Tidak!
Aku masih ingin denganmu Orion, aku ingin bertemu denganmu sekali lagi untuk menyatakan perasaanku.
Aku bangkit, berdiri dengan kedua kaki yang terasa gemetar.
Aku harus mengejarnya, aku harus mengejar Orion!
Tanganku sudah akan membuka handle pintu, tapi tiba-tiba pintu dibuka dari luar.
Aku terkesiap dan langsung menyelinap ke balik gorden.
Orion!
Dari balik gorden aku bisa melihat Orion seperti mencari sesuatu diranjangnya, lalu pindah ke meja belajarnya, ternyata dia sedang mencari ponselnya. Dan dia menemukan ponselnya tergeletak didekat kertas bertuliskan pesan dariku.
Deg.
Jantungku berdegup semakin liar ketika melihat Orion meraih kertas hvs itu dan membacanya.
"Layung!" Orion menjerit tertahan. Dibacanya sekali lagi tulisan dihadapannya, tulisan yang sangat dikenalnya. Tulisan Layung..
"Tidak mungkin, ini pasti halusinasi karena aku sangat merindukan dia!" Orion terduduk ditepi ranjang, diremasnya rambutnya dengan satu tangan dan tangan lainnya masih memegang kertas hvs itu.
Tidak Orion, ini bukan halusinasi! Teriakku dalam hati.
"Layung, benarkah ini kau yang datang Layung? Kaukah teman yang ditemui Bi Sumi pagi tadi? Kaukah yang membuat semua ban mobilku bocor Layung? Ini tulisanmu kan? Kau melarangku pergi.. Benar kan Layung? Layuuuuung..!" Orion berteriak memilukan.
Aku menggigil dibalik gorden melihat Orion meratap sambil memeluk kertas bertuliskan pesan dariku, dan kekuatanku nyaris tak bersisa ketika melihat Orion menangis.
Jangan Orion, jangan menangis..
Pandanganku mengabur, ku usap basah dimataku dan kubekap mulutku agar isakku tak terdengar olehnya.
Suara langkah kaki terdengar menaiki tangga menuju kamar Orion.
"Ambil handphone aja lama banget, ayo, keburu siang nih..!" ternyata Dude.
"Sorry Dud, gue nggak bisa ikut pergi.." Orion mengusap sisa air matanya.
"Lho? Kenapa? Lo sakit?"
"Nggak, tiba-tiba gue kangen banget sama Layung, gue pengen ketemu dia, lo pergi sama anak-anak aja, jangan sampe batal hanya karena gue nggak ikut ya.."
Aku melihat Dude mengangguk, lalu merangkul bahu Orion.
"Gue antar lo dulu ke Rumah Sakit." Dude dan Orion beranjak keluar dari kamar.
Aku menarik napas lega segera setelah aku keluar dari tempat persembunyianku. Bahagia tak terkira aku rasakan disetiap aliran darahku. Orion akan tetap hidup.. Terima kasih Tuhan.
Sebelum meninggalkan kamar Orion, aku menyempatkan diri berdiri didepan foto Orion yang terbingkai indah di dinding kamar dengan ukuran yang sangat besar.
Orion yang tersenyum selalu saja membuat hatiku tenang dan kacau di saat yang bersamaan.
Senyumnya seperti sihir, yang jika aku melihatnya, seluruh jiwaku jatuh cinta dengan sangat telak.
Mataku beralih ke sebuah foto dengan ukuran lebih kecil, fotonya dan fotoku berlatar belakang sunset pantai Kuta ketika kami berlibur ke Bali bersama teman-teman campus.
Aku tersenyum.
Dibawah foto itu ada goresan hitam huruf inisial nama kami, LO..
Aku menatap lebih dekat foto itu, meyakinkan kedua mataku kalau aku tidak salah lihat.
Dan aku tertegun ketika mataku melihat dengan jelas tulisan berwarna hitam itu ternyata..
LOve..
..............................................................................
Cinta..
Dari arah manapun datangnya, kehadirannya selalu membawa dua hal, tawa dan juga luka. Mereka datang bersamaan, dan menentukan sendiri siapa yang tumbuh lebih besar.
Karena bagaimanapun kita telah menjaganya agar tetap penuh tawa, tapi jika luka yang sedang ingin bertahta, kita tidak akan pernah mampu untuk menolaknya.
Jadi, sisipkanlah diantara mereka satu penjaga bernama waktu, waktu yang akan selalu mengingatkan kita betapa berartinya tawa dan suka cita yang menghampiri hidup kita karena bisa memberikan bahagia kepada seseorang yang kita cinta. Waktu yang akan mengusap bahu kita ketika luka datang atas nama cinta, dan waktu juga yang akan menunjukkan arah ketika kita lelah menentukan harus bertahan atau melepaskan.
Orion..
Dia adalah cinta yang kusembunyikan rapat direlung hati terdalam. Bersamanya hari-hariku dipenuhi dengan tawa, menghabiskan waktu bersamanya meski hanya untuk mengerjakan tugas kuliah selalu membuatku bahagia.
Luka mulai terasa ketika dia tidak lagi berada dalam jangkauan pandangan mata, aku selalu merasa takut kehilangan Orion. Aku sadar, cinta yang aku miliki hanyalah cinta sepihak.
Jika mencintainya adalah sebuah kesalahan, aku rela disalahkan, tapi jangan salahkan cinta yang aku rasakan, karena.. Bukankah cinta tidak pernah salah?
Aku menikmati semua tawa dan bahkan luka yang dihadirkan oleh cinta dalam hati ini, karena selama masih bisa melihatnya, sakitpun tak apa, aku akan kuat menahannya.
Dan salahkah jika kini aku tersenyum karena melihat kata LOve yang dia goreskan di foto kami berdua? Karena aku pun melakukan hal yang sama pada tatoo temporer yang dia ukir dibahuku, aku menambahkannya menjadi LOve tanpa dia tau.
Sedikit harapan mulai tumbuh, mungkinkah dia juga memiliki perasaan yang sama?
Diary.
Aku pernah melihat Orion menyembunyikannya dibawah bantal ketika Mamanya bertanya buku apa itu, dan aku menggodanya dengan mengatakan itu pasti buku porno.
Aku harus melihatnya, aku harus tau bagaimana perasaan Orion yang mungkin saja tertuang dalam diary itu.
Aku menyusupkan tanganku kebawah bantal Orion dan aku mendapatkannya, diary berwarna biru muda. Dengan tangan gemetar aku mulai membuka lembar demi lembar.
Maafkan aku Orion..
Lembar-lembar di halaman pertama menuliskan tentang kesedihan Orion karena kesibukan orang tuanya.
Dan dihalaman tengah aku mulai melihat ada namaku dalam tulisannya.
02 Oktober 2012
Namanya Layung, nama yang manis seperti orangnya. Aku sukaa.. Dia cakep. Agak pendiam sih, tapi ternyata kalo udah debat sama dosen hii.. Keren banget!
Namanya Layung, nama yang manis seperti orangnya. Aku sukaa.. Dia cakep. Agak pendiam sih, tapi ternyata kalo udah debat sama dosen hii.. Keren banget!
11 November 2012
Aku mulai akrab dengan Layung, baru ketauan kalo dia sama sekali nggak pendiam. Dan aku baru sadar ternyata matanya Layung bagus banget! Bening dan sejuk, membuatku ingin masuk dan berenang disana..
Aku mulai akrab dengan Layung, baru ketauan kalo dia sama sekali nggak pendiam. Dan aku baru sadar ternyata matanya Layung bagus banget! Bening dan sejuk, membuatku ingin masuk dan berenang disana..
13 November 2012
Layung nggak masuk kuliah, dia sakit, rasanya sepi..
Layung nggak masuk kuliah, dia sakit, rasanya sepi..
27 November 2012
Aku kangen Layung..
Aku kangen Layung..
18 Desember 2012
Perasaan ini, harus aku namakan apa?
Cinta?
Baiklah, hari ini aku jatuh cinta padanya..
Perasaan ini, harus aku namakan apa?
Cinta?
Baiklah, hari ini aku jatuh cinta padanya..
11 Januari 2013
Ternyata sesakit ini ya rasanya mencintai dalam hati, sesak karena harus aku tekan dalam-dalam agar tak nampak. Apa jadinya ya kalau Layung tau aku punya perasaan cinta padanya..
Ternyata sesakit ini ya rasanya mencintai dalam hati, sesak karena harus aku tekan dalam-dalam agar tak nampak. Apa jadinya ya kalau Layung tau aku punya perasaan cinta padanya..
Sampai disini aku memejamkan mata, dadaku terasa sesak, hatiku ngilu, ternyata Orion juga menahan sakit yang sama seperti aku, ya Tuhan..
Tiba-tiba tanganku berdenyut, tepat di bulatan merah penunjuk sisa waktu yang aku miliki.
Eh!
Kenapa ini?
Apa waktuku habis?
Aku harus cepat-cepat kembali!
Aku terlalu bahagia sampai lupa diri. Ya Tuhan, bagaimana ini, waktuku tidak akan cukup untuk sampai ketempat itu bahkan kalau aku naik mobil sekalipun.
Aku keluar dari rumah Orion dengan berlari, tak kuperdulikan suara Bi Sumi yang berteriak memanggilku ketika kami berpapasan.
Hanya tersisa 366 detik lagi waktu yang aku miliki.
Nafasku mulai tersengal, pandangan mataku mengabur, aku berlari penuh rasa ketakutan, kupejamkan kedua mataku sambil terus berlari.
Kepalaku berdenyut keras, rasanya sakit sekali, tubuhku semakin lemah, membuka matapun aku bahkan tidak sanggup lagi.
Aku seperti melayang dalam kegelapan, dalam pikiranku ada Mama yang menangis, Papa dan juga Kayas. Aku ingin sekali kembali bertemu mereka, meski sepertinya kini tinggal harapan saja, aku bahkan tak bisa lagi kembali ke Heavensnow.
Tapi jika harus berakhir seperti ini pun, aku tak pernah menyesal, tak ada yang kusesali jika ini tentang Orion, meski untuk itu jiwaku harus tersesat tak bisa kembali.
Kekuatanku habis tak bersisa, aku sudah tak ingin berlari lagi. Aku hanya ingin tidur..
Kupejamkan mataku, tapi rasa sakit yang sangat hebat kembali menyerang kepalaku, sakit sekali..
BERSAMBUUUUNG!!
0 komentar:
Posting Komentar