Smiling Face Part 1



By : Sa-chan

Happy Reading ~
Face 1
Author POV’s
“Kau melamun, Sora” sahut seseorang membuyarkan pikiran orang yang sedang melamun tersebut.
“Hanya halusinasimu saja Kiriya, aku pulang duluan” sahut orang yang melamun tersebut segera beranjak dari tempat duduknya, namun tangannya ditahan oleh orang yang bernama Kiriya itu.
“Kita makan siang dulu” ujar Kiriya menatap temannya itu dalam, Sora tahu dia tidak dapat melawan permintaan Kiriya tersebut.
Mereka berdua langsung meninggalkan kelas tempat mereka belajar itu dan menuju kantin kampus yang cukup besar tersebut. Terlihat sangat ramai karena memang sekarang sudah jam makan siang. Para mahasiswa di sebuah kampus yang cukup terkenal di Tokyo tersebut membludak di sebuah ruangan yang cukup besar untuk tempat makan mereka. Sora dan Kiriya sepertinya akan berpikir dua kali untuk makan dikantin tersebut, tetapi Kiriya tetap memaksa Sora untuk masuk kedalam, dan Kiriya langsung melihat tempat duduk yang kosong dan menyuruh Sora untuk duduk disana, lalu Kiriya segera menuju tempat pengambilan makan siang mereka di sebuah konter yang disediakan. Aikawa Sora, adalah mahasiswa Jurusan Musik dan Kudo Kiriya, adalah sahabatnya mahasiswa Jurusan Kedokteran, walaupun mereka berbeda fakultas, Sora dan Kiriya selalu menyempatkan untuk bercengkrama berdua karena sejak SMP mereka sudah bersahabat. Kiriya yang merupakan pria idola dikampus itu membuat Sora selalu enggan untuk menyapanya.
Kiriya memang sangat tampan dan agak kurang ekspresif, juga sedikit pemaksa, Sora sudah tahu sifat sahabatnya itu sejak SMP, juga rahasia terbesarnya yang di simpannya erat – erat dari Kiriya, yaitu Sora mencintainya, bukan sebagai sahabat tetapi lebih. Sora tahu, cinta yang di milikinya salah, karena mereka berdua adalah laki – laki, dan di Jepang masih terlalu cepat untuk bisa mengumbar – umbar hubungan gay ke publik dan itu tidak mau terjadi padanya, apalagi Kiriya dari keluarga yang cukup terhormat di Tokyo. Namun beberapa tahun ini, Sora melihat Kiriya berubah cukup drastis, dia tidak tahu apa yang menyebabkan Kiriya menjadi seperti itu. Sewaktu masih SMP dulu, Kiriya adalah orang yang ceria dan suka tersenyum, karena senyumnya itulah Sora sadar, bahwa dia mencintai Kiriya. Sejak SMP Sora sudah hidup sendirian, karena kedua orangtuanya sudah meninggal dan dia tidak punya kerabat ataupun seseorang yang bisa diandalkannya. Selalu bekerja part-time di berbagai tempat, membuat Sora menjadi seorang yang mandiri, dia membiayai semua sekolahnya sampai sekarang. Pertama kali pertemuannya dengan Kiriya juga tidak sengaja, waktu itu Sora sedang bekerja di sebuah cafe maiden, yang isinya adalah waitress wanita semua, karena perawakannya seperti wanita dia harus menerima pekerjaan itu, sebab sudah seharian dia mencari berbagai lowongan kerja part-time, namun tidak ada, dan ketika lewat didepan cafe tersebut terdapat selebaran untuk bekerja sebagai part-timer disana. Sora tidak menyangka akan bisa bekerja disebuah cafe yang cukup mewah, karena waktu itu umurnya masih dua belas tahun. Ternyata pemilik cafe tersebut sangat kasihan padanya dan memberinya pekerjaan tersebut, tentu saja Sora sangat senang sekali, dengan gaji yang cukup untuk membayar keperluan sekolahnya, juga sekaligus untuk ditabung untuk kedepannya. Sora mengira dia akan bekerja sebagai pencuci piring disana, tetapi pemilik cafe tersebut menyuruhnya untuk menjadi waitress juga dengan memakai kostum seperti wanita. Awalnya Sora ragu, tapi dia tidak mempunyai pilihan lain, dia harus bekerja jika tidak dia tidak akan bisa membayar uang sewa apartemennya yang sudah menunggak tiga bulan.
Perawakannya yang seperti wanita, sangat membuat pemilik cafe tersebut terkesan, dan tidak perlu me-make over Sora secara keseluruhan, rambutnya yang cukup panjang dan tubuhnya yang mungil juga kulit putih yang bersih sangat cocok untuk kesannya sebagai waitress yang cantik. Seragam waitress itu sangat umum, dengan terusan sampai rok yang selutut juga celemek putih yang hanya berada dibagian roknya saja itu sangat cocok dengan Sora. Topi berwarna putih yang cocok coraknya dengan celemek tersebut membuat kesan waitress cafe di sana makin terlihat anggun. Beberapa minggu kerja disana, membuat Sora cukup tenang, dia harus tetap menyimpan rahasia bahwa dia bekerja sebagai part-timer di sana, karena sekolahnya tidak mengijinkan siswanya untuk bekerja. Lagipula, Sora berpikir dia tidak mempunyai teman di kelasnya, jadi dia tidak terlalu ambil pusing bahwa temannya akan mengetahui tentang identitas dirinya yang bekerja disana. Namun, hari itu Sora terlonjak kaget dengan kedatangan seorang tamu yang tidak biasanya datang ke cafe tersebut, yaitu Kiriya, teman sekelas Sora.
Walaupun tidak mempunyai teman, Sora tahu betul siapa Kiriya itu, dia adalah siswa teladan yang cukup terkenal disekolah waktu itu, Sora tidak menyangka Kiriya akan datang ke sebuah cafe yang isinya seorang perempuan semua, dan memesan sesuatu dengan senyum yang belum pernah dilihat oleh Sora selama ini. Sejak saat itulah, Sora mengetahui bagaimana cara mencintai seseorang. Selang beberapa minggu setelah kejadian tersebut, Kiriya tahu tentang Sora yang bekerja di cafe tersebut dan sangat membuat Sora ketakutan. Tapi Kiriya hanya menepuk pundak Sora dan tersenyum hangat, lalu berkata “aku tidak akan memberitahu siapapun”. Di mulai dari sanalah persabahatan mereka di mulai, Kiriya selalu mengikuti kemana Sora pergi, mengetahui latar belakang Kiriya yang cukup mewah, membuat Sora enggan dan terkadang malu jika menyapanya.
“Kau tahu, kau adalah satu – satunya orang disekolah ini yang menganggapku seperti manusia biasa, daripada yang lain. Mereka hanya berteman denganku karena aku pintar dan dari keluarga kaya, aku muak dengan semua itu, jadi aku mohon jangan menjauh dariku Sora” ucap Kiriya waktu itu ketika Sora mulai menjauhinya dan tertangkap basah oleh Kiriya yang mengejarnya sampai ke atas atap sekolah.
Sora hanya tertunduk pelan, dan menganggukkan kepala lemah, tidak tahu harus berbuat apa, jika Kiriya tahu dia mencintainya, apakah Kiriya masih mau menjadi sahabatnya ? Sora tidak mau memikirkan itu lagi dan mengubur perasaan itu dalam – dalam. Namun perubahan besar terjadi pada Kiriya ketika mereka memasuki SMA, benar, mereka berdua masih sama – sama memasuki sekolah yang sama. Tentu saja Kiriya bisa mendapatkan sekolah yang jauh lebih pantas untuknya, namun Kiriya tidak mau dan tetap mengikuti Sora. Perubahan itu terjadi saat pertengahan kelas dua mereka, Sora tidak tahu bahwa Kiriya melihat pernyataan cinta seorang kakak kelas prianya kepada Sora, dan itu membuat Kiriya emosi.
Sebenarnya Kiriya sudah tahu bahwa Sora menyukainya, hanya saja Kiriya masih belum tahu tentang perasaan sesungguhnya kepada Sora, dia masih bingung. Sejak saat itu, Sora berpacaran dengan kakak kelas prianya yang menyatakan cintanya pada Sora tersebut, dan hubungan Sora dan Kiriya cukup renggang, walaupun Sora memperkenalkan kakak kelas tersebut sebagai temannya, namun Kiriya tahu tentang hubungan cinta mereka berdua. Setelah lulus hubungan Sora dan kakak kelasnya itu putus, karena kakak kelasnya tersebut akan melanjutkan kuliahnya di Hokkaido, sedangkan Sora makin terpuruk dan selalu terlihat melamun, Kiriya tidak mungkin menyemangati Sora agar jangan terlalu bersedih karena putus hubungan dengan kakak kelasnya itu. Bisa – bisa Sora kaget kenapa Kiriya bisa tahu hal itu, dan membuat hubungan mereka menjadi sulit.
“Hei, kau melamun terus, ini makanannya” sahut Kiriya yang membuyarkan pikiran Sora tentang masa lalunya dulu.
“Akh ... terima kasih Kiriya” jawab Sora singkat lalu mulai memakan makan siang yang di berikan Kiriya itu.
Suasana hening merambat di sana, Sora tetap melanjutkan makanannya, dia tahu dia tidak bisa memulai pembicaraan jika sedang bersama Kiriya seperti ini, hatinya masih sangat gugup jika selalu berdekatan dengan Kiriya.
“Setelah ini, aku akan bekerja, jadi tidak usah mengantarku” ucap Sora yang membuat keputusan untuk menghentikan kesunyian itu.
“Kenapa ?” tanya Kiriya singkat.
“Bukankah kau masih ada kuliah ? Minggu ini aku sudah masuk libur semester, jadi aku punya banyak waktu luang, dan ingin aku gunakan untuk bekerja selama liburan tersebut” jawab Sora lagi, tidak menatap Kiriya masih sibuk dengan makanannya.
“ ...., Aku tetap mengantarmu” balas Kiriya menaruh sumpit yang di pakainya di samping piringnya dan beranjak berdiri, sebelumnya dia berkata sesuatu.
“aku akan menunggumu di parkiran biasa, ... “ lanjut Kiriya lalu berlalu dari hadapan Sora yang menatap punggungnya dari kejauhan.
Sora kembali menatap makan siangnya dengan lemas, Kiriya masih tetap pemaksa seperti dulu, walaupun senyumnya tidak kembali, hanya membuat Sora selalu salah tingkah dengan semua perlakuan yang diberikan oleh Kiriya. Sora tahu semua jadwal kuliah Kiriya, bahkan semua kegiatan yang sering diikuti oleh Kiriya. Karena dia ingin sedikit demi sedikit menjauhi Kiriya lagi, agar dia mempunyai alasan untuk tidak bersama Kiriya walau hanya sedetik saja. Sora tidak mau menjadi salah paham, karena perlakuan Kiriya yang tidak pernah berubah kepada dirinya. Selesai makan, Sora langsung meninggalkan kantin tersebut dan menuju parkiran yang disebut oleh Kiriya tadi, dari kejauhan dia sudah bisa melihat Kiriya dengan gaya rambut spikenya berwarna hitam dan baju lengan panjang dengan kerah yang menutupi lehernya, juga celana panjang berbahan karena Kiriya tidak suka mengenakan jeans. Terlihat dari sekeliling, para mahasiswa tidak henti – hentinya melirik kearah Kiriya yang sedang bersender di depan pintu mobilnya tersebut dengan mengutak – atik ponselnya.
“Kau berniat membolos kuliah ?” tanya Sora ketika sudah didekat Kiriya.
Kiriya menoleh ke arah Sora dan menaruh ponselnya di sakunya,
“Aku sudah memberitahu dosen jika aku tidak bisa ikut kuliahnya, jangan khawatir masuklah” balas Kiriya membuka pintu mobil yang berada disampingnya untuk Sora. Sora tetap terdiam masih menatap Kiriya,
“Ada apa ?” tanya Kiriya balik, bingung dengan sikap Sora yang tidak biasanya.
“Aku akan pergi sendiri jangan bolos kuliah, aku tidak pernah melihatmu bolos kuliah selama dua tahun ini, nanti akan kuhubungi” jawab Sora pelan, dan berbalik tidak menghiraukan Kiriya yang bengong melihatnya.
“hei ... Sora, tunggu !!” sahut Kiriya agak keras sambil menahan tangan Sora erat, tapi Sora tidak berbalik.
“Kenapa ? Kau marah denganku ? Tolong jawab aku” ujar Kiriya lagi masih dengan nada meminta.
“Aku tidak marah hanya saja, aku tidak mau membuat prestasimu turun Kiriya, tolong mengertilah” balas Sora pelan menepis genggaman Kiriya dan langsung berlari meninggalkan Kiriya di sana.
Sora POV’s
“Wajahmu terlihat kusut Aikawa, ada apa ?” tanya rekan kerjaku ketika kami sedang rapat.
“Tidak apa – apa, jangan banyak bicara nanti boss menegur kita” balasku berbisik.
Kejadian di parkir tadi, cukup membuatku kaget juga belum pernah aku melakukan hal seperti itu kepada Kiriya. Mungkin Kiriya akan marah kepadaku dengan sikapku barusan terhadapnya. Ponselku dari tadi tidak berhenti bergetar, karena selalu di telpon oleh Kiriya, namun saat rapat seperti ini tentu saja aku silent, puluhan smsnya sudah masuk dalam inboxku, tapi belum ada satupun yang kubalas, karena aku masih sibuk dengan pekerjaanku sebagai staff kantor disebuah perusahaan musik yang baru di rintis beberapa tahun lalu. Aku tidak pernah tahu apa yang ada dibenak Kiriya, walaupun sifatnya yang berubah sejak SMA dulu, dia selalu mengikutiku sampai ke Universitas ini, bahkan perhatiannya tidak berubah sama sekali, masih selalu baik kepadaku. Beberapa tahun ini pikiranku terus tertuju pada Kiriya sejak aku putus dengan kakak kelasku waktu di SMA dulu. Walaupun aku berpacaran dengan senpai waktu itu hanya karena untuk menutupi rasa cintaku yang besar pada Kiriya, ternyata tetap saja, aku masih sangat mencintai Kiriya sampai saat ini. Padahal aku berusaha untuk menjauhi Kiriya ketika ingin menduduki bangku kuliah, tapi entah kenapa dia bisa tahu dimana aku kuliah sekarang. Tak bisa kupungkiri, Kiriya makin tampan dan tinggi dibandingkan sejak SMA dulu, dan dia tetap menjadi seorang idola walaupun sudah memasuki kuliah. Kiriya adalah seorang dari keluarga terhormat dan terpandang, karena ayahnya adalah seorang anggota dalam pemerintahan, dan ibunya seorang pakar kesehatan ternama di Jepang. Aku selalu minder jika dihadapannya, tapi dia tidak memperdulikan dengan status yang kumiliki, aku yang sudah tidak mempunyai siapa – siapa lagi di dunia ini, membuat Kiriya kasihan padaku mungkin selama itu hanyalah pikiranku saja. Mengubur perasaanku hampir delapan tahun ini, membuatku tersiksa, Kiriya yang selalu membuntutiku, bahkan dia tahu dimana aku bekerja sekarang,, padahal aku tidak pernah memberitahunya. Tapi aku juga tidak mau membuat persahabatanku dengannya selama ini, putus begitu saja, berharap cinta bertepuk sebelah tangan ini akan segera berakhir.
“Halo ?” sahutku di ponsel ketika sudah keluar dari kantor, karena jam kerjaku sudah habis hari juga sudah malam dan aku ingin segera beristirahat di apartemenku.
“Kenapa kau tidak menjawab telponku dan membalas smsku Sora ?” tanya balik Kiriya dari seberang ponsel sana.
“Maaf aku sibuk jadi tidak sempat membalasnya, kau sudah pulang ?” tanyaku balik. Tiba – tiba tanganku di tarik dan menghadap kebelakang, aku kaget Kiriya sudah berada di belakangku.
“Berusaha ingin menjauh dariku ?” tanya Kiriya yang sudah memasukkan ponselnya kedalam saku celananya dan menatapku tajam.
Aku terlonjak kaget karena baru beberapa langkah aku meninggalkan pintu kantor. Aku segera memasukkan ponselku juga ke saku jaketku dan membalas menggenggam tangannya satu lagi.
“Atas dasar apa aku menjauhimu, Kiriya ? Jangan berprasangka yang tidak – tidak” jawabku sambil tersenyum.
“Benarkah ? ... Ayo kita pulang” ujarnya lagi dan menarik tanganku masuk ke kantong celana kirinya dan berjalan menarikku.
Aku hanya mendesah pelan, melihat sikapnya pemaksa sekali tapi tangannya begitu dingin, apakah dari tadi dia menungguku di luar sini ? Walaupun masih Musim Gugur, cuaca sudah sangat dingin apalagi dimalam hari. Dalam perjalanan kami hanya terdiam tidak berani memulai percakapan. Kiriya terus menatap lurus kearah depan, aku merasa bersalah atas sikapku tadi siang di parkiran tapi aku malu untuk meminta maaf duluan, karena aku pikir Kiriya tetap akan marah padaku walau aku sudah meminta maaf. Semua sifatnya aku sudah hapal semua, bahkan aku yakin ketika sampai di apartemenku nanti, dia akan langsung masuk dan tidur di atas kasurku.
~Bersambung~

0 komentar:

Posting Komentar