Dua menit lagi tepat jam 12 malam waktu di Heavensnow. Aku sudah bersiap untuk turun ke bumi dengan dua misi, menyampaikan pesan Queen Angel untuk kekasihnya dan menyelamatkan Orion dari siksa api neraka.
Queen Angel berdiri dihadapanku, dia yang akan melepasku turun.
"Aku ingatkan sekali lagi Layung, waktumu tak banyak, kau harus berhati-hati.." Queen Angel menatapku, terlihat ada nada khawatir pada suaranya.
Aku mengangguk.
Queen Angel meraih tanganku, ditanamnya sticker waktu itu ditanganku.
Kini tercetak tanda berbentuk bulatan kecil berwarna merah, ada angka yang menunjukkan waktu yang kumiliki, 86400 detik.
Jantungku mulai berdegup kencang, perjalanan ini bukan permainan, aku mempertaruhkan hidupku. Demi untuk satu nama, cinta.
Tiba-tiba tubuhku terasa ringan, sekelilingku disinari cahaya perak. Aku memejamkan mata menikmati sensasi ini.
"Hey! Minggir!! Lo udah bosan hidup?!!" teriakan seseorang mengejutkanku, aku membuka mataku dan menyadari kalau teriakan itu ditujukan untukku. Aku berada ditengah jalan raya dengan lalu lalang kendaraan yang sangat ramai.
Aku bergegas menepi.
Menghirup oksigen banyak-banyak untuk penuhi rongga dadaku.
Aku mulai tenang, kulayangkan pandangan ke sekelilingku, berusaha mengenali tempat aku berpijak sekarang.
Ternyata aku berada ditepi jalan tempat kecelakaan maut itu terjadi, ya.. Aku masih mengingatnya, ini adalah tempat yang merenggut nyawaku.
Masih ada beberapa bekas pecahan kaca mobil berserakan ditempatku berdiri.
Hatiku dipenuhi rasa pilu.
Mama..
Apa kabarmu Ma? Aku kangen Mama..
Aku disini sekarang, tapi bukan untuk menemuimu seperti inginku saat mendapatkan sticker waktu itu Ma, maafkan aku..
Mataku basah, tiba-tiba terbersit pikiran untuk menemui Mama dan Papaku dulu sebelum aku menemui Atariz.
Ya, aku memutuskan untuk menemui mereka.
Jarak dari tempatku sekarang menuju kerumah kurang lebih satu jam jika aku menggunakan mobil. Aku harus naik taxi!
Aku menghentikan taxi yang lewat didepanku. Memberi tahu sopir taxi kemana tujuanku, lalu aku masuk dan duduk di jok belakang.
Baru mulai jalan, aku tertegun, aku baru ingat kalau aku tidak memiliki uang satu rupiahpun, aku mau bayar pakai apa ongkos taxi ini?
Ah, ya.. Aku akan minta Mama untuk membayarnya!
Aku menghembuskan napas lega.
Hanya beberapa detik setelah itu, aku terlonjak kaget ketika melihat wajahku di kaca spion.
"Aaaaah!" teriakku panik sambil meremas rambutku.
Sopir taxi yang mendengar teriakanku langsung mengerem mobilnya mendadak, dia juga terkejut.
"Ada apa Mas?" dia menoleh ke belakang.
Aku tidak mampu menjawab, aku masih tertegun menatap kaca spion didepan.
Ada wajah tampan disitu, matanya biru dan ada tatto kecil berlambang petir di keningnya.
Itu.. Itu bukan aku..
Aku menelan ludah, dan memejamkan mataku rapat-rapat meredakan keterkejutanku.
"Ada apa Mas?" sopir taxi itu bertanya lagi untuk kedua kalinya.
Aku membuka mataku dan menggelengkan kepala.
"Jalan lagi Pak.." pintaku akhirnya.
Dudukku menjadi gelisah, dengan wajah seperti ini, tidak mungkin aku meminta Mama untuk membayar ongkos taxi yang aku tumpangi ini.
Apa aku berpura-pura kehilangan dompet saja pada sopir taxi ini? Paling dia akan memarahiku, atau paling pahit dia akan menghajarku, tak mungkin membunuhku kan? Apalagi aku ini adalah roh, atau hantu? Aah, apapun itu, aku tidak mungkin dua kali mati kan?
Aku sedikit tenang setelah memikirkan kemungkinan terburuk yang akan aku alami.
Taxi berhenti tepat didepan pintu gerbang berpagar besi berwarna putih, itu rumahku..
"Pak.." panggilku ragu pada sopir taxi yang dari tadi terus menatapku lewat kaca spion. Aku tidak segera turun.
"Saya tau, Masnya nggak punya duit kan?" sopir taxi itu menoleh ke belakang tempatku duduk.
"Hah? A.. Err.. " aku malah kesulitan bicara sekarang, alasan yang sudah kurancang tadi buyar.
"Saya udah tiga kali bawa penumpang yang ada tatoo petir dijidatnya, dan semuanya tidak ada yang bisa membayar ongkos taxi karena nggak punya uang.." sopir taxi itu tersenyum, membuatku heran, karena dia tidak terlihat kesal ataupun marah sedikitpun. Dan katanya tadi, dia sudah tiga kali membawa penumpang sepertiku, itu artinya selain aku, beberapa malaikat pernah turun ke kota ini juga.
Aku mulai bisa bernapas lega.
"Maaf sebelumnya Pak, maaf.. " aku menundukkan kepalaku dalam-dalam.
"Nggak papa Mas, justru membawa penumpang seperti Mas ini saya jadi banyak rejeki setelahnya Mas.." sopir taxi itu tersenyum lebar.
Aku tidak bisa berkata-kata lagi, aku langsung turun setelah mengucapkan terima kasih padanya.
Aku berdiri didepan pintu gerbang rumahku.
Kerinduanku membuncah, halaman depan yang asri terlihat dari tempatku berdiri.
Mawar dan anggrek Mama sedang berbunga, aku ingat dulu aku senang sekali membantu Mama merawat tanaman hiasnya.
Mama, ini aku datang Ma..
Aku mendorong pintu pagar besi rumahku, terkunci..
Aku menekan bel ditembok pembatas pagar.
Hampir sepuluh menit tapi tidak ada tanda-tanda seseorang akan membukakan pintu.
Aku mulai gelisah.
Mama..
Ini Layung Ma..
Mataku mulai basah.
Setelah kurang lebih dua puluh menit berdiri dan menekan bel didepan pintu pagar, aku memutuskan untuk pergi.
Tidak ada taxi yang lewat, aku akhirnya jalan kaki menuju cafe tempat Atariz bekerja, Queen Angel bilang Atariz adalah manajer sebuah cafe mewah bernama Bumble Bee.
Aku pernah mendengar sebelumnya ada cafe tempat nongkrongnya anak-anak muda yang berkelas. Tapi aku belum pernah datang kesana.
Cafe itu terletak di kawasan elit Citra Persada.
Agak jauh juga dari rumahku, apalagi jika ditempuh dengan berjalan kaki.
Di Heavensnow aku tidak pernah merasakan lelah sedikitpun, tapi disini, baru sebentar berjalan kaki saja aku mulai berkeringat dan lelah.
Akhirnya sampai juga aku di Cafe Bumble Bee.
Aku menarik napas lega.
Aku melirik sticker merah ditanganku, 73.600 detik lagi, masih banyak waktu.
Aku duduk di kursi cafe yang terletak disudut ruangan. Kulihat jam dinding besar ditembok kiri atas tempat kasir berada. Waktu menunjukkan pukul 5 sore.
Seorang waitress mendekati mejaku.
"Silahkan.." waitress itu menyodorkan buku menu padaku. Aah, aku jadi lapar, keluhku dalam hati. Tapi aku kesini kan tidak untuk memesan makanan..
Kulupakan deretan menu makanan dan minuman yang menggugah seleraku.
"Maaf, nanti saja. Saya mau bertemu dengan Pak Atariz.." kataku kemudian.
"Pak Atariz?" waitress didepanku nampak terkejut.
"Iya, apa beliau ada?" tanyaku mengerutkan kening.
"Maaf, Pak Atariz sudah lama tidak bekerja disini.." waitress itu menunduk.
"Benarkah? Kalau boleh tau, dimana saya bisa menemui Pak Atariz?"
Waitress itu melirik ke kanan dan ke kiri lalu menggumam pelan seakan tidak ingin ada orang lain mendengar.
Dan aku terhenyak mendengarnya.
.....................................................................................
Dingin sekali disini, dan aku sangat lapar..
Tubuhku terasa lemas.
Aku sampai ditempat tujuan pukul 9 malam, dan harus menelan kekecewaan mendengar petugas tadi berkata besok saja aku datang lagi.
Aah..!
Apa dia tidak tau kalau aku tidak punya banyak waktu?!
Jadi disinilah aku sekarang, duduk meringkuk di pos security sambil menahan dingin dan perut yang kelaparan.
Aku melirik sisa waktuku, 48.600 detik lagi.
Ya Tuhan, aku sudah menghabiskan hampir separuh waktuku, dan aku masih belum juga bisa menemui Atariz..
Aku mulai gelisah.
Bayangan Mama, Papa, Kayas dan Orion memenuhi pikiranku.
Orion..
Apa yang akan terjadi padanya kalau aku tidak bisa menyelesaikan tugas ini? Aku sungguh tidak ingin dia masuk neraka..
Air mataku perlahan membasahi wajah.
Sampai pagi menjelang, aku sama sekali tak bisa memejamkan mata sedikitpun.
Bersambung~
0 komentar:
Posting Komentar