut.
"Iya, kau pernah bilang aku boleh pinjam bahumu kapan saja aku mau, iya kan? Katamu aku boleh nangis disitu, boleh nyandar disitu, boleh aku pukulin juga.. Aku akan memberi segel pada bahumu, jadi meskipun kau nanti punya pacar, selama segel itu belum hilang, bahu itu milikku!" Orion tersenyum, sambil menyingkirkan tanganku. Aku membiarkannya kali ini..
"Kalau segelnya hilang?" tanyaku lirih sambil menatapnya yang mulai sibuk mengukir bahuku.
"Ya aku buat lagi hihihii.." Orion tertawa kecil tanpa melihatku.
"Tahan berapa lama ini?" aku bertanya sambil sibuk menenangkan jantungku yang tiba-tiba berdetak dengan kecepatan yang seenaknya.
Orion sangat wangi, bahkan ketika sedang berkeringat sekalipun.
Berdekatan dengannya selalu saja membuatku seperti ini. Kacau..
Untung saja dia tak pernah menyadarinya, karena aku selalu berusaha menekan perasaan itu agar tak nampak dipermukaan.
"Tiga bulan, bisa juga lebih.." jawab Orion sambil berdiri, lalu mengagumi hasil karyanya yang kini terukir dibahu kiriku.
"Udah?" aku menatap bahuku, ternyata hanya inisial kecil saja, namaku dan namanya, LO..
"Tadinya mau bikin gambar gajah, tapi pasti nggak muat.." Orion tertawa lalu duduk disampingku, ditiup-tiupnya tatoo dibahuku biar cepat kering. Duh, bocah ini..
"Berjanjilah kau nggak akan menangis kalo aku nggak ada.." aku mengacak-acak rambutnya.
"Iya, Dodol!" Orion balas menoyor kepalaku.
Jadi..
Apa alasanmu menangis saat itu Orion? Di toilet itu tidak ada aku, kenapa membiarkan ruangan dingin itu melihat air matamu? Apa bahuku tak lagi nyaman untuk kau basahi?
Aku menunggu untuk meminta penjelasan darimu. Tapi sampai kelas berakhir dan aku menunggumu untuk pulang bersama seperti biasanya, kau tak datang juga.
Dan itu adalah hari terakhir aku melihatmu..
Taukah kau Orion, tatoo yang kau ukir dibahuku, yang hanya bertuliskan inisial nama kita itu, aku menambahkannya menjadi LOve..
Mataku basah. Aku mengusapnya dengan cepat. Kulihat Deathy Angel menatap jam tangannya. Jantungku tiba-tiba bergemuruh. Sakit..
Ku pandangi sekali lagi hamparan jurang terjal dihadapanku. Tempat terakhir yang akan memelukmu Orion..
Napasku sesak.
Diantara jutaan tempat indah di dunia, kenapa kau pilih jurang ini untuk menjemput kematianmu Orion..
Kenapa bukan dikamarmu yang hangat ditemani Mama dan Papamu?
Suara tawa yang manja menghampiri telingaku.
Deg.
Orion..
Bersambung~

0 komentar:

Posting Komentar