-Riky POV-
‘Server tidak ditemukan
Firefox tidak menemukan server di my.myplaycity.com.
Periksa kesalahan pengetikan pada alamat seperti example.com yang seharusnya ww.example.com
Bila Anda tidak dapat memuat laman apa pun, periksa sambungan jaringan komputer Anda.
Bila komputer atau jaringan Anda dilindungi firewall atau proxy, pastikan bahwa Firefox diizinkan untuk mengakses Web.’
Bila Anda tidak dapat memuat laman apa pun, periksa sambungan jaringan komputer Anda.
Bila komputer atau jaringan Anda dilindungi firewall atau proxy, pastikan bahwa Firefox diizinkan untuk mengakses Web.’
Hell!! Rasanya ingin kubanting laptopku ketika menemukan fakta jika sekarang aku tak bisa mengakses internet lagi. Ini pasti karena kuota internetku yang habis.
Saat mengecek dompet, aku melihat dua lembar Patimura berjejer. Apalah artinya dua rebu!
Careless, careless. Shoot anonymous, anonymous.
Heartless, mindless. No one. who care about me?
Heartless, mindless. No one. who care about me?
Dan sekarang apa lagi? Suara sms dari musik kesukaanku itu seakan menjadi panggilan iblis buatku! Bagaimana tidak? Itu pasti Desi yang mengajakku shoping lagi dan lagi. Aku mulai jenuh berpacaran.
Perutku lapar dan sekarang aku ngidam ingin makan ayam bakar! Kalau tak makan ayam bakar aku tak mau makan =3=
Tapi siapa yang perduli? Aaakh menyebalkan!!! Uang ooh uaaaang... semua pasti akan lebih mudah jika aku punya banyak uang!
Dan sekarang Desi menelepon setelah lima smsnya aku abaikan karena aku tak punya pulsa, “APA?” semprotku.
“Kamu ini ya Rik, aku belum ngomong apa-apa kamu udah nyolot gitu!” balasnya tak kalah kasar.
“Ya ya ya... lalu apa?” tanyaku malas-malasan.
“Jalan yuk, aku lagi mau makan seafood di tempat biasa nih..” ucapnya dengan nada manis.
“Terus yang bayar siapa?” tanyaku datar.
“Kamu lah!!! Kamu kan cowok aku!!!” ucapnya nyolot.
“Tapi kan kamu yang ngajakin makan!!!” balasku tak kalah nyolot.
“Tapi kan cowok itu harusnya punya kewajiban menafkahi ceweknya! Sadar diri dong!”
“Ini kan zaman emansipasi wanita! Kenapa selalu harus cowok sih?!!” aku kesal sekarang.
“Kamu itu ya Rik, bener-bener gak guna!”
“Emang, terus?”
“Putus deh...” ucapnya lemah.
“OKAY!!” ucapku sambil mematikan telepon dan membanting HP ke kasur.
Aku bergulung-gulung di kasur, bosaaan sungguh bosan! Aku butuh internet dan download video bokep untuk bahan onani agar otakku bisa lebih fresh!
Aku pun bangkit dari kasur, berlari menuruni tangga. Saat aku melihat mama di dapur, aku langsung senyum manis, “Mama~~” sapaku dengan nada riang.
“Iya Riky, ada apa nak?” tanya mama.
“Ma, minta uang ya ma.. dua ratus ribu saja.” Ucapku manis dengan senyuman manis dan memasang mata kucing.
Sialnya, mama langsung menatapku dengan tatapan iblis, “Uang uang terus!!! Uang bulanan kamu mana hah?”
“Sudah habis ma. Kali ini saja ma. Boleh ya ma? Aku lagi butuh uang...” ucapku memasang mata malang. Ya, semenjak punya cewek aku jadi sangat boros.
“Belum genab dua minggu mama kasih uang bulanan kamu! Gak! Gak ada uang tambahan, ini hukuman buat kamu biar nanti-nanti bisa lebih hemat.”
“Mama jahat sama Riky! Mama gak pengertian!!” teriakku sambil menendang bak sampah.
“Riky! Kamu sudah 18 tahun, jangan kaya anak-anak ya!!!”
“Aaaarghhh mama nyebelin! Riky butuh uang ma! Kali ini aja!”
“GAK!!!”
Aku benar-benar kesal. Aku hambur semua panci dan wajan yang ada di gantungan, setelah itu kabur ke kamar.
Fine, sekarang amarahku rasanya sangat memuncak, aku kesal, aku badmood dan aku stress!! Segera aku ganti pakaian, memakai jaket berwarna hitam dengan lengan pink dengan tulisan ‘scandal’ di belakangnya. Band jepang kesukaanku.
Kembali aku berlari keluar kamar, “Riky!” panggil mama.
“Gak mau! Pokoknya Riky ngambek sama mama, Riky gak mau lagi ngobrol sama mama..” ucapku sebelum hilang dari pintu.
Aku berlari kencang sepanjang trotoar, tak perduli berapa orang yang aku tabrak, bahkan ada tukang tanaman yang memakiku saat aku menendang tanamannya. Siapa suruh menjejer tanaman di trotoar. =3=
Saat berlari cukup jauh, aku menghentikan nafas karena ngos-ngosan. Aku membungkuk dengan meletakkan tangan di lututku.
Saat aku menoleh ke samping, ada banyak pasangan pria yang bergandengan masuk ke sebuah bar, “Rainbow Club..” bacaku. Aku jadi teringat obrolanku bersama Bagas sahabatku beberapa bulan lalu.
“Bro, ke rainbow club yok!” ajak Bagas di parkiran saat kami ingin pulang sekolah.
“Tempat apaan tuh?” tanyaku.
Bagas keliatan celingukan, kemudian menempelkan bibirnya di kupingku, “Itu bar yang banyak gaynya.”
“Najis.. ngapain ke tempat begituan coba?!!” tanyaku ketus.
“Denger dulu! Aku lagi butuh uang, kita hunting duit di sana.”
“Jual diri maksud lo? Ougaaah!”
“Yaelah, kaga lah bro! Kita incar dulu cowok yang keliatannya tajir, ajakin ke hotel terus kasih minuman dengan obat tidur, terus ambil dah dompetnya dan kabooor hahaha...”
“Gak ah! terlalu beresiko..”
“Yaudah bye...”
Aku mengusap-usap dagu mengingat obrolan sama Bagas itu. Mungkin aku dikirim ke tempat ini memang untuk diberikan jalan terbaik untuk mendapatkan uang. Lumayan nih, dua ribu yang ada di dompetku aku pakai untuk beli obat tidur di warung terdekat.
-Anjas POV-
Sudah tiga puluh menit aku di sini, tapi tak juga menemukan orang yang menarik yang bisa aku mangsa. Sudah dua gelas wine yang aku tenggak, kepalaku mulai sedikit pusing dan aku menghentikan minumku karena malam ini juga aku harus bisa mencari pengganti si brengsek Joshua! Aku tak mau berlarut lama-lama dalam kesedihan.
Brengsek memang cowok satu itu, dia menjadi pacarku hanya untuk memanfaatkan hartaku dan dia gunakan uangku untuk berselingkuh dengan brondong!
Aku langsung menggebrak meja. Terlihat bartender terkejut melihatku yang emosi, aku tersenyum tipis, “Maaf...”
Aku mulai muak dengan aroma rokok maupun alkohol di tempat ini, saat aku memalingkan tubuh secara cepat, tanpa sengaja aku menabrak seseorang, “Isssh...” desisku saat melihat jas kesayanganku basah terkena minuman yang dibawa oleh orang yang aku tabrak.
“Ma-maaf...” ucapnya dengan bahu bergetar.
Aku melirik orang itu. Umm? Aku menatapnya lebih lekat, mata bulatnya khas cowok jawa itu membuatku langsung terpana, apalagi penampilan dan tampangnya sangat fresh. Sepertinya anak sekolahan? Brondong manis. “Ah tak masalah, aku yang harusnya minta maaf.”
Mimik takutnya tadi langsung berubah berangsur-angsur, ada tatapan dengan mata berbinar sekarang. Emm sepertinya dia tertarik denganku. Boleh juga.
“Riky...” ucapnya sambil menyodorkan tangan.
Dengan semangat aku menyambut tangannya, “Anjas, umm ayo ke sana, sekedar mengobrol dan minum-minum.. tadi aku menumpahkan minumanmu, jadi sekarang aku traktir untuk menebus maafku.” tawarku sambil mengarahkan tangan ke arah sofa di pojokan yang cukup gelap dari lampu-lampu disko disini.
“Asik!” ucapnya semangat. Pemuda yang sangat manis, typeku memang. Aku merangkul pinggang kecilnya yang padat, tubuhnya mendadak kaku dan terlihat salah tingkah.
Saat kami sampai di sofa itu datang seorang pelayan menanyakan pesanan, “Mau pesan apa?”
Aku menatap ke arah Riky, “Mau minum apa Rik?”
Matanya menatap ke bawah, menunduk dan kelihatan bingung, “Um.. Jus jeruk ada?” bisiknya.
“Ah tentu saja ada, dua gelas jus jeruk..” ucapku pada pelayan untuk menyamakan pesanan.
“Rik kau baru disini? Aku belum pernah melihatmu.”
“I-iya mas, aku baru pertama kali ke sini.” Ucapnya gugup. Aku benar-benar gemas akan tingkah polosnya.
Aku merapatkan duduk kami, menarik pinggulnya agar lebih dekat denganku, “Rileks saja, jangan panggil mas.. panggil saja Anjas.”
“Iya Anjas..” jawabnya singkat. Dia hanya menunduk sambil meremas-remas tangannya. Ah.. apa aku semempesona itu hingga dia salah tingkah begini? Haha..
Aku mengusap poni yang menutup sebagian besar wajahnya yang mulus, kulitnya yang coklat kekuningan tanpa ada jerawat satu pun, aku mencoba hirup aroma tubuhnya yang cukup manly tapi masih fresh khas aroma remaja. Aku jadi tak sabar, “Jadi ke hotel mana malam ini kita mengobrol? Yaa sekedar mendekatkan diri.” Tawarku.
Dia mengangkat wajahnya shock, menatapku gugup hingga bulir keringat menjatuhi keningnya, aku jadi ingin tertawa. “A-aku... ah pelayannya datang!” potong Riky.
Aku hanya tersenyum tipis dan berterimakasih dengan pelayannya. Mendadak ada telepon masuk, aku terpaksa harus ke toilet untuk mencari tempat sepi, “Rik, bentar ya mau angkat telepon dulu.”
Mendadak wajah Riky langsung terlihat ceria dan bersemangat, “Baiklah, Anjas!” dia bahkan melambai-lambaikan tangan dengan senyum lebar yang memperlihatkan gingsulnya. Sangat imut.
Ternyata hanya telepon dari rekan bisnis, menanyakan tentang jam rapat besok. Tak sempat lima menit kami mengobrol aku pun kembali ke tempat Riky tadi.
Dia terlihat lebih bersemangat, tak sekaku tadi. Saat aku meletakkan bokongku di sofa, Riky menyodorkan minuman dengan semangat ke arahku, “Minum dulu, Jas. Pasti haus kan?”
Aku mencium aroma mencurigakan dari gesturenya, aku sudah cukup berpengalaman dengan gay tipu-tipu dengan berbagai modus, caranya cukup klasik. Sebaiknya aku kerjai saja. Aku letakkan gelasku kembali bersebelahan dengan gelasnya.
“Riky, ada sesuatu di pipimu!” aku mendekatkan wajah, meraba pipinya, dia langsung menatapku gugup, tapi pandangannya tak berpaling dari wajahku, ya tentu saja karena aku tampan!
Saat dia lengah, tanganku yang satunya langsung menukarkan gelas. Setelah selesai, Aku pun menjauhkan wajah, aku ambil gelas yang sudah aku tukar, “Hei.. ayo minum! Haus nih...” tawarku. Aku pun meminum jusku, dia juga menyusul. Dia terus menatap wajahku, tatapan menunggu seolah berharap ada suatu reaksi. Tapi justru dia yang memijat kepala sekarang, “Duh..” ringisnya.
“Riky kenapa?” tanyaku.
“E-entahlah Jas, kepalaku pusing dan mataku rasanya sangat berat.” Desisnya sambil memejamkan mata dengan wajah berkerut.
Aku tersenyum sinis, dasar bocah licik. Rupanya dia ingin menipuku hah? Wajahnya saja yang indah tapi hatinya tak seindah wajahnya. Saat tubuhnya goyah. Aku langsung membawanya ke tempat yang seharusnya.
-Riky Pov-
Aku membuka mata perlahan, ada sinar yang sangat terang, penglihatanku mulai jelas, terlihat ada seseorang yang membuka gorden.
Orang itu seorang pemuda tinggi, mengenakan celana hitam kain dan kemeja putih yang terbuka. Terlihat dia mendekat sambil mengancing kemejanya perlahan.
Saat membuka selimut aku sangat terkejut melihat tubuhku yang bugil, selangkanganku berlendir dan aaarrghh sial! Kenapa ini? Kenapa rasanya lubangku sobek. Aku menatap pemuda di depanku dengan tatapan ngeri, “Sudah bangun manis? Masih mengingatku?” tanyanya sambil mendekatkan wajah.
Aku tak menjawab, aku celingukan mencari pakaianku. Saat mencoba bergerak ke lantai untuk mengambil pakaianku aku justru harus terdiam karena rasa sakit yang membekas di bokongku.
Aku menatap ngeri ke arah sprei yang masih berlumuran sperma dan darah. Mataku berkaca-kaca! Aaargh sial! Apa yang terjadi? Tubuhku bergetar hebat, aku ketakutan dan sekarang pemuda itu mendekat untuk memelukku. Aku langsung murka, “LEPAS!!!” bentakku. Air mataku langsung berkucuran tanpa bisa aku kontrol.
Aku mengedipkan mata berkali-kali, mencoba mengingat kejadian semalam! Yeah semalam! Dia itu Anjas, yang harusnya jadi calon korbanku. Dan sekarang kenapa aku berada pada kondisi yang mengerikan seperti ini? Harusnya semalam dia tidur dan aku kabur membawa dompetnya tapi aaaaarkkk...
“Kau sempit sekali, masih virgin ya?” desisnya sambil menjilat leherku. Aku merinding luar biasa, aku mencoba mendorong kepalanya. Aku terisak, sial siaal!!! Aku jadi korban sodomi kan! Eeekhh kenapa harus senjata makan tuan sih! Aaah mama, tolong Riky!
“Jangan takut, aku bukan orang jahat..” ucapnya lembut sambil menggenggam tanganku. Dia mencoba mengusap poniku dan tersenyum sangat manis. Mukaku memerah, aku akui dia tampan. Tapi ini mengerikan! Aku ingin pergi cepat-cepat dari sini!
“Kau nakal ya Riky, kau sama saja seperti gay lain yang selalu berusaha ingin menipuku.” Ucapnya dengan tatapan kecewa.
“A-aku bukan gay!!!” Bentakku.
Dia memasang wajah shock, “Ah benarkah? Kau tau kan tempat itu bar khusus gay?”
“Iya.. ta-tapi Aku hanya mencoba mencari uang...” ucapku lemas.
Anjas tertawa, “Cowok brondong normal nekat memasuki dunia gay hanya untuk uang? Klasik, sering aku temui memang. Suatu kehormatan aku bisa mencicipi perdana kesucianmu. Kau sangat menarik. Aku tak jadi ilfeel kalau begitu.” Bisiknya sambil mengecup tengkukku. Aku menunduk dalam.
Anjas meraih pakaianku dan menyerahkannya padaku, Anjas juga memakai kembali jas kantorannya, “Ah ya, aku harus kembali ke kantor. Pagi ini ada meeting. Ini uang jajan untukmu dan ini nomer teleponku, hubungi jika perlu.” Ucapnya ambil menyodorkan uang berwarna merah sebanyak delapan lembar dengan selembar kartu nama.
Aku menatap punggung bidangnya yang menjauh, sebelum menghilang dari pintu dia mengedipkan matanya denganku.
Aku tertunduk menatap banyak kiss mark yang membekas di leher, dada hingga bagian bawahku.
END
0 komentar:
Posting Komentar