You Are My Heaven Part 1



By. Lovelo

Kenalkan, namaku Layung. Sebulan yang lalu usiaku genap 20 tahun. Aku malaikat magang di Heavensnow. Heavensnow adalah surga yang berada di langit kedua.
Disurga bernama Heavensnow ini para malaikat berkumpul dengan tugas yang berbeda. Mereka ketika didunia adalah manusia juga. Dan ketika mereka mati, mereka direkomendasikan ke surga sebagai malaikat.
Aku tidak tau ketentuan apa yang membuat mereka diterima sebagai malaikat. Karena aku sendiri ragu dan tidak percaya diri ketika malaikat yang menjemputku merekomendasikan aku untuk magang disini, catatanku semasa didunia tidak cukup baik, aku sering membuat Mama Papa marah. Aku suka bolos kuliah, aku suka isengin sahabat-sahabatku dikampus, dan belakangan ini aku mulai merasakan kekacauan orientasiku tentang cinta.
Ya, aku memiliki perasaan tak biasa pada sahabatku di kampus. dia laki-laki juga, sama sepertiku.
Makanya aku terkejut ketika diterima di Heavensnow. Memang sih masih magang, tapi atasanku bilang kalau aku bisa bekerja dengan baik, mungkin aku akan dijadikan malaikat tetap.
Atasanku adalah Malaikat Cahaya, namanya Shine Angel. Hanya dia yang bisa berhubungan langsung dengan Tuhan. Aku tidak heran, karena dia memang sangat bijak, aku yakin semasa di dunia dia adalah seorang yang mulia.
Tugasku adalah menemani Malaikat Penjemput Jiwa. Bukan pencabut nyawa loh ya, tugas kami berbeda. Jika kalian melihat sosok tampan yang berdiri disebelah kiri Malaikat Penjemput Jiwa pada saat nyawa kalian baru terlepas dari raga, itu aku.
Dan aku akan mengantar kalian menuju tempat yang kalian inginkan semasa masih berada di dunia. Surga dan neraka..
Ya, bukankah surga dan neraka itu adalah pilihan? Dan kalian sendiri yang memilih ingin berakhir dimana, tentu saja dengan semua yang telah kalian jalani semasa hidup.
Jika catatan kalian bagus, aku akan mengantarkan kalian menuju surga, membukakan pintu gerbangnya lalu mempersilahkan kalian masuk untuk menikmati semua kesenangan yang ada disana.
Dan jika raport kalian merah karena semasa didunia banyak bolos kuliah dan bohongin orang tua, maafkan aku jika yang aku bukakan adalah pintu menuju neraka.
Aku baru diterima magang di Heavensnow lima hari yang lalu. Dan hari ini aku akan mengantar nyawa seorang anak kecil berumur tiga tahun dengan pipi yang menggembung lucu. Aku menggandeng tangannya untuk kuantarkan ke pintu surga. Tentu saja dia akan masuk surga, dia masih suci dan belum kenal dosa. Alasan kematiannya adalah dia terjatuh dari lantai atas rumahnya.
Aku sedih membayangkan betapa berduka kedua orang tuanya harus kehilangan seorang anak yang sangat menggemaskan seperti dia.
Aku jadi teringat ketika aku mati, Mama menangis histeris dan berulang kali pingsan. Juga Papa yang selama hidupku kukenali sebagai seorang yang kuat dan tegas, dihari kematianku terlihat sangat terpukul dan terus menangis.
Betapa tidak, mereka kehilangan satu-satunya anak lelaki yang mereka banggakan. Aku mewarisi semua bagian terbaik dari wajah mereka, dan meskipun sedikit bengal, aku termasuk anak yang pandai.
Kalian tau Justin Bieber? Oh, please jangan membayangkan wajahku seperti dia, karena aku jauh lebih tampan. Lalu kenapa aku menyebut nama Justin Bieber? Ya, secara tidak langsung dia adalah penyebab kematianku.
Konsernya yang berlangsung ricuh saat dia datang ke negaraku menyebabkan beberapa penonton terinjak dan dua orang meninggal ditempat.
Jangan berpikir aku salah satu dari dua itu ya! Aku sama sekali bukan penggemarnya dan aku tidak berada ditempat kejadian saat itu.
Aku sedang mendengarkan musik dikamarku saat Isya pembantu dirumahku berteriak memanggilku untuk turun dari kamarku yang terletak dilantai dua.
"Den Layuuung..! Cepet liat ini Den!" Isya menunjuk layar televisi yang sedang menayangkan berita sekilas info.
"Apa sih Bi?" aku bergegas menuruni tangga.
"Berita Den, konser musiknya tawuran, Non Kayas kan lagi nonton!" serunya cemas.
Aku baru ingat kalau adikku belum pulang karena masih menonton konser Justin Bieber idolanya. Melihat berita tadi tak urung aku jadi ikutan cemas. Perasaanku tidak enak.
Tanpa banyak bicara, aku langsung menyambar kunci mobil lalu bergegas ke JCC tempat konser berlangsung, aku akan menjemput adikku.
Ponselku berdering, ringtone khusus buat adikku.
"Yas, dimana kamu?" tanyaku langsung sebelum Kayas bicara.
"Kakaaak..!" suara putus asa bercampur tangis terdengar diseberang sana. Bukan suara Kayas!
Deg!
Tiba-tiba jantungku berdegup kencang, perasaan itu kembali menyeruak.
"Kayas mana?!" teriakku panik.
"Kak Layung.. Ini Alya.." suara tangisnya semakin kencang, aku sampai menjauhkan ponselku sejauh mungkin dari telingaku.
"Iyaaa! Kayas mana?!" tanyaku tak sabar. Konsentrasiku terbagi antara laju mobil dan pikiran kacauku tentang Kayas. Dan juga perasaan aneh yang tidak bisa aku definisikan yang terus menyeruak dan merampas sebagian lagi konsentrasiku.
Deg.
Jantungku kembali berdegup kencang, rasanya seperti ada dua ekor kuda perang yang berderap memenuhi rongga dadaku.
Kayas..
"Kak Layung, Kayas hilaaang..! Disini semua berebut keluar karena ada keributan... Alya terpisah sama Kayas..! Nggak bisa hubungin dia juga karena ponselnya Kayas ada sama Alyaaa.. Hwaaaa...!" tangis Alya makin menjadi.
"Alya, kamu tenang dulu. Kamu tunggu didepan gedung, Kakak bentar lagi sampai, nanti kita cari Kayas sama-sama, okey?!" entah kenapa keteganganku mulai mereda, meski khawatirku masih meraja, tapi hatiku memiliki keyakinan kalau adikku yang jelita itu akan baik-baik saja.
Aku menarik napas panjang, memenuhi sebanyak mungkin udara untuk rongga paru-paruku yang masih menyisakan sesak.
Deg..
Degup itu lagi.
Tuhan, jagain Kayas.. Pintaku dalam hati.
Ponselku kembali berdering, kali ini panggilan dari Mama.
"Iya Ma.."
"Layung.. Kamu dimana?" suara Mama terdengar parau.
"Dijalan Ma, Layung mau jemput Kayas.."
"Kamu langsung ke Rumah Sakit Cipto aja Nak, Mama juga lagi menuju kesana.." suara Mama bercampur tangis.
"Kenapa Ma? Siapa yang sakit?" aku mulai panik lagi. Lambungku mencelos.
Panggilan telepon dari Mama terputus.
Tanpa sadar aku melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, dan ketika menerobos lampu merah, sebuah sedan dengan kecepatan yang sama tinggi menabrak mobilku.
Aku tak mampu mengelak, kecelakaan itu terjadi.
Yang aku ingat adalah seseorang mengeluarkan aku dari dalam mobilku yang hancur. Samar kudengar dia berkata..
"Dia mati.."
Tidak! Aku masih hidup! Aku berteriak tapi mulutku tak mampu bersuara.
Aku melihat mereka membawa tubuhku ke Rumah Sakit. Setelah itu aku lupa, kepalaku berdenyut hebat. Rasanya sakit sekali..
Tapi ketika sadar, aku merasa tubuhku ringan, dan aku melihat kilauan cahaya. Cahaya itu menjelma menjadi seorang lelaki tampan. Dia tersenyum padaku, tapi aku malah ketakutan..
"A.. Apa kau malaikat pencabut nyawa?" tanyaku gemetar.
"Apa aku terlihat begitu mengerikan?" dia malah balik bertanya. Telunjuknya mengetuk-ngetuk dagunya sendiri.
Tidak sama sekali, kau sangat tampan dan sepertinya kau terlihat baik, kataku dalam hati.
Dia tersenyum.
"Benarkah aku sangat tampan?" dia mengerjapkan matanya sambil menatapku jenaka.
Eh..! Dia tau apa yang aku katakan dalam hati!
"Ya, wajahmu sangat tampan dan bersinar.." kataku jujur, ketakutanku lenyap tak bersisa, setelah aku yakin dia bukan malaikat pencabut nyawa.
Dia tertawa. Lalu melihat jam tangannya.
"Waktu kita tak banyak, ayo kita pergi!" ajaknya sambil menarik tanganku.
Eh..!
Tunggu!
"Kau belum kasih tau aku siapa dirimu? Dan kau mau mengajakku kemana?" teriakku kembali merasa takut.
"Aku Starlight Angel, aku akan membawamu naik ke langit.."
Aku terhenyak, apa ini artinya aku telah mati..
Tanpa melawan, aku mengikuti langkahnya. Dia tersenyum.
Sebelum membawaku pergi, dia mengijinkan aku menemui Mama, Papa, dan adikku Kayas.
Kayas termasuk salah satu korban yang terluka, tapi untunglah tidak terlalu parah. Aku melihatnya menangis dalam pelukan Papa. Mata Papa juga basah, wajahnya terlihat sangat lelah, dasinya tak lagi rapi, aku tertegun melihat mereka.
Mama..
Aku melihat Mama memeluk tubuhku yang terbaring, lalu pelukan itu terlepas, Mama jatuh pingsan.
Dadaku sesak melihat orang-orang yang aku cintai kini harus aku tinggalkan.
Mama, Papa maafkan Layung..
Itu terakhir kali aku melihat mereka, sampai kemudian aku memiliki kesempatan untuk magang disini.
Ya Tuhan, aku kangen mereka..
"Layung, ketika kau sudah berada disini, maka matikan hatimu, tidak boleh ada sedikitpun perasaan yang terhubung pada semua yang berada di dunia. Kau sudah memilih untuk berada disini dan melayani Tuhan, jadi lupakan duniamu karena perasaan seperti itu hanya akan membuat pekerjaanmu kacau.."
Aku terkejut mendengar suara Queen Angel, dia Malaikat Penjemput Jiwa, senior yang membimbingku selama aku magang di Heavensnow. Ternyata dia juga bisa membaca pikiranku.
Kuletakkan kembali kenanganku ditempatnya semula, aku sadar kini duniaku berbeda dan aku akan menjalani kehidupanku yang baru sebagai malaikat.
Aku tersenyum, hatiku selalu dipenuhi kegembiraan jika seseorang yang aku jemput akan memasuki surga.
Dan gadis kecil berpipi chuby ini..
Eh..!
Mana dia?
Ya ampun! Dia terlepas dari genggaman tanganku!
Aduuuh! Gimana ini?! Aku mulai panik..
"Itulah kenapa tadi aku bilang kau harus melupakan duniamu! Kau jadi tidak fokus dengan pekerjaanmu, ingat Layung, kau masih magang, Shine Angel bisa menghukummu kalau kau terus seperti ini!" seru Queen Angel tajam. Wajah cantiknya mengeras.
"Maaf Queen.." kataku terbata, lalu tanpa banyak bicara aku berlari mencari si Chuby itu, oh ya namanya Louisa, Louisa Brigita apaa gitu..
Persetan dengan namanya yang sulit diingat itu, aku berlari lebih cepat. Aku belum punya kemampuan terbang atau menghilang seperti Queen Angel, tapi kalau aku sudah menjadi malaikat tetap, aku akan punya kemampuan yang sama sepertinya.
Aku mendengar suara Louisa berceloteh riang, aku berlari semakin cepat menghampirinya.
Itu dia!
Aku melihatnya sedang berguling-guling ditanah sambil tertawa cekikikan.
"Louisa!" teriakku memanggilnya.
Dia mendongak, melihat ke arahku lalu berdiri dan tertawa, matanya menyipit dan pipinya tumpah. Ya Tuhan, dia menggemaskan sekali. Rasanya ingin kugigit saja pipi berwarna pink itu.
Aku tersenyum sambil melambaikan tangan, memintanya untuk mendekatiku. Tapi..
Hey! Si pipi tumpah itu malah berlari menjauhi aku sambil masih terus tertawa riang.
Aku kembali mengejarnya.
Eh..! Eh.. Mataku terbelalak.
Ini kan jalan menuju neraka!! Aku panik dan dengan brutal mengejarnya.
Terlambat!
Louisa sudah mendorong pintu gerbang dan masuk kesana..
"Louisa!!!" teriakku frustasi.
Sekelebat angin sejuk menampar tubuhku dan meninggalkan wangi melati. Wangi lembut milik Queen.
Dan didetik yang sama aku melihat Queen Angel keluar dari pintu gerbang neraka, safirnya memancarkan deathglare, dan si Pipi tumpah itu berada dalam gendongannya. Masih cekikikan sambil melambaikan tangannya padaku.
Pipinya cemong..
BERSAMBUNG~

0 komentar:

Posting Komentar