Note: terinspirasi lagu Monster Eminem ft. Rihanna dan film Disney `Tangled: Story Tale of Rapunzel'
***
Penjelasan tak masuk akal yang keluar dari mulut Rose membuat Julian tidak bisa berpikir lagi. Bagaimana mungkin penduduk Desa bisa membuat peraturan aneh yang tak masuk di akalnya itu?
Setidaknya hal itu tidak akan menjadi masalah jika mereka benar-benar suami istri, mudah saja bukan? Tapi kenyataannya Kiel adalah laki-laki, dan bukan itu masalah utamanya.
Bahkan ia tak pernah berpikir untuk menyentuh pemuda cantik itu sebelum-sebelum ini. Ia tahu jika kepeduliannya pada Kiel bukan hanya ia ingin merasakan tubuh indahnya, dan sekarang dirinya harus melanggar prinsipnya?
"Kita akan tidur disini?" tanya Kiel menatap ke seluruh kamar, duduk di ujung tempat tidur.
"........"
"Julian?" panggilnya, bingung melihat Julian yang diam saja berdiri bersandar di pintu.
"Apa kalian membutuhkan sesuatu?!" tanya Rose di luar, seketika melemparkan Julian kembali pada realita.
"Ah...tidak , terima kasih" Julian menyahut cepat. Meski tak tampak di wajahnya, sejujurnya saat ini pria tampan itu sedang tertekan.
Dan helaan nafas berat meluncur dari hidungnya, memutuskan untuk duduk di sebelah Kiel. Karena semakin lama dirinya berdiri di dekat pintu, semakin absurd pula kasak-kusuk di luar pintu. Jelas sekali jika beberapa orang--penduduk Desa--termasuk Rose berada di depan kamar.
"Kamu tidak suka tidur disini?" tanya Kiel berusaha memahami tindak-tanduk Julian. Pria tampan itu pun beralih menatapnya, ke dalam mata biru jernih itu.
Wajah polos Kiel semakin membuatnya tidak tahu harus berbuat apa.
"Bukan" jawabnya akhirnya, Kiel menaikkan sebelah alisnya.
"Lalu?"
Julian sempat diam beberapa saat, membuat Kiel semakin penasaran akan apa yang di pikirkan Jendral muda itu.
"Kamu tahu apa yang mereka inginkan dari kita?" tanya Julian tiba-tiba, Kiel menggeleng polos.
Tuhan...apa yang sedang Engkau rencanakan?. Batin Julian tersiksa saat melihat tatapan polos Kiel.
"Mereka akan tetap berada di depan pintu sampai kita melakukan hal yang mereka inginkan" ujar Julian menjelaskan, berharap Kiel dapat memahami kebingungannya.
"Kalau begitu kita lakukan saja" kata Kiel tanpa beban sedikit pun.
Tentu saja, ia tidak tahu hal apa yang di maksutkan.
"Kamu tahu mereka ingin kita berbuat apa?"
Kiel menggeleng kecil. "Tidak, apa?"
"Mereka ingin kita melakukan hubungan intim Kiel, yang mereka tahu kita adalah suami istri. Paham?" Julian menjelaskan sesabar mungkin, meski tetap tidak ada ekspresi khusus di wajah dinginnya.
Kiel mengernyit samar. "Maksut mu...kita harus melakukan `itu'?" ia sengaja memelankan suaranya pada kata terakhir, Julian mengangguk singkat.
"Ya"
"Kenapa kita tidak pura-pura saja?" celetuk si cantik itu, seketika membuat Julian menatap padanya.
Pura-pura. Bagaimana ia bisa tidak memikirkan itu sebelumnya? Yah, ia mendadak seperti orang bodoh yang seolah tak ada cara lain selain melakukan apa yang orang-orang itu minta.
Pria tampan itu pun membisikkan sesuatu pada Kiel yang di menyimak dengan baik, lalu mengangguk mantap saat Julian selesai membisikinya.
"Kamu bisa?" tanyanya memastikan.
"Tentu saja, cuma itu saja `kan?"
"Ya, bersuara lah agak keras supaya mereka yakin"
"Uhm" Kiel mengangguk lucu.
Dan skenario `this and that' yang di arahkan Julian pun di mulai. Meski membuat suasana di kamar itu menjadi agak absurd, dan ada rasa geli ketika Kiel membuat suara-suara yang erotis. Tak urung pemuda cantik itu tertawa kecil.
"Apa mereka akan percaya?" tanyanya geli agak berbisik.
"Semoga saja, kalau tidak mungkin terpaksa kita harus melakukannya" ada nada tak serius di suara Julian.
Entah kenapa membuat Kiel melunturkan wajah gelinya dan kini menatap Julian datar. Dan pria itu sadar jika sepertinya ia salah mengatakannya. Julian balik menatap si cantik itu, dan tatapan mata mereka bertemu.
Entah apa yang ada di kepala mereka saat ini, keduanya seperti terbawa ke dalam sorot mata masing-masing. Seolah dapat menelanjangi isi kepala masing-masing, tanpa harus di katakan, rasa nyaman yang telah berakar kuat itu menjadikan perasaan salin percaya yang besar. Seperti saling terikat, tanpa harus ada yang satu statment jika mereka menginginkan satu sama lain.
Kiel menutup matanya saat bibir mereka saling bersentuhan. Perasaan itu melebur indah, tak harus membuat keduanya berpikir kenapa dan mengapa, bahkan ketika ciuman manis itu berubah hangat. Saling menghisap dan melumat lembut, bertukar saliva.
Tanpa kepura-pura'an yang tadi di rencanakan. Siapa yang tahu jika skenario yang mereka buat dapat di patahkan begitu saja.
Julian tak tahu, kenapa dirinya sangat menginginkan Kiel hingga rela mengkhianati kesatuan Militer hanya untuk melindungi si Aquamarine itu. Tanpa alasan, ia rela melakukan semua hal untuknya, tanpa harus ada alasan. Mungkin perasaan itu telah tumbuh subur dan mengakar di jantung hingga otaknya, dan membuatnya tak harus berpikir dua kali.
Lalu Kiel?
Ia tak lebih dari seorang pemuda polos yang terpaksa hidup dalam kesengsaraan. Hatinya kosong, kepolosannya selalu dapat menerima hal baru yang di curahkan untuknya, dan salah satunya adalah Julian.
Ia tak lebih dari seorang pemuda polos yang terpaksa hidup dalam kesengsaraan. Hatinya kosong, kepolosannya selalu dapat menerima hal baru yang di curahkan untuknya, dan salah satunya adalah Julian.
Perhatian dan kepedulian yang tak pernah di rasakannya selama bertahun-tahun membuatnya merasa nyaman bersama pria itu. Hingga rasa yang lebih kompleks membingkai hatinya yang telah lama tak tersentuh. Perasaan aneh yang telah bersemayam itu tak membuatnya bertanya kenapa dan mengapa. Yang ia tahu hanya berada di dekat Julian akan membuatnya baik-baik saja dan membuatnya senang.
Julian melepaskan bibirnya saat merasakan jika Kiel mulai kehabisan nafas, dengan lembut ia mengusap saliva di bibir ranum itu dan mendaratkan ciuman kecil di pipinya. Dan bibir mereka kembali bertaut.
Kiel tak berusaha mencegah saat tubuhnya roboh ke tempat tidur, membalas ciuman Julian yang membuatnya nyaman dan menikmati. Tak ada perasaan takut jika dirinya akan di sakiti, seperti hal-hal sebelum ini. Justru desahan lirih lah yang keluar dari mulutnya ketika bibir Julian berada di lehernya.
Perasaan yang meluap-luap itu membuat nafasnya terasa berat, dadanya membuncah hebat ketika merasakan tangan besar Julian yang hangat menyentuh kulitnya, desahan lirih semakin intens keluar dari mulutnya saat bibir Julian menjelajahi dadanya.
Tanpa paksa'an, tanpa ancaman, dan tanpa pertanyaan. Perasaan itu mengalir tanpa syarat.
Tatapannya masih saja polos ketika Julian menyentuh pipinya dan membuat mereka bertatapan. Gairah itu belum reda.
Kiel adalah type anak yang senang meniru apa yang membuatnya nyaman dan senang. Maka bukan tanpa alasan jika pemuda cantik itu kini mencium leher Julian dan membuat mark disana.
Gairah ini harus segera di akhiri. Akhirnya permainan "This and That" pun berarkhir ketika mereka berdua telah mencapai klimaks secara bersamaan.
"Apa aku menyakiti mu?" tanyanya lembut, membelai pipi Kiel sayang. Si Aquamarine itu membuka matanya dan menatap Julian yang berada di atasnya.
Kiel menggeleng lemas. "Tidak" suaranya terdengar lirih.
"Bukankah aku sama seperti orang-orang itu?"
Kiel menggeleng kuat. "Tidak, tidak sama, kamu tidak menyakiti ku" ucapnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Julian membelai pipi Kiel lembut lalu mengecupnya. Pemuda cantik itu pun melingkarkan tangannya di leher Julian, memejamkan mata mendengar deru nafas mereka yang seirama.
"Kamu berbeda dengan mereka, kamu melindungi ku dari mereka, berjanjilah tidak meninggalkan aku" ujar Kiel merapatkan pelukan tangannya. Sisi lemahnya muncul, membuatnya merasa sendiri.
"Never, i promise" bisik Julian, mengecup ujung hidung Kiel dan mengusap rambutnya.
Kiel mengangguk samar, saling bertatapan. Tanpa kata, bukankah apa yang ada di dalam hati mereka telah tersampaikan?
Kedua belah bibir mereka kembali bertaut, mencoba mengatakan hal yang tak dapat di uraikan dengan kata-kata. Sebuah ciuman manis yang hangat, menutup malam mereka.
Give me all of you
Cards on the table, we're both showing hearts
Risking it all, though it`s hard
Cards on the table, we're both showing hearts
Risking it all, though it`s hard
`Cause all of me
Loves all of you
All your perfect imperfection
Give your all to me, i`ll give my all to you
You`re my end and my beginning
Even when i lose i`m winning
`Cause i give you all of me
And you give me all of you
Loves all of you
All your perfect imperfection
Give your all to me, i`ll give my all to you
You`re my end and my beginning
Even when i lose i`m winning
`Cause i give you all of me
And you give me all of you
***
"Kalian tidur nyenyak semalam?"
Itu adalah pertanyaan bodoh yang pernah Julian dengar. Orang mana yang tidur tidak nyenyak setelah `this and that' semalam? Dan sudah jelas jawaban yang keluar dari mulutnya.
"Ya"
Walau agak malu karena semua mata di Ruang Makan itu kini tertuju padanya dan Kiel yang baru tiba. Rose memang sedang menggoda mereka berdua, karena semalam Kiel bersuara cukup keras dan tentu saja orang-orang yang berada di depan kamar dapat mendengarnya, dan hal itu telah membuat mereka percaya.
"Terima kasih untuk bajunya Marry" ucap Kiel tersenyum. Pagi ini ia tampil casual dengan celana berwarna biru muda, serta kemeja berenda yang di masukkan, serta belt kecil yang menegaskan pinggang rampingnya, sementara rambut panjangnya di kepang oleh Rose.
"Sama-sama, aku senang baju ku ada yang bisa kamu pakai" Marry tersenyum tipis, dan meletakkan sekeranjang buah-buahan di tengah meja makan.
"Sepertinya baju ku agak kekecilan ya?" Lucas ikut bicara, memperhatikan baju lamanya yang di pakai Jullian.
Pria itu terlihat tampan dengan kemeja lengan panjang berwarna cokelat muda yang di tumpuk vest non-formal hitam , dan blue jeans.
"Sedikit di bagian lengan, tapi tidak apa. Terima kasih untuk bajunya" kata Julian sopan, Lucas mengangguk-angguk kecil.
"Ayo sarapan dulu, setelah itu kalian boleh pergi" ujar Rose yang baru selesai menata sarapan di meja makan, di bantu Marry.
Sarapan pun di mulai, menu sederhana seperti Oatmeal dan roti panggang menghangatkan suasana pagi itu, di temani secangkir susu atau kopi. Setelah sarapan, Julian dan Kiel berpamitan untuk melanjutkan perjalanan, tapi sepertinya Michelle tak rela jika harus berpisah dengan Kiel.
Alhasil dengan sedikit bujukan dari Marry, gadis kecil berponi rata itu berhenti merengek. Lucas sendiri menawarkan tumpangan sampai ke Desa tetangga, karena kebetulan ia sedang ada urusan disana.
Dan di sinilah mereka berada. Di dalam mobil VW berwarna kuning yang eye cathing, sangat berwarna di Desa Vagan yang juga color full. Rumah-rumah disana di cat warna-warni, letaknya juga berdekatan, dan uniknya Desa ini sebagian berada di dataran tinggi.
Perjalanan menuju Desa tetangga sangat lancar, di sepanjang perjalanan mereka di suguhkan barisan pepohonan cemara yang indah, serasi dengan hamparan hijau padang rumput yang terdapat beberapa peternakan warga lokal.
Namun saat hanya berjarak 50 meter dari perbatasan Vagan dengan Qych, tampak barisan mobil yang mengular karena sepertinya ada pemeriksaan kendaraan oleh instalasi keamanan kota Frezar.
"Ada apa ini?" tanya Kiel yang duduk di kursi belakang. Lucas pun melongok keluar jendela, dengan mata menyipit melihat ke barisan depan.
"Sepertinya ada pemeriksaan" ujarnya. Julian bereaksi, dan menengok pada Kiel yang kini menatapnya.
"Kalau mereka memeriksa mobil ini, aku akan di tangkap" kata Kiel pelan, tampak takut. Lucas menoleh, dan memperhatikan Julian dan Kiel bergantian.
"Kalau begitu kita putar arah" usulnya.
"Tidak, mereka akan mencurigai mobil ini" cegah Julian saat Lucas akan memutar setir.
Kiel menggigit bibirnya, takut sekaligus bingung. Ia tak mau tertangkap, dan pastinya juga posisi Julian yang telah `berkhianat'.
Tapi untungnya ketakutan Kiel itu tak terbukti, karena barisan mobil di depannya mulai berjalan lancar. Saat mobil itu semakin dekat dengan para petugas, mereka dapat melihat 2 buah mobil yang mengalami kecelakaan, dan sepertinya hal itu yang membuat kendaraan mengular.
Julian, Kiel dan Lucas dapat bernafas lega. Terlalu pagi untuk terkena heart attack.
BERSAMBUNG~
0 komentar:
Posting Komentar