You Are My Heaven Part 13



By : LOVELO

"Layung, bangun.." suara-suara bernada cemas terdengar sayup ditelingaku.
Aku membuka mataku perlahan. Ada Mama disampingku, ada Kayas, ada Dude, Garry, dan.. Orion.
"Ma.." aku memeluk Mama erat, keringat membanjir di tubuhku. Tadi itu hanya mimpi, ya.. Hanya mimpi.
"Kamu teriak-teriak tadi, Mama takut kamu masih sakit." Mama mengusap kepalaku dengan penuh kecemasan.
"Aku.. Aku cuma mimpi buruk.." aku menunduk. Bayangan Orion dengan taringnya yang panjang kembali hadir.
"Bilang Mama kalau masih ada yang sakit Nak, jangan diam saja.."
Aku mengangguk, lalu menatap ketiga sahabatku yang berdiri disamping tempat tidur, wajah mereka juga cemas. Aku tersenyum.
"Hey, jangan diam saja, tak merindukanku ya?" aku mengerucutkan bibirku. Dude dan Garry tertawa lalu berhamburan berebut memelukku. Aku nyaris terjungkal.
Orion hanya berdiri memandangi kami sambil tersenyum geli.
#####
Dude dan Garry berpamitan pulang, tapi Orion tetap tinggal, dia akan bermalam dirumahku.
"Ini, makanlah yang banyak biar kau lekas pulih." Orion masuk ke kamar dengan nampan berisi makanan ditangannya.
"Aku masih kenyang Ri, gara-gara martabak yang kau bawa enaknya minta ampun, aku makan banyak tadi.." aku menolak makanan yang akan disuapkan Orion padaku.
"Tapi kau belum makan nasi seharian ini, ayo buka mulutnya!" Orion menyodorkan lagi sendok berisi nasi dan potongan daging itu kemulutku, aku menyerah. Dia selalu saja bisa memaksaku meski aku tak ingin. Aku mengunyah nasiku pelan sambil menatap Orion yang sibuk memotong daging dengan sendoknya.
"Gimana kuliahmu?" aku bertanya setelah dari tadi Orion hanya diam.
"Biasa aja, tugas yang segunung dan beberapa praktikum, cepatlah sembuh dan masuk kuliah lagi.." Orion kembali menyuapkan nasi.
"Udah Ri, kenyang.." aku menolaknya, kali ini dia tak memaksa.
Orion meletakkan piring bekas makanku ke meja, lalu duduk bersila didepanku. Dan dia hanya menatapku tanpa bicara.
Kenapa sih anak ini, agak beda dari biasanya. Pikirku dalam hati. Lalu teringat mimpi mengerikan itu.
"Ri, aku mau cerita sesuatu.." kataku memulai.
"Cerita apa? Aku akan dengerin.." Orion mengubah sikap duduknya, dan menatapku lebih serius.
"Apa kau percaya seseorang yang dalam kondisi koma rohnya berpetualang?" tanyaku setelah memutuskan akan menceritakan kehidupanku di Heavensnow.
"Apa kau juga begitu?" Orion balik bertanya dengan antusias.
Aku mengangguk ragu.
"Waaah, selama ini yang aku tau dari cerita beberapa orang memang seperti itu, tapi aku nggak pernah mendengarnya langsung, ayo cerita!" Orion mengambil bantal dan memeluknya, siap untuk berpetualang bersama dengan kisahku.
Semua kuceritakan, tapi hanya sampai pada perjalananku kembali ke Heavensnow setelah misi bertemu Atariz dan berhasil mendapatkan surga untuk Orion. Hanya sampai disitu, karena hanya itu yang berhasil aku ingat.
"Layung, petualanganmu keren sekali! Fantastis!" Orion membelalakkan mata setelah aku mengakhiri ceritaku.
Astaga! Bocah ini..
Apanya yang keren coba? Mengerikan iya.. gerutuku dalam hati.
"Lalu, yang tadi sore kau mimpi buruk itu, kau mimpi apa?" tanya Orion sukses membuatku merinding.
"Mimpi liat kecoa.." jawabku asal lalu merebahkan tubuhku.
"Masa sih? Teriaknya kok seperti lagi dikejar setan.." Orion tak puas dengan jawabanku.
"Iya, tidur yuk besok kau kuliah pagi kan?" kataku mengingatkan. Lalu memejamkan mata.
Plak..!
Orion menepak kakiku.
"Aww.. Sakit tau!" aku terkejut dan membuka mataku lagi. Orion malah melotot.
"Jorok! Sikat gigi dulu baru boleh tidur!" ditariknya tanganku turun dari tempat tidur lalu mendorongku masuk ke kamar mandi.
"Iya.. Iya!" teriakku sambil menggelengkan kepala. Ya Tuhan, aku sangat mencintai bocah kurang ajar ini.
............................................................
Tak ada yang pernah tau kepada siapa hati akan memilih cinta untuk menjadi penjaganya. Begitupun aku, siapa yang menyangka seorang lelaki yang dimata banyak orang terlihat tampan dan punya banyak kelebihan seperti aku ternyata menjatuhkan cintanya untuk seorang lelaki juga.
Jangan kalian kira aku tak pernah mencoba menghentikan perasaan ini, tidak.. Kalian salah..
Sejak aku menyadari kekuranganku ini, aku selalu mencoba berbalik arah, aku mendekati teman-teman perempuanku, aku melawan perasaan ini sekuat aku bisa, tapi pada akhirnya aku hanya menyakiti hati mereka dan juga hatiku sendiri.
Dan jika aku memilih untuk kembali pada keinginan hatiku, itu bukan karena aku membenarkan jalan ini, aku hanya ingin berdamai pada kenyataan sampai kelak nanti takdir yang menuntun harus berakhir dimana perjalanan cintaku.
Saat ini aku hanya ingin menikmati perasaanku pada Orion, hanya dia..
#####
Senja yang jingga, semburatnya menemaniku duduk di gazebo dipinggir kolam renang belakang rumah. Laptop dan setumpuk kertas tugas berada di hadapanku.
Ya, aku sudah mulai masuk kuliah lagi dan mulai disibukkan dengan tugas-tugas untuk mengejar ketinggalan karena absen beberapa minggu itu.
"Rajin banget.." seseorang sudah berdiri didepanku tanpa kuketahui kapan dia datang.
Raga.
"Hey, apa kabar?" sapaku setelah rasa terkejutku mereda.
"Baik, kau sibuk ya?" Raga duduk disampingku, mengambil beberapa kertas lalu membacanya.
"Lumayan, tugas campus bentar lagi deadline." aku menghentikan kegiatan mengetikku.
"Apa aku mengganggu?" tanya Raga menatapku sambil tersenyum.
"Nggak, udah mau selesai kok. Mau minum apa?" aku merapikan lembaran kertas tugasku, menghindari tatapan matanya yang kadang membuatku jengah.
"Nggak usah, aku cuma sebentar kok." Raga menyandarkan tubuhnya pada tiang gazebo.
Ya, sejak pertama datang waktu aku baru keluar dari Rumah Sakit itu, Raga jadi sering datang menemuiku. Entah hanya sekedar ngobrol di halaman belakang rumah atau mengajakku keluar untuk mencari buku. Raga adalah mahasiswa semester akhir yang sedang menyusun skripsinya, dia selalu menelponku jika sedang frustasi karena ditolak Dosen. Dia bilang, tertawa bersamaku membuatnya kembali bersemangat.
Radarku mungkin salah, tapi aku menangkap getar yang berbeda setiap dia menatapku. Juga sikapnya yang terlalu manis membuatku berpikir apa Raga menyukai aku?
"Apa ini?" keningku berkerut ketika Raga meletakkan sesuatu ditelapak tanganku. Sebuah kotak berwarna hitam.
"Buka aja.." Raga tertawa kecil melihat kebingunganku.
Aku membukanya, sebuah jam tangan dengan merk terkenal melingkar cantik dikotaknya.
"Aku lihat jam tanganmu yang remuk dimeja belajarmu, Kayas bilang itu hancur karena kecelakaan kemarin. Jam tanganku sama remuknya dengan milikmu, jadi ini aku beli dua, kita samaan.." Raga menunjukkan jam tangan yang sedang dia pakai.
"Ya ampun, kenapa harus beli buat aku juga sih? Aku udah pesan jam tangan sama Papa, ini pasti merepotkanmu." aku mengembalikan kotak itu ketangan Raga.
"Aku akan sangat repot kalo membawa ini kembali ke tokonya.." Raga malah meraih tanganku, dan memakaikan jam tangan itu.
Aku masih ingin menolaknya, tapi kemudian aku terkejut melihat Orion sudah berdiri didepan gazebo. Menatap aku dan Raga dengan pandangan yang sulit aku artikan.
BERSAMBUNG~

0 komentar:

Posting Komentar