Sang Pangeran (Part Ending)



By.Darren-Shan
Last Capter nih jgn jadi pembaca gelap! hehehe
Enjoy it 
***
“Well,jadi ini gadismu Shan. Cantik juga,siapa namanya?” tanya Raja Baliant sambil mengamati potret itu lekat-lekat.
“Dia laki-laki,ayah.”
“Hahahaha Oh.. Dewa yang benar saja! Jangan bergurau,nak!!” Sang raja membanting potret itu dan menerjang Shan,ia mencengkram Shan kuat-kuat seakan Shan adalah buruannya. Shan tak bergeming sama sekali. Ia menatap ayahnya penuh kebencian.
“Darimana saja kau?!Menemuinya?? bercinta dengannya??Lalu mengucapkan salam perpisahan??Kau sangat tolol Shan dan hina! Menjijikkan! kau mencintai jenismu sendiri,hah??Tidakkah perawan Itchleon telah habis sehingga kau bernafsu dengan sesamamu hah??”
“Aku bukan dirimu yang meniduri seluruh wanita setiap menyukainya!!Tidak peduli ia masih perawan atau sudah jadi istri orang!” Shan membalas umpatan itu tak kalah kasar. Raja Baliant amat murka ia menghempaskan tubuh Shan ke lantai. Ia menampar Shan berkali-kali dengan sangat kencang. Darah yang tadi sempat terhenti kembali mengalir.
“Belajar dari laki-laki cacat-mu itu,eh?Membantah ayahmu sendiri.” ia meludahi Shan.
“Liat wajahnya!!Kau ingat dia??Dia anak laki-laki malang yang kau butakan sepuluh tahun lalu!! Orang tuanya kau bantai dengan sadis di Taman Isis. Ingat Baginda?”
Pukulan telak. Sang Raja nyaris hilang keseimbangan mendengar kata-kata putranya itu. Ia diam sejenak lalu melangkah keluar dari kamar Shan. “Pernikahan akan diadakan esok pagi. Aku telah mendapat kabar gembira ini sebelum kau merusak semuanya. Lupakan semua dan jadi anak baik nak.”
“Aku tak akan menikah dengan perempuan itu demi Osiris!” sumpah Shan.
“Dan aku akan memastikan kau melihat jasad pujaan mu itu tergantung di taman Isis jika itu terjadi.”
Shan menelan ludah. Itu pasti terjadi. Sang Raja tak pernah benar-benar memberikan pilihan, keduanya pasti akan terjadi. Air mata Shan menetes keluar. Ia menutup mulut dengan kedua tangannya. Lalu jatuh terduduk karna kakinya begitu lemas.Ia terduduk pasrah disisi tempat tidur. Matanya sungguh sangat basah. Tubuhnya gemetar hebat. Dengan kaku ia mengambil selembar papirus dan sebuah pena dari dalam lacinya. Ia menulis surat untuk Niel.
Keesokan paginya rumah keluarga Niel kedatangan seorang pengawal yang sudah lanjut usia. Pengawal yang dulu mengantar Shan ke kuil. Ia memberikan surat dari Shan untuk Niel. Ia bersikeras untuk membacakannya dihadapan Niel karna itu merupakan perintah langsung dari Shan.
Iitchleon,54 Masehi
Kepada belahan jiwaku,Niel.
Sayangku..masih marah padaku,eh? Bisakah kita menganggap ini hanya persoalan kecil dan kamu akan berbaik hati memaafkanku? Niel.. aku sungguh mengharapkan maafmu itu. Aku sungguh bersalah karena membohongimu. Aku juga bersalah karena telah lancang jatuh cinta padamu. Kamu tau?tanganku bergetar hebat saat menulis kata CINTA padamu. Aku terlalu menggilaimu hingga sangat berhati-hati kala berbicara denganmu. Pernahkah kamu berfikir tentang embun yang tak membutuhkan warna untuk membuat daun jatuh cinta kepadanya?aku ingin membuatmu jatuh cinta kepadaku seperti embun. Aku ingin kamu mencintaiku sebagai orang biasa bukan karena aku seorang Pangeran. Aku sungguh mencintaimu.
Niel-ku.. kumohon jangan bersedih lagi. Aku tak tahan melihatmu seperti itu. Lebih baik aku mati daripada harus melihat wajah indahmu itu menangis. Demi Osiris kumohon jangan menangis cahayaku. Niel... ingatlah..aku tidak pergi,aku hanya menunggumu. Menunggumu ditempat yang berbeda bukan lagi ditaman Isis seperti biasa. Melainkan disuatu tempat yang lebih damai.
Penuh cinta,Shan
“Dia..menungguku dimana Tuan?”
“Dia..menunggu-mu di Firdaus,Niel.”
Mulut Niel terbuka lebar mendengar jawaban pria paruh baya itu,butiran bening berebut turun menghiasi lesung pipinya. Tangisnya pecah saat itu juga. Ia berhambur keluar rumah menuju istana. Dengan air mata yang terus mengalir ia berlari menerjang pagar lapuk gubuknya.
ZRAAASSSHHH
Sebuah anak panah melesat. Darah segar mengalir dari sudut bibir indahnya yang pucat menahan perih. Seseorang telah memanahnya tepat dijantungnya. Ia tersungkur. Seketika rumah mungil keluarga itu dihujani anak panah yang berasal dari pasukan kerajaan. Rupanya mereka dititah langsung oleh Raja Baliant. Semua yang ada dirumah itu tewas. Niel meregang nyawa setelah tubuh mungilnya yang terlentang tertancap belasan anak panah. Irish biru-nya kini benar-benar kosong memandang lagit.
“Shan..aku..datang..” lirih Niel nyaris tak bersuara sebelum meninggal.
Sementara di Istana,seorang pelayan wanita masuk ke kamar Shan dan berteriak histeris ketika melihat tubuh sang Putra Mahkota kaku tak bergerak diatas tempat tidur sembari memegang sebuah botol kecil. Raja Baliant berlari menemui putranya dan dengan nanar mengakui betapa sesungguhnya ia sangat mencintai Shan. Tapi semua sudah terlambat sekarang. Shan tewas karna ia tak memberinya pilihan.
~THE END~

2 komentar:

Aquachi Rochma mengatakan...

Darren-shan..
Aku suka tulisanmu.. adakah blog yang bisa aku kunjungi?Alamat fb mungkin?

Unknown mengatakan...

Lanjutan nya apa ya judul nya.? Aku penasaran bagaimana cerita nya sampai Shan dan Niel bisa keluar dari buku kuno ya dibaca oleh seorang anak lalaki di era modern. Apakah ada penyihir yg memantrai jiwa mereka hingga masuk ke buku kuno itu.

Posting Komentar