Baby baby, don't you ever let go
More and more until we both overflow
Got a feelin' that my heart's never known
I found love
Tender kisses and I'm floatin' on air
You can have me anytime, anywhere
When you need me, I will always be there
I found love
And our love goes round and round
Way up high, a joy ride
We can touch the stars above
We found love
And our love was heaven sent
From the day we first met
We've got something they can't touch
We found love
Loving you is like a taste of heaven
Wanna gaze into your eyes forever
Run away and spend our lives together
And I found love
Baby baby, all it takes is one touch
And immediately I feel a rush
Baby boy, too much is never enough
I found love
And our love goes round and round
Way up high, a joy ride
We can touch the stars above
We found love
And our love was heaven sent
From the day we first met
We got something they can't touch
We found love
I don't need anything, when you're here next to me
Nobody in this whole wide world
Could ever replace you in my eyes
We found paradise, forever you and I, yeah
Mariah Carey – Joy Ride
Hina sangat terkejut ketika melihat sang pemilik wajah, dia berusaha melepaskan ciuman dari Akashi, namun Akashi memegang tangan Hina dan menaruhnya di atas kepalanya. Tak lama kemudian, ciuman itu berhenti dan Hina mengambil nafas panjang, lalu menaikkan selimutnya menyembunyikan wajahnya dari Akashi.
“Apa salahku Hina ? Maafkan aku jika berbuat kesalahan padamu” tukas Akashi cemberut, sambil menyalakan lampu besar dari saklar yang berada di depannya.
Hina langsung membuka selimutnya berdiri dan berkata,
“Tidak, ini bukan salah Akashi-san hanya saja ... “ ucap Hina terhenti karena mengingat peristiwa beberapa waktu lalu.
“Hanya saja ? Lanjutkan ucapanmu Hina, ada apa ?” tanya Akashi lembut mencoba menatap Hina yang masih menunduk tidak mau melihat ke arahnya.
“ ... , Kau populer di kampus, juga banyak orang yang mengagumimu Akashi-san, aku hanya tidak mau mencoba memonopolimu, seperti kata ... “ ujar Hina menurunkan suaranya di perkataan terakhirnya tersebut, lalu menggelengkan kepala cepat.
“Maksudku, aku tidak ingin mahasiswa lainnya berpikiran buruk tentang Akashi-san karena selalu bersamaku, itu saja” lanjut Hina menatap Akashi dengan tatapan nanar. Akashi hanya kaget dengan ucapan Hina barusan, masih menatap Hina lekat dan tertawa pelan, Hina kembali menundukkan kepalanya berusaha kembali menarik selimut untuk menutupi wajahnya yang merona merah karena malu, namun Akashi tidak membiarkan Hina melakukan hal itu.
“Baru kali ini seseorang mengatakan hal seperti itu padaku Hina, aku tidak sepopuler dan bisa di kagumi oleh banyak orang seperti katamu tadi” balas Akashi memeluk Hina erat.
Hina hanya terdiam merasakan pelukan dari Akashi itu, sudah beberapa minggu dia tidak mencium aroma tubuhnya yang segar tersebut. Perasaan berdebar – debar itu muncul kembali di hatinya, sangat sesak ketika Akashi memperlakukannya istimewa seperti ini.
“ ... , Bolehkah aku tetap tinggal bersamamu Akashi-san ?” tanya Hina tanpa sadar, beberapa detik suasana hening, Akashi juga terkejut Hina bisa berkata seperti itu.
“Ma .... Maksudku, itu ... “ lanjut Hina tersadar dengan ucapannya barusan, namun Akashi sudah menutup mulutnya dengan bibirnya.
Hina tidak bisa mengelak perlakuan cepat dari Akashi tersebut, mereka berdua terjatuh ke tempat tidur, karena dorongan dari tubuh Akashi. Ciuman tersebut sudah mulai memanas, Akashi melakukan french kiss dan membuat Hina terkejut, tidak tahu harus berbuat apa. Wajahnya memanas, Akashi melepaskan ciumannya namun mulai beralih ke lehernya. Hina tidak percaya dia mendesah ketika Akashi melakukan hal tersebut padanya, dia mencoba menutup mulutnya namun tangannya di tahan oleh Akashi.
“Tetsuya, hentikan” sahut seseorang dari arah pintu kamar Hina.
Akashi hanya menggeram kecil, yang membuat Hina menarik nafas lega.
“Ada apa Niisan ?” tanya Akashi belum berbalik dari posisinya.
“Yuuko-Obaasan dan Miura-Ojiisan sudah datang, Hina bangunlah ibumu datang mengunjungimu” ujar Kaito lalu keluar dari kamar tersebut.
***
“Bagaimana kabarmu Haruka ?” tanya Yuuko ketika mereka berlima bersama Kaito sudah berkumpul di ruang tamu.
“Aku baik – baik saja Nee-san, aku mendengar kalian baru kembali dari Hongkong ?” tanya Haruka balik menaruh empat cangkir kopi di meja.
“Benar, Yuuki masih ada pekerjaan di sana, jadi aku sekalian ikut saja karena kebetulan di sana juga ada anak dari perusahaan ayah” jawab Yuuko lugas sambil meminum kopi yang di suguhkan oleh adiknya tersebut.
“Ayah masih sering datang ke kantor pusat ? Bilang padanya jika kesepian dia bisa tinggal di rumah kami bersama Kento, juga Kaito” sahut Haruka lagi, yang di maksud oleh mereka adalah kakek Hina, Shimaoka Junpei, pendiri Group Shimaoka.
“Tidak terlalu sering lagi, hanya datang untuk mengecek bulanan saja, lagipula aku juga sudah tidak terlalu mengurus pekerjaan ayah, aku cukup menjadi ibu rumah tangga saja dan menjaga Hina” senyum Yuuko membuat semua orang yang di sana terdiam, karena tahu apa yang di alami di awal pernikahan Yuuko dan Daiki.
“Saham Asou-san masih berada di puncak teratas bukan ?” tanya Yuuki_ayah tiri Hina_ memulai pembicaraan yang agak aneh.
Kento hanya tertawa pelan, dan menenggak kopi di depannya.
“Yah, aku cukup beruntung karena sedang cukup stabil, namun aku masih perlu mengawasinya agar tidak turun terlalu jauh” jawab Kento tenang.
“Ibu, Miura-san” sahut Hina yang datang dari lantai atas langsung memeluk kedua orangtuanya tersebut.
“Apa kabarmu sayang ?” tanya Yuuko, memeluk Hina erat.
“Baik – baik saja bu, kenapa tidak meneleponku terlebih dahulu ?” tanya balik Hina, mengalihkan pandangan ke ayah tirinya lalu memeluknya.
“Selamat Ulang Tahun Hina, maaf ayah tidak bisa berada di sisimu di hari spesialmu ini” sambung Yuuki mengelus rambut Hina yang sudah agak panjang.
“Tak apa ayah, aku senang kalian masih sehat jangan terlalu sibuk bekerja” balas Hina tersenyum.
“Tetsuya ?” sahut Yuuko yang mengagetkan semua orang di sana juga Akashi yang namanya di panggil oleh bibinya tersebut, termasuk Hina yang langsung menatap ibunya kaget.
“Kau sudah kembali dari Inggris ? Bibi rindu sekali padamu, pasti Hina juga begitu” lanjut Yuuko beranjak dari tempat duduknya dan memeluk Akashi yang masih berdiri mematung dan melihat ke arah Hina yang menatapnya horor.
Akashi langsung melepaskan pelukan bibinya itu, dan berbisik sesuatu padanya, namun Hina sudah berdiri di antara mereka.
“Ada apa ini Akashi-san ? Kau mengenal ibuku ?” tanya Hina datar namun ada maksud tertentu di nada suaranya.
“Kenapa kau memanggilnya seperti itu Hina ? Biasanya kau memanggil dia Tetsu-cchi bukan ?” tanya ibunya tidak mengerti sambil merangkul anak semata wayangnya itu. Akashi hanya menggaruk pipinya yang tidak gatal, berpikir untuk menjelaskan semuanya pada Hina.
Sebuah tamparan keras di pipi kiri Akashi membuatnya tersadar karena Hina sudah menatapnya berkaca – kaca,
“Kau sudah merencanakan semua ini dari awal ? Kenapa tidak mengatakan jati dirimu yang asli padaku ketika pertama kali kita bertemu, Akashi-san ?” lanjut Hina mengelap air matanya yang hampir turun lalu berlari naik ke atas.
“Hina tunggu .... “ Akashi tidak sempat mengejar Hina yang sudah berlalu masuk ke kamarnya karena Yuuko menahan tangannya.
“Ada apa Tetsuya ? Hina tidak mengenalmu ? Oh tentu saja, kau sudah banyak berubah sejak delapan tahun lalu, pantas Hina tidak mengenalmu” ujar Yuuko melihat Akashi dari atas sampai bawah.
“Ini taruh di pipimu” sambung Kaito memberikan sebungkus es batu pada Tetsuya agar di kompres di pipinya yang terlihat merah.
“Maafkan dia Tetsuya, Hina memang anak yang jenius tapi dia tidak bisa mengingat seseorang yang belum terlalu lama dia kenal, kau di Sapporo waktu itu hanya sebulan saja, dan keluarga Akashi sudah membawamu ke Inggris dengan terburu – buru” lanjut Yuuko lagi kembali duduk di sebelah suaminya dan mengambil cangkir kopinya.
Akashi tetap terdiam mendengar perkataan bibinya yang sudah lama tidak di lihatnya tersebut, sambil memegang bungkusan es batu dari Kaito.
“ ..., Tapi satu hal yang membuatnya berubah adalah karena dirimu Tetsuya, bibi senang ekspresinya mulai muncul ketika kau baru datang dari Sapporo waktu itu, meskipun dia tidak mempunyai fotomu kau memberinya sebuah kado yang sampai sekarang dia tidak pernah lupakan ... “ ucap Yuuko lagi, namun terhenti karena Akashi sudah mengatakan sesuatu.
“Bola kristal salju ... “ ujar Akashi terkekeh pelan.
“Benar, kau ingat sebuah kejadian dulu saat turun hujan salju deras di Sapporo, ketika kau ingin mengajaknya ke suatu tempat, namun bibi melarangnya karena Hina sedang sakit ?” tanya Yuuko lagi bersemangat, membuat orang lain yang di sana menatapnya intens.
Akashi sedang memikirkan apa yang di bicarakan oleh bibinya tersebut.
“Tapi, keesokan harinya kau sudah tidak ada di Sapporo lagi, hanya meninggalkan Hina bola kristal salju tersebut dan sepucuk surat di samping tempat tidurnya” kenang Yuuko.
“Bibi, paman, ayah, ibu, aku ingin menghabiskan sisa waktuku bersama dengan Hina, aku tahu ini pasti mengagetkan kalian, tapi aku ingin membahagiakan Hina, begitu juga dengan diriku sendiri” ujar Akashi mantap membungkukkan tubuhnya sembilan puluh derajat.
Yuuki, Yuuko, Haruka, Kento dan Kaito hanya terdiam mendengar perkataan dari Akashi.
“Akhirnya kau punya keberanian untuk berbicara seperti itu Tetsuya” ujar Kaito memulai pembicaraan.
“Perbuatlah apa yang membuatmu bahagia Tetsuya, ayah dan ibu tidak akan menghalangimu lagi, juga sebagai permintaan maaf kami atas insiden sepuluh tahun lalu, kami tetap mencintaimu Tetsuya tidak berubah sejak dulu” sambung Kento, beranjak mengangkat tubuh anaknya tersebut dan menepuk bahunya pelan, agar ceria.
“Benar Tetsuya, paman senang kau akhirnya berkata seperti itu, bibi dan paman sudah tahu kau menyukai Hina sejak dulu, walaupun kalian bertemu hanya sebentar” tukas Yuuki tersenyum.
Akashi menatap mereka berlima yang di sana saling bergantian, membuatnya terharu bisa mendapatkan persetujuan yang di kiranya akan berat untuk dimintanya.
“Kau tidak bisa melakukan hal itu Tetsuya” sahut seseorang dari arah pintu masuk yang terbuka, mereka berlima di sana terkejut siapa yang datang, termasuk Tetsuya yang kaget bukan kepalang.
“Daiki ??” seru Yuuko kaget.
“Sumire ?” sambung Haruka tidak kalah kaget.
“Hiro ??” balas Kaito dan Akashi bersamaan.
“Ada sesuatu yang kau tidak tahu, termasuk kau Yuuko, Kento dan Haruka juga” ucap Daiki_ayah kandung Hina_tenang.
“Akashi Seiji adalah nama asliku, sedangkan Sasaki Daiki hanya nama samaran ketika melakukan pernikahan bisnis dengan Yuuko dua puluh tahun lalu, lagipula kalian tidak pernah tahu atau melihat suami dari Sumire bukan ? bahkan ketika Sumire melakukan proses adopsi pada Tetsuya, suaminya tidak berada di sana, juga saat pindah ke Inggris, Tetsuya sama sekali tidak pernah menanyakan keberadaan ayah angkatnya ini” ujar Seiji panjang.
Semua di sana hanya terdiam tanpa sedikitpun berbicara, masih terlihat shock akan kebenaran semua ini.
“Kau tidak boleh berhubungan dengan adik angkatmu sendiri, Tetsuya” sahut Seiji.
-Bersambung-
0 komentar:
Posting Komentar