By.Darren-Shan
Enjoy it! ^^
***
“Kamu.. ” lirih Shan dihadapan pemuda itu.
Pemuda indah itu membuka matanya begitu mendengar suara Shan,memamerkan Irish biru miliknya yang mempesona itu. Ia memicingkan telinganya lantas tersenyum. “Aku kenal suara ini. Kamu pemuda yang aku tabrak di kuil waktu itu kan?sedang apa disini hmmm?” ujar pemuda itu sembari tersenyum ramah.
“Aku...aku sedang berjalan sejenak.” Jawab Shan sekenanya.
Dalam hati berulangkali ia panjatkan rasa syukurnya pada Tuhan. Dan berdoa dengan penuh harap agar tidak dipisahkan lagi dengannya. Selamanya. Itu impian gila,tapi Shan benar-benar mengharapkannya. Shan memandang lekat wajah pemuda itu. Wajah yang selalu menghantuinya dikala malam.
“Taman ini telah lama ditinggalkan.” Seru pemuda itu lagi dan membuat Shan tersadar dari lamunannya.
“Benarkah?padahal taman ini sangat indah yah.” Jawab Shan kemudian ikut duduk disamping pemuda itu dan menatap danau,hatinya bergemuruh hebat.
“Nama taman ini Isis. Kamu tau?dulu taman ini sangat ramai loh. Tapi setelah peristiwa pembantaian itu terjadi taman ini menjadi sangat sepi.”
“Pembantaian?Pembantaian apa?” Shan beralih memandang heran pemuda itu. Ia tak pernah tau tentang pembantaian dinegrinya sendiri.
“Kamu gak tau?ah tentu saja istana pasti merahasiakan kejadian itu. Peristiwa terbunuhnya dua orang yang tak berdosa.” Pemuda itu terlihat menggenggam tangannya menahan amarah. Lalu ia menghela nafas panjang dan terlihat sangat kesepian. Shan kembali terpaku menatap pujaannya. Wajah kesepian itu. Kumohon jangan memperlihatkan wajah sedih itu padaku,aku ingin menangis karenanya begitu raung Shan dalam hati.
“Ngomong-ngomong siapa namamu?” tanya pemuda itu lagi,kali ini dengan senyum riang menghiasi wajahnya. Ia berpaling kearah Shan dan mengulurkan tangannya namun meleset. Shan menatapnya heran. Shan mengibaskan tangan tepat didepan wajah pemuda itu. Tatapan matanya kosong.
“Kamu buta?”
Sorot mata pemuda itu terlihat berubah murung tampak sebersit kesedihan diiris birunya. Shan memukul kepalanya dan memaki dirinya sendiri didalam hati Shan kamu sungguh tolol!!!
“Maaf..maaf aku-aku tak sengaja..aku..sungguh maafkan aku..” Shan memegang tangan pemuda itu. Kemudian dengan panik melepaskannya setelah merasakan wajahnya memanas karena malu.
“Ah..gak apa-apa kok. Sudah jangan memukul kepalamu,terdengar jelas olehku loh hihihi. Iya,aku buta” jawab pemuda itu sembari terkikik.
“Aku.. Shan,kamu?”
“Aku Niel. Namamu seperti nama putra mahkota negri ini. Apa kamu dia?”
“A-aah apa?bu-bukan kok aku.. pendatang kok” jawab Shan kikuk.
“Hahahaha aku Cuma bercanda kok. Kenapa kamu gugup begitu?Lagipula Putra mahkota mana mau datang ketempat terpencil seperti ini.Ia pasti sangat manja,aku yakin.”
“HEIII...AKU” Shan hendak protes atas ucapan Niel tetapi ia segera menutup mulutnya. Ia tak mau Niel sampai tau siapa ia yang sesungguhnya. Ia mau Niel mengenalnya sebagai orang biasa. Bukan Shan seorang putra mahkota.
“Aku apa?”
“A-aku..Aku lapar.”
Niel tertawa keras dibuatnya. Mereka berbincang-bincang cukup lama. Apapun yang dikatakan Shan selalu membuat Niel tertawa. Tidak membutuhkan waktu lama untuk membuat mereka cukup akrab. Banyak hal yang diceritakan oleh Neil tentang dirinya. Tentang nenek dan kakeknya yang hidup dengan Niel sejak orang tua Niel meninggal bertahun-tahun lalu. Tentang kecintaannya akan suara harpa. Tentang kemampuan bernyanyinya yang bisa dikatakan lebih dari baik,bahkan ia menyanyikan dua bait kidung kuno bangsanya untuk Shan. Tak terasa mentari telah diujung barat. Shan harus pulang sebelum ayah dan ibunya tiba diistana saat makan malam. Tentu ia tak ingin dapat masalah karna melanggar peraturan kerajaan yaitu berkeliaran diluar istana tanpa pengawal merupakan larangan keras.
“Niel aku harus pulang, ayahku pasti cemas jika aku pulang terlambat.”
“Iya aku juga. Nenekku pasti akan marah nantinya hihihi.”
“Niel...apa besok kita bisa bertemu lagi?” tanya Shan penuh harap.
Niel tersenyum manis sekali.“Tentu,aku datang kesini setiap sore.” Dan merekapun berpisah.
Setiap sore mereka selalu bertemu. Tak pernah sekalipun Shan merasa bosan menatap wajah innocent Niel. Niel selalu mampu membuat Shan semakin jatuh cinta padanya. Entah senyumnya, tawanya, caranya berbicara,semuanya.Hari ini Shan melukis wajah Niel lagi ,potret ke-16 nya. Shan memang pandai melukis,diam-diam ia melakukan kegemarannya ini tanpa seorangpun yang tau kecuali Niel. Beberapa tahun yang lalu raja Baliant pernah melihat Shan asyik melukis. Ia amat murka. Ia beranggapan seharusnya anak laki-lakinya itu belajar ilmu pedang bukan melakukan kegiatan konyol seperti melukis. Ia bahkan membakar semua lukisan,kanvas,kuas,dan cat milik Shan tanpa ampun.
“Niel..bagaimana rupa-ku?”
Shan meletakkan kuas dan kanvas miliknya begitu ia selesai melukis wajah pujaannya,lalu dengan jujur menjawab pertanyaan,” Vous êtes si belle (kamu sangat indah), seperti lili putih yang mekar dimusim semi. Kamu pasti populer diantara para gadis di desamu”
“Aku buta Shan.” Lirih Niel.
“Tapi itu bukan alasan untuk mengurangi keindahanmu sedikitpun.”
Untuk pertamakali dalam hidupnya,Shan melihat wajah Niel merona merah. Tiba-tiba air turun begitu saja dari langit. Membasahi tiap jengkal tanah yang retak karena kekeringan. Bau basah menyebar diantara tiap butir yang jatuh. Terlihat dua anak Adam itu berlari mencari perlindungan dibawah pepohonan tua Ent. Mereka basah kuyup. Niel mendekap lengannya sendiri kuat-kuat berusaha menghangatkan tubuhnya yang menggigil hebat. Ia bersandar di pohon besar itu. Memandang lurus ke arah danau.
“Shan..” Ucapnya bergetar.
Shan memandang kearah pujaannya itu,setelah beberapa saat ia sibuk mengelap jubahnya,ia baru tersadar Niel ada disebelahnya. Niel terlihat pucat pasi,giginya bergemerutukan menahan dingin. Shan mengusap pelan kepala Niel kemudian dengan penuh kasih sayang ia membimbing Niel jatuh kepelukkannya. Berusaha sekuat tenaga menghangatkan tubuh Niel yang bergetar. Ia begitu menyayangi Niel,apapun akan ia berikan untuk pujaannya. Sekitar setengah jam hujan masih belum berhenti. Niel tertidur nyaman dipelukan Shan yang bersandar di batang pohon tua itu menopang tubuh Niel didekapannya. Ia menatap wajah pemuda yang tak lebih dari tingginya itu. Bibir cherry Niel yang memabukkan terpampang dihadapannya. Shan tak tahan untuk tak tergoda dengan bibir merah Niel. Ia mendekatkan wajahnya kearah Niel lalu mengecupnya pelan dengan penuh cinta lalu melepaskannya saat mendengar Niel bergumam.
Shan kembali pergi diam-diam sore berikutnya, Sang Raja pergi ke kerajaan Amon-Din pagi tadi dan mungkin akan pulang larut malam. Ia segera menemui Niel yang sudah menunggunya. Mereka berencana menyaksikan pawai akrobat dari desa Leaf ditengah kota nanti. Shan membawa topeng dan mengenakan jubah bertudung untuk menyamarkan identitasnya. Ia tak pernah melepaskan genggamannya dari Niel. Ia tak ingin Niel terluka oleh siapapun. Setelah sampai disana mereka duduk di samping penjual gulali.
“Niel,aku haus,aku beli minuman dulu,kamu tunggu disini saja ya.” Kata Shan dan dijawab dengan anggukan patuh oleh Niel.
Penjual minuman berada diujung panggung tempat atraksi. Cukup jauh memang. Shan berjalan dengan cepat mencari penjual minuman itu. Perasaannya sangat senang hari ini. Impiannya berjalan bersama Niel terwujud meskipun hanya di tengah kota,tapi itu cukup membuat Shan senang. Setelah mencari cukup lama Shan menemukan penjual minuman akhirnya. Ia membeli dua gelas Float dan bergegas kembali pada Niel. Terdengar keributan dari tempat duduk mereka. Niel tersungkur ke tanah setelah didorong oleh seorang pemuda tidak dikenal.
“Kamu harus ganti pakaian ini!!” Teriak laki-laki itu pada Niel yang ketakutan.
“A-aku tak melihat Tuan,maafkan aku,maaf.” Jawab Niel
“Dasar Buta!!”
BRUUGHH!!!
Niel terkena bogem mentah dari laki-laki itu. Tepat pada saatnya Shan tiba ditempat itu. Gelas minuman yang dari tadi di genggamnya dengan erat jatuh begitu saja ke tanah menumpahkan isinya. Ia berlari menerjang lelaki yang telah melukai sang pujaan. Menyerangnya dengan berkali-kali pukulan. Mereka terlihat berguling,memukul,bahkan mencekik satu sama lain sementara Niel masih terdiam di tepi arena pertempuran. Orang-orang yang menyaksikan perkelahian itu tak berusaha untuk melerai. Beberapa dari mereka bahkan bertepuk tangan memberi semangat pada Shan dan laki-laki itu. Hingga tanpa sengaja topeng yang Shan kenakan terlepas. Laki-laki yang sedang menyerang Shan itu berhenti sejenak dan melepaskannya,kemudian bergumam:” Yang Mulia Putra Mahkota.” Orang-orang disekitarnya pun ikut memanggil-manggilnya,”Itu Putra Mahkota-Itu Putra Mahkota.” Shan refleks memasang kembali topengnya dan berjalan ke arah Niel. Ia menarik Niel dan memapahnya dengan tergesa-gesa. Dibawanya Niel ke taman Isis setelah yakin tak ada seorangpun yang mengikuti mereka.
Dengan kasar Shan melihat lebam yang ada di sudut bibir Niel, ”Sakit Shan.”erang Niel.
“Kamu bodoh ya??Kenapa kamu ga melawan??Dia menghina kamu!!Harusnya kamu melawan!” Teriak Shan kesal,baru kali ini ia berani memaki pujaanya itu dengan keras.
Niel beralih ke arah Shan,“Lawan untuk apa Shan?buat makin mempermalukan aku?dia benar kok. Aku kan memang buta Shan.”
Shan tak menjawabnya lagi. Ia hanya memandang wajah Niel. Irish birunya yang mencoba memandang ke arahnya meskipun meleset itu masih kosong seperti dulu,pertamakali mereka bertemu. Seandainya Niel tidak buta pasti semua tak akan seperti ini,ia pasti akan sangat populer dikalangan para gadis dan sudah tentu mereka tak akan pernah bertemu. Oh Niel..aku ingin sekali memelukmu dan mengatakan akan ada masa indah untukmu nantinya. Aku pasti membahagiakanmu. ucap Shan dalam hati.
“Kenapa diam?Kamu mengasihaniku,eh?Aku lebih baik dihina daripada di kasihani.” Ujar Niel membuyarkan lamunan Shan.
“Aah aku sih lebih baik tidak kedua-duanya,hehehe.”
“Dulu setiap kali ada yang mengejekku aku pasti menangis. Tapi setelah nenek dan kakekku menasihatiku aku jadi tak pernah nangis lagi.”
“Memangnya mereka bilang apa?”
“Mereka bilang untuk apa menangis,itu malah membuat kamu terlihat semakin lemah.”
***
“Darimana saja kamu Shan????” Raja Baliant berteriak ketika melihat putranya memasuki aula setelah matahari tenggelam.
Shan berusaha keras menutupi kegugupannya saat menyaksikan kemurkaan ayahnya, tangannya gemetar hebat,ia menelan ludah beberapa kali. “Aku..aku ke perpustakaan agung, ayah.”
“Sungguh?Lalu siapa pemuda yang mengenakan topeng dan berkelahi dengan seorang rakyat jelata tadi sore,hah???” Bentak sang raja makin keras.
“Maafkan aku.. Yang Mulia..aku..aku..”
“Apa yang kau lakukan disana Shan?” ujar Raja Baliant melembut.
“Aku hanya menyaksikan pawai akrobat Yang Mulia.”
“Lalu?”
“Laki-laki itu menganggu temanku ayah.”
“Siapa dia?” tanya ayahnya lagi.
“Dia?dia siapa?”
“Laki-laki buta yang bersamamu Shan!Jangan berpura-pura bodoh!!”
“Dia..dia..sahabatku.”
“Kau tak boleh bersahabat dengannya,kau calon raja penerusku nantinya tak seharusnya kau bergaul dengan rakyat biasa sepertinya. Mulai sekarang sampai nantinya kau tak boleh bertemu lagi dengannya! Mengerti,Shan??”
“Tapi ayah..”
Sang Raja berbalik menatap Shan marah,“Kau sekarang berani membantahku hah?Jangan bertemu dia lagi!” ucap sang Raja,ia terlihat berfikir sejenak kemudian berujar lagi,“Ah.. Shan usiamu 17,eh? Sudah seharusnya kau menikah. Aku telah menjodohkanmu dengan Lady Crisnell putri tunggal Raja Theodred dari Amon-Din. Dia jelita sekali. Bagaimana?”
Shan sangat mengerti sifat ayahnya Bagaimana yang dimaksudnya bukan merupakan pertanyaan sesungguhnya melainkan sebuah perintah yang tak akan pernah Shan bantah. Ia diam tak menjawab. Membayangkan perpisahan dengan Niel saja mampu membuat kakinya lemas seketika,lantas bagaimana jika itu benar-benar terjadi? Ia tak sanggup membayangkannya lagi. Shan tak bergeming. Kakinya tak mampu digerakan,tangannya gemetaran hebat. Shan hanya anak biasa yang takut pada sang ayah. Ia tak mampu sekalipun membantah sang Raja. Ia tak tau harus bagaimana. Melawan ayahnya sendiri sangat mustahil untuk Shan tetapi dipisahkan dengan belahan jiwanya juga sungguh Shan tidak mau.
“Aku..masih terlalu muda ayah.” Jawab Shan pada akhirnya.
“Tidak,nak. Aku menikah diusiaku yang ke 16. Aku tau kau sangat bertanggung jawab.” Bantah sang Raja.
“Aku...aku...mencintai..orang lain ayah.”
“Ah.. coba dengarkan tentang pujaan anakku ini, mungkin tidak buruk. Ia putri dari kerajaan mana Shan?Sebutkan ayahnya. Aku kenal baik semua petinggi Kerajaan tetangga.” Ujar sang Raja dengan antusias yang sengaja dibuat-buat.
“Dia..bukan anak raja,bukan anak wazir,bukan anak menteri,saudagar kaya, atau pedagang terkenal. Ia yatim-piatu ayah. Dia hidup dengan nenek dan kakeknya. Aku sangat mencintainya. Aku tak bisa menikah dengan orang lain,bahkan aku tak sanggup bila tak melihatnya.”Iris zamrud itu berkaca-kaca setelah mengatakannya. Ia sangat berharap Sang Raja melupakan perjodohan itu. Untuk pertama kali dalam hidupnya,Shan berani mengutarakan pendapatnya.
“Apakah kakek atau neneknya seorang dukun Voodo,nak? Sehingga ia mampu membuat putra kesayanganku ini tergila-gila pada cucunya?”
“Ayah...” Shan tak percaya mendengar ucapan sang Raja yang begitu konyol.
“Apa?Jangan berkhayal nak. Kau berharap dengan suka cita aku merestui cinta sucimu itu? Kau tau benar siapa ayahmu ini Shan. Pernikahan akan dilangsungkan minggu depan. Lebih baik kau tak bertemu dengannya lagi. Atau aku akan menghukummu. Mengerti Putra Mahkota?” ujar Raja Baliant dengan senyum kemenangan lalu berlalu meninggalkan aula.
Sang Raja tidak main-main, keesokkan harinya ia memperketat pengawasan pada Shan bahkan berjalan keluar Istanapun Shan tak diijinkannya. Hari sudah sore pasti Niel sedang menunggunya sekarang. Ia menatap ke arah langit. Dilihatnya awan membentuk wajah sang pujaan hati,Niel. Shan merindukannya. Hatinya penuh sesak memandang matahari yang telah berada di ujung barat.
“Shan... hari ini kamu tak datang ya?”lirih Niel.
Telah berjam-jam Niel menunggu Shan di taman Isis. Ia duduk sendirian menunggu Shan datang. Rasa kecewa menyerbak di hatinya. Ada sesuatu yang tak dapat ia katakan. Ia begitu kehilangan sosok Shan yang biasa menemani sore harinya. Dan pada akhirnya Niel memutuskan untuk pulang kerumah sebelum matahari tenggelam. Niel berjalan menyusuri sepanjang jalan dengan ditemani guguran daun.
“Lihat dia..dia kan teman sang pangeran.” Teriak seorang anak kecil.
“Benaaar,dia yang waktu itu dipawai bersama putra mahkota.” Teriak anak yang lain.
“Kak...kakak temannya putra mahkota yah?”tanya seorang anak perempuan sembari menarik jubah Niel dengan penuh semangat.
Niel memicingkan telinganya guna memperjelas pendengarannya,“Kamu berbicara padaku dik?”
“Iya! Apa kakak teman Putra mahkota?”
“Putra Mahkota?”ulang Niel bingung.
“Kakak ini bagaimana?Ya tentu saja Pangeran Shan,anak raja Baliant.”
Terdengar samar-samar teriakan seorang wanita memanggil nama gadis kecil itu. Rupanya itu ibu dari anak perempuan pirang itu,ia memandang cemas pada Niel,kemudian membawa putrinya pulang.
“Shan..Putra mahkota?” ujar Niel pada dirinya sendiri.
Putra mahkota?anak raja Baliant?Shan...jadi selama ini kamu berbohong padaku? Kenapa sampai hati kamu tega padaku?Apa salahku Shan?Pertanyaan-pertanyaan itu terus menggantung di otak Niel. Hatinya hancur bukan main. Ternyata orang yang selama ini ia anggap sebagai sahabat itu tega membohonginya. Ia merasa menjadi orang paling bodoh di dunia. Belum pernah ia merasa dipermalukan seperti ini. Hatinya sangat sakit bukan hanya karna telah dibohongi. Tapi juga karna ia tau yang sebenarnya. Perbedaan yang terbentang diantara mereka terlalu lebar. Tidak lagi hanya seorang tuna netra dan orang normal,tapi juga seorang pangeran dan rakyat jelata. Mata Niel perih. Tanpa tersadar mengalir tetesan airmata dari sudut mata indahnya. Ia sungguh kecewa pada Shan.
Niel.....sedang apa kamu? aku sangat merindukanmu.. lirih Shan pelan sambil terus memandang matahari tenggelam. Esok sore ia berencana menyelundup ke luar istana,sang Raja mengadakan kunjungan lagi ke kerajaan Amon-Din dan akan kembali beberapa hari lagi. Ini merupakan kesempatan emas bagi Shan untuk menemui belahan jiwanya.
“Crist,namamu Crist benar?”tanya Shan pada seorang prajurit kerajaan yang sedang berjaga didepan kamarnya.
“Benar Yang Mulia,apa yang engkau perlukan?”
“Hari ini,aku sedang tak enak badan,aku ingin beristirahat seharian dikamar.” Ujar Shan membohongi pengawal lugu itu.
“Yaaa-yang Mulia sakit?apa perlu hamba panggilkan tabib Yoon?”
“Aaah...tidak-tidak,aku hanya tak ingin diganggu seharian ini,setelah istirahat pasti aku sembuh. Tak ada yang boleh memasuki kamarku selagi aku beristirahat dan jangan bilang pada Baginda Raja,mengerti Crist?”
“Mengerti Yang Mulia.” Jawab pengawal tampan bernama Crist itu patuh.
Shan tersenyum simpul. Dalam hati ia bersorak riang dapat mengelabui pengawalnya selain itu sebentar lagi ia juga akan bertemu dengan Niel. Segera ia mengikat seprai kasur,selimut,dan tirai kamarnya menjadi satu membentuk sebuah tali. Tali yang akan membantunya meloloskan diri. Kamarnya teletak dilantai dua istana,sangat beresiko untuk sengaja melompat ke bawah. Setelah semua siap ia duduk dengan manis menunggu matahari condong ke barat. Tepat waktu seperti biasa saat bertemu Niel. Segera ia julurkan tali dari jendelanya. Tak lupa ia mengikat ujung tali dengan tiang tempat tidurnya guna menjadi penahan berat tubuh Shan saat turun maupun naik nantinya. Dengan hati-hati ia menuruni tali itu sampai tiba ditanah. Shan sangat bersyukur karna tak ada seorangpun yang melihatnya. Tanpa membuang waktu lagi ia berlari menuju taman Isis. Tempat yang juga ia rindukan. Ia yakin sekali Niel tengah menunggunya. Dengan senyum yang terus merekah di bibir tipisnya ia berlari ke taman indah itu.
“NIIIIEEEELLL.....NIEEEELLL.....aku datang!!!!” teriak Shan sesampainya di taman Isis.
Langkahnya terhenti begitu melihat tak ada seorangpun yang ada disana. Hanya guguran daun dan hembusan angin yang menyambut kedatangan Shan. Tak ada tawa renyah khas kekasih hatinya yang menyambutnya apabila ia tiba. Senyumnyapun memudar. Nafasnya yang masih terengah-engah ia atur sebisa mungkin. Ia merunduk karna terlalu lelah. Dadanya sesak sekali. Ia jatuh terduduk. Menatap matahari yang mulai menghilang di ujung danau. Merayakan rindunya yang padam dengan nanar.
Ia beranjak dari ratapannya. Berlari lagi ke rumah Niel. Tidak mempedulikan lagi puluhan orang yang menatapnya dan menyerukan namanya berkali-kali. Ia hanya ingin bertemu Niel-nya.
“Nieeeellll...keluaaaaaaarrrrrrrr!!!ini aku Shan!!!Niiiieeeelllll!!!!”
Dari dalam rumah samar-samar Niel mendengar teriakan-teriakan Shan.Rasa rindu dan marah berbaur melemaskan lututnya. Ia mendengarkan dengan seksama teriakan-teriakan itu. Ingin sekali rasanya ia berhambur keluar dan menerjang Shan mengungkapkan betapa tersiksa harinya tanpa Shan,mengungkapkan betapa ia merindukan Shan,dan berkata jujur tentang..rasa cinta yang ada di hatinya untuk Shan. Tapi ia tak mampu. Tubuhnya menggigil hebat ketika mengingat siapa Shan sesungguhnya. Ia meringkuk dibalik tempat tidurnya. Menangis tanpa sadar dengan pilunya. Neneknya yang hendak masuk ke kamar Niel ditahan oleh lengan tua sang kakek. Ia menggeleng penuh arti pada istrinya dan menuntun istrinya menghampiri Shan yang sedang berlutut ditengah guyuran hujan yang entah sejak kapan turun. Puluhan pasang mata mengawasi Shan dari balik jendela masing-masing rumah. Shan tak peduli.
“Pulanglah Yang mulia.” ucap laki-laki tua itu dihadapan Shan.
“Kek..aku ingin bertemu dengan Niel..” lirih Shan dengan tubuh gemetar menahan dingin.
“Tidak sekarang..pulang kumohon.” Laki-laki tua itu dengan lembut membantu Shan berdiri.
“Sebentar saja kek,aku sangat...merindukannya.”Shan memohon dengan memegangi tangan kakek Niel.
“Kau mencintainya,nak?” pertanyaan itu tak mampu dijawab olehnya,ia hanya mengangguk pasrah.
Semua terkesima menyaksikan perbuatan itu. Sebuah tamparan keras mendarat dipipi Shan. Darah segar mengalir dari sudut bibir tipisnya. Ia jatuh tersungkur ke tanah. Ia menatap canggung lelaki tua yang telah berani menamparnya itu.
“MEMALUKKAN!! SEKARANG PULANG ATAU KAU AKAN MENDAPAT YANG LEBIH BURUK!!” teriak kakek Niel,sementara sang nenek berusaha membantu Shan berdiri lagi.
Niel keluar dari rumah,guyuran hujan tidak menggetarkan langkahnya. Ia terus berjalan dengan tongkat ke arah mereka. Shan terpaku menatap kekasihnya itu. Tangisnya hampir meledak ketika melihat sosok yang sangat ia rindukan itu. Ia bediri dengan sisa tenaganya kemudian berlari memeluk Niel.
“Nieell....niel...niel....” ia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun pada Niel. Air matanya terus mengalir begitu saja. Dunia sekan berputar. Hanya mereka yang ada disana. Shan memeluk erat Niel. Dibenamkan kepala Niel ke dada bidangnya itu sembari mengecupi puncak kepala Niel berkali-kali. Niel diam membisu. Ia tidak membalas pelukan itu meskipun ia juga begitu merindukan Shan.
“Niel..aku...” kata-katanya tergantung saat mendengar bisikan Niel rupanya kau seorang pembohong besar,ya Yang Mulia? Matanya membulat seketika. Mulutnya ia katupkan serapat mungkin.
“Aku benci padamu Shan!!!” teriak Niel sangat kencang sembari mendorong Shan menjauhinya.
“Kau pembohong!!Demi Tuhan teganya kau membodohiku!!Aku benci padamu!!keluargamu!! semua akan dirimu membuatku muak Shan!!Kau jahat sekali padaku...”lanjutnya dengan air mata yang mengalir turun.
“Aku..minta maaf Niel..aku salah..aku sungguh bersalah.. aku hanya tak ingin membuatmu berubah menjadi santun kala berbicara padaku karna tau siapa aku sebenarnya Niell... Niel maafkan aku...Niel.. kumohon jangan menangis lagi.” Shan memegang tangan Niel mencoba menenangkannya. Namun Niel malah menampik dengan kasar.
“DIAAAMM!! Jangan sentuh aku!! Kembalikan mereka Shan!!”
“Mereka??siapa Niel?”
“Orangtuaku!!! ”
Shan memandang bingung Niel,ia menoleh penuh tanya kepada kakek dan nenek Niel. Berharap mereka menemukan jawaban yang diminta olehnya. Tetapi mereka hanya menundukan kepala.
“Sepuluh tahun lalu!! Ayahmu membantai mereka ditaman Isis Shan! Ia pula yang menyiram air garam ke mataku sampai aku jadi buta! Mereka satu-satunya anggota dewan yang berani menentang ayah keparat-mu itu,raja zalim!! Memerintahkan puluhan ribu rakyatnya untuk membayar pajak tinggi!!!Aku saksi bisu perbuatan laknat itu ia menganugrahiku kebutaan ini!!!” sembur Niel putus asa.
Niel berjalan menjauhi Shan. Shan juga mundur beberapa langkah. Shan terpaku. Matanya terbelalak. Ia seperti disambar petir mendengar kebenaran itu. Shan berlari menuju istana. Ia mencerna tiap kata yang keluar dari mulut pujaannya itu sambil terus berlari. Ia tak tau sama sekali tentang semua peristiwa hina itu, yang ia tau adalah ia sangat membenci ayahnya sekarang. Beberapa kali ia terjatuh karena tanah yang ia pijak sangat licin terkena air hujan. Shan tak mempedulikan lagi tubuhnya yang gemetaran menahan dingin. Ia berlari hingga berada di aula. Lalu berlari lagi menuju kamarnya,setelah salah seorang pengawal nya mengatakan perjalanan sang raja dibatalkan karena ada badai besar di daerah perbatasan. Shan memasuki kamarnya dengan tergesa-gesa,didapatinya sang raja membuka lemari rahasianya. Tempat ia meletakkan seluruh potret indah Niel.
“Kamu.. ” lirih Shan dihadapan pemuda itu.
Pemuda indah itu membuka matanya begitu mendengar suara Shan,memamerkan Irish biru miliknya yang mempesona itu. Ia memicingkan telinganya lantas tersenyum. “Aku kenal suara ini. Kamu pemuda yang aku tabrak di kuil waktu itu kan?sedang apa disini hmmm?” ujar pemuda itu sembari tersenyum ramah.
“Aku...aku sedang berjalan sejenak.” Jawab Shan sekenanya.
Dalam hati berulangkali ia panjatkan rasa syukurnya pada Tuhan. Dan berdoa dengan penuh harap agar tidak dipisahkan lagi dengannya. Selamanya. Itu impian gila,tapi Shan benar-benar mengharapkannya. Shan memandang lekat wajah pemuda itu. Wajah yang selalu menghantuinya dikala malam.
“Taman ini telah lama ditinggalkan.” Seru pemuda itu lagi dan membuat Shan tersadar dari lamunannya.
“Benarkah?padahal taman ini sangat indah yah.” Jawab Shan kemudian ikut duduk disamping pemuda itu dan menatap danau,hatinya bergemuruh hebat.
“Nama taman ini Isis. Kamu tau?dulu taman ini sangat ramai loh. Tapi setelah peristiwa pembantaian itu terjadi taman ini menjadi sangat sepi.”
“Pembantaian?Pembantaian apa?” Shan beralih memandang heran pemuda itu. Ia tak pernah tau tentang pembantaian dinegrinya sendiri.
“Kamu gak tau?ah tentu saja istana pasti merahasiakan kejadian itu. Peristiwa terbunuhnya dua orang yang tak berdosa.” Pemuda itu terlihat menggenggam tangannya menahan amarah. Lalu ia menghela nafas panjang dan terlihat sangat kesepian. Shan kembali terpaku menatap pujaannya. Wajah kesepian itu. Kumohon jangan memperlihatkan wajah sedih itu padaku,aku ingin menangis karenanya begitu raung Shan dalam hati.
“Ngomong-ngomong siapa namamu?” tanya pemuda itu lagi,kali ini dengan senyum riang menghiasi wajahnya. Ia berpaling kearah Shan dan mengulurkan tangannya namun meleset. Shan menatapnya heran. Shan mengibaskan tangan tepat didepan wajah pemuda itu. Tatapan matanya kosong.
“Kamu buta?”
Sorot mata pemuda itu terlihat berubah murung tampak sebersit kesedihan diiris birunya. Shan memukul kepalanya dan memaki dirinya sendiri didalam hati Shan kamu sungguh tolol!!!
“Maaf..maaf aku-aku tak sengaja..aku..sungguh maafkan aku..” Shan memegang tangan pemuda itu. Kemudian dengan panik melepaskannya setelah merasakan wajahnya memanas karena malu.
“Ah..gak apa-apa kok. Sudah jangan memukul kepalamu,terdengar jelas olehku loh hihihi. Iya,aku buta” jawab pemuda itu sembari terkikik.
“Aku.. Shan,kamu?”
“Aku Niel. Namamu seperti nama putra mahkota negri ini. Apa kamu dia?”
“A-aah apa?bu-bukan kok aku.. pendatang kok” jawab Shan kikuk.
“Hahahaha aku Cuma bercanda kok. Kenapa kamu gugup begitu?Lagipula Putra mahkota mana mau datang ketempat terpencil seperti ini.Ia pasti sangat manja,aku yakin.”
“HEIII...AKU” Shan hendak protes atas ucapan Niel tetapi ia segera menutup mulutnya. Ia tak mau Niel sampai tau siapa ia yang sesungguhnya. Ia mau Niel mengenalnya sebagai orang biasa. Bukan Shan seorang putra mahkota.
“Aku apa?”
“A-aku..Aku lapar.”
Niel tertawa keras dibuatnya. Mereka berbincang-bincang cukup lama. Apapun yang dikatakan Shan selalu membuat Niel tertawa. Tidak membutuhkan waktu lama untuk membuat mereka cukup akrab. Banyak hal yang diceritakan oleh Neil tentang dirinya. Tentang nenek dan kakeknya yang hidup dengan Niel sejak orang tua Niel meninggal bertahun-tahun lalu. Tentang kecintaannya akan suara harpa. Tentang kemampuan bernyanyinya yang bisa dikatakan lebih dari baik,bahkan ia menyanyikan dua bait kidung kuno bangsanya untuk Shan. Tak terasa mentari telah diujung barat. Shan harus pulang sebelum ayah dan ibunya tiba diistana saat makan malam. Tentu ia tak ingin dapat masalah karna melanggar peraturan kerajaan yaitu berkeliaran diluar istana tanpa pengawal merupakan larangan keras.
“Niel aku harus pulang, ayahku pasti cemas jika aku pulang terlambat.”
“Iya aku juga. Nenekku pasti akan marah nantinya hihihi.”
“Niel...apa besok kita bisa bertemu lagi?” tanya Shan penuh harap.
Niel tersenyum manis sekali.“Tentu,aku datang kesini setiap sore.” Dan merekapun berpisah.
Setiap sore mereka selalu bertemu. Tak pernah sekalipun Shan merasa bosan menatap wajah innocent Niel. Niel selalu mampu membuat Shan semakin jatuh cinta padanya. Entah senyumnya, tawanya, caranya berbicara,semuanya.Hari ini Shan melukis wajah Niel lagi ,potret ke-16 nya. Shan memang pandai melukis,diam-diam ia melakukan kegemarannya ini tanpa seorangpun yang tau kecuali Niel. Beberapa tahun yang lalu raja Baliant pernah melihat Shan asyik melukis. Ia amat murka. Ia beranggapan seharusnya anak laki-lakinya itu belajar ilmu pedang bukan melakukan kegiatan konyol seperti melukis. Ia bahkan membakar semua lukisan,kanvas,kuas,dan cat milik Shan tanpa ampun.
“Niel..bagaimana rupa-ku?”
Shan meletakkan kuas dan kanvas miliknya begitu ia selesai melukis wajah pujaannya,lalu dengan jujur menjawab pertanyaan,” Vous êtes si belle (kamu sangat indah), seperti lili putih yang mekar dimusim semi. Kamu pasti populer diantara para gadis di desamu”
“Aku buta Shan.” Lirih Niel.
“Tapi itu bukan alasan untuk mengurangi keindahanmu sedikitpun.”
Untuk pertamakali dalam hidupnya,Shan melihat wajah Niel merona merah. Tiba-tiba air turun begitu saja dari langit. Membasahi tiap jengkal tanah yang retak karena kekeringan. Bau basah menyebar diantara tiap butir yang jatuh. Terlihat dua anak Adam itu berlari mencari perlindungan dibawah pepohonan tua Ent. Mereka basah kuyup. Niel mendekap lengannya sendiri kuat-kuat berusaha menghangatkan tubuhnya yang menggigil hebat. Ia bersandar di pohon besar itu. Memandang lurus ke arah danau.
“Shan..” Ucapnya bergetar.
Shan memandang kearah pujaannya itu,setelah beberapa saat ia sibuk mengelap jubahnya,ia baru tersadar Niel ada disebelahnya. Niel terlihat pucat pasi,giginya bergemerutukan menahan dingin. Shan mengusap pelan kepala Niel kemudian dengan penuh kasih sayang ia membimbing Niel jatuh kepelukkannya. Berusaha sekuat tenaga menghangatkan tubuh Niel yang bergetar. Ia begitu menyayangi Niel,apapun akan ia berikan untuk pujaannya. Sekitar setengah jam hujan masih belum berhenti. Niel tertidur nyaman dipelukan Shan yang bersandar di batang pohon tua itu menopang tubuh Niel didekapannya. Ia menatap wajah pemuda yang tak lebih dari tingginya itu. Bibir cherry Niel yang memabukkan terpampang dihadapannya. Shan tak tahan untuk tak tergoda dengan bibir merah Niel. Ia mendekatkan wajahnya kearah Niel lalu mengecupnya pelan dengan penuh cinta lalu melepaskannya saat mendengar Niel bergumam.
Shan kembali pergi diam-diam sore berikutnya, Sang Raja pergi ke kerajaan Amon-Din pagi tadi dan mungkin akan pulang larut malam. Ia segera menemui Niel yang sudah menunggunya. Mereka berencana menyaksikan pawai akrobat dari desa Leaf ditengah kota nanti. Shan membawa topeng dan mengenakan jubah bertudung untuk menyamarkan identitasnya. Ia tak pernah melepaskan genggamannya dari Niel. Ia tak ingin Niel terluka oleh siapapun. Setelah sampai disana mereka duduk di samping penjual gulali.
“Niel,aku haus,aku beli minuman dulu,kamu tunggu disini saja ya.” Kata Shan dan dijawab dengan anggukan patuh oleh Niel.
Penjual minuman berada diujung panggung tempat atraksi. Cukup jauh memang. Shan berjalan dengan cepat mencari penjual minuman itu. Perasaannya sangat senang hari ini. Impiannya berjalan bersama Niel terwujud meskipun hanya di tengah kota,tapi itu cukup membuat Shan senang. Setelah mencari cukup lama Shan menemukan penjual minuman akhirnya. Ia membeli dua gelas Float dan bergegas kembali pada Niel. Terdengar keributan dari tempat duduk mereka. Niel tersungkur ke tanah setelah didorong oleh seorang pemuda tidak dikenal.
“Kamu harus ganti pakaian ini!!” Teriak laki-laki itu pada Niel yang ketakutan.
“A-aku tak melihat Tuan,maafkan aku,maaf.” Jawab Niel
“Dasar Buta!!”
BRUUGHH!!!
Niel terkena bogem mentah dari laki-laki itu. Tepat pada saatnya Shan tiba ditempat itu. Gelas minuman yang dari tadi di genggamnya dengan erat jatuh begitu saja ke tanah menumpahkan isinya. Ia berlari menerjang lelaki yang telah melukai sang pujaan. Menyerangnya dengan berkali-kali pukulan. Mereka terlihat berguling,memukul,bahkan mencekik satu sama lain sementara Niel masih terdiam di tepi arena pertempuran. Orang-orang yang menyaksikan perkelahian itu tak berusaha untuk melerai. Beberapa dari mereka bahkan bertepuk tangan memberi semangat pada Shan dan laki-laki itu. Hingga tanpa sengaja topeng yang Shan kenakan terlepas. Laki-laki yang sedang menyerang Shan itu berhenti sejenak dan melepaskannya,kemudian bergumam:” Yang Mulia Putra Mahkota.” Orang-orang disekitarnya pun ikut memanggil-manggilnya,”Itu Putra Mahkota-Itu Putra Mahkota.” Shan refleks memasang kembali topengnya dan berjalan ke arah Niel. Ia menarik Niel dan memapahnya dengan tergesa-gesa. Dibawanya Niel ke taman Isis setelah yakin tak ada seorangpun yang mengikuti mereka.
Dengan kasar Shan melihat lebam yang ada di sudut bibir Niel, ”Sakit Shan.”erang Niel.
“Kamu bodoh ya??Kenapa kamu ga melawan??Dia menghina kamu!!Harusnya kamu melawan!” Teriak Shan kesal,baru kali ini ia berani memaki pujaanya itu dengan keras.
Niel beralih ke arah Shan,“Lawan untuk apa Shan?buat makin mempermalukan aku?dia benar kok. Aku kan memang buta Shan.”
Shan tak menjawabnya lagi. Ia hanya memandang wajah Niel. Irish birunya yang mencoba memandang ke arahnya meskipun meleset itu masih kosong seperti dulu,pertamakali mereka bertemu. Seandainya Niel tidak buta pasti semua tak akan seperti ini,ia pasti akan sangat populer dikalangan para gadis dan sudah tentu mereka tak akan pernah bertemu. Oh Niel..aku ingin sekali memelukmu dan mengatakan akan ada masa indah untukmu nantinya. Aku pasti membahagiakanmu. ucap Shan dalam hati.
“Kenapa diam?Kamu mengasihaniku,eh?Aku lebih baik dihina daripada di kasihani.” Ujar Niel membuyarkan lamunan Shan.
“Aah aku sih lebih baik tidak kedua-duanya,hehehe.”
“Dulu setiap kali ada yang mengejekku aku pasti menangis. Tapi setelah nenek dan kakekku menasihatiku aku jadi tak pernah nangis lagi.”
“Memangnya mereka bilang apa?”
“Mereka bilang untuk apa menangis,itu malah membuat kamu terlihat semakin lemah.”
***
“Darimana saja kamu Shan????” Raja Baliant berteriak ketika melihat putranya memasuki aula setelah matahari tenggelam.
Shan berusaha keras menutupi kegugupannya saat menyaksikan kemurkaan ayahnya, tangannya gemetar hebat,ia menelan ludah beberapa kali. “Aku..aku ke perpustakaan agung, ayah.”
“Sungguh?Lalu siapa pemuda yang mengenakan topeng dan berkelahi dengan seorang rakyat jelata tadi sore,hah???” Bentak sang raja makin keras.
“Maafkan aku.. Yang Mulia..aku..aku..”
“Apa yang kau lakukan disana Shan?” ujar Raja Baliant melembut.
“Aku hanya menyaksikan pawai akrobat Yang Mulia.”
“Lalu?”
“Laki-laki itu menganggu temanku ayah.”
“Siapa dia?” tanya ayahnya lagi.
“Dia?dia siapa?”
“Laki-laki buta yang bersamamu Shan!Jangan berpura-pura bodoh!!”
“Dia..dia..sahabatku.”
“Kau tak boleh bersahabat dengannya,kau calon raja penerusku nantinya tak seharusnya kau bergaul dengan rakyat biasa sepertinya. Mulai sekarang sampai nantinya kau tak boleh bertemu lagi dengannya! Mengerti,Shan??”
“Tapi ayah..”
Sang Raja berbalik menatap Shan marah,“Kau sekarang berani membantahku hah?Jangan bertemu dia lagi!” ucap sang Raja,ia terlihat berfikir sejenak kemudian berujar lagi,“Ah.. Shan usiamu 17,eh? Sudah seharusnya kau menikah. Aku telah menjodohkanmu dengan Lady Crisnell putri tunggal Raja Theodred dari Amon-Din. Dia jelita sekali. Bagaimana?”
Shan sangat mengerti sifat ayahnya Bagaimana yang dimaksudnya bukan merupakan pertanyaan sesungguhnya melainkan sebuah perintah yang tak akan pernah Shan bantah. Ia diam tak menjawab. Membayangkan perpisahan dengan Niel saja mampu membuat kakinya lemas seketika,lantas bagaimana jika itu benar-benar terjadi? Ia tak sanggup membayangkannya lagi. Shan tak bergeming. Kakinya tak mampu digerakan,tangannya gemetaran hebat. Shan hanya anak biasa yang takut pada sang ayah. Ia tak mampu sekalipun membantah sang Raja. Ia tak tau harus bagaimana. Melawan ayahnya sendiri sangat mustahil untuk Shan tetapi dipisahkan dengan belahan jiwanya juga sungguh Shan tidak mau.
“Aku..masih terlalu muda ayah.” Jawab Shan pada akhirnya.
“Tidak,nak. Aku menikah diusiaku yang ke 16. Aku tau kau sangat bertanggung jawab.” Bantah sang Raja.
“Aku...aku...mencintai..orang lain ayah.”
“Ah.. coba dengarkan tentang pujaan anakku ini, mungkin tidak buruk. Ia putri dari kerajaan mana Shan?Sebutkan ayahnya. Aku kenal baik semua petinggi Kerajaan tetangga.” Ujar sang Raja dengan antusias yang sengaja dibuat-buat.
“Dia..bukan anak raja,bukan anak wazir,bukan anak menteri,saudagar kaya, atau pedagang terkenal. Ia yatim-piatu ayah. Dia hidup dengan nenek dan kakeknya. Aku sangat mencintainya. Aku tak bisa menikah dengan orang lain,bahkan aku tak sanggup bila tak melihatnya.”Iris zamrud itu berkaca-kaca setelah mengatakannya. Ia sangat berharap Sang Raja melupakan perjodohan itu. Untuk pertama kali dalam hidupnya,Shan berani mengutarakan pendapatnya.
“Apakah kakek atau neneknya seorang dukun Voodo,nak? Sehingga ia mampu membuat putra kesayanganku ini tergila-gila pada cucunya?”
“Ayah...” Shan tak percaya mendengar ucapan sang Raja yang begitu konyol.
“Apa?Jangan berkhayal nak. Kau berharap dengan suka cita aku merestui cinta sucimu itu? Kau tau benar siapa ayahmu ini Shan. Pernikahan akan dilangsungkan minggu depan. Lebih baik kau tak bertemu dengannya lagi. Atau aku akan menghukummu. Mengerti Putra Mahkota?” ujar Raja Baliant dengan senyum kemenangan lalu berlalu meninggalkan aula.
Sang Raja tidak main-main, keesokkan harinya ia memperketat pengawasan pada Shan bahkan berjalan keluar Istanapun Shan tak diijinkannya. Hari sudah sore pasti Niel sedang menunggunya sekarang. Ia menatap ke arah langit. Dilihatnya awan membentuk wajah sang pujaan hati,Niel. Shan merindukannya. Hatinya penuh sesak memandang matahari yang telah berada di ujung barat.
“Shan... hari ini kamu tak datang ya?”lirih Niel.
Telah berjam-jam Niel menunggu Shan di taman Isis. Ia duduk sendirian menunggu Shan datang. Rasa kecewa menyerbak di hatinya. Ada sesuatu yang tak dapat ia katakan. Ia begitu kehilangan sosok Shan yang biasa menemani sore harinya. Dan pada akhirnya Niel memutuskan untuk pulang kerumah sebelum matahari tenggelam. Niel berjalan menyusuri sepanjang jalan dengan ditemani guguran daun.
“Lihat dia..dia kan teman sang pangeran.” Teriak seorang anak kecil.
“Benaaar,dia yang waktu itu dipawai bersama putra mahkota.” Teriak anak yang lain.
“Kak...kakak temannya putra mahkota yah?”tanya seorang anak perempuan sembari menarik jubah Niel dengan penuh semangat.
Niel memicingkan telinganya guna memperjelas pendengarannya,“Kamu berbicara padaku dik?”
“Iya! Apa kakak teman Putra mahkota?”
“Putra Mahkota?”ulang Niel bingung.
“Kakak ini bagaimana?Ya tentu saja Pangeran Shan,anak raja Baliant.”
Terdengar samar-samar teriakan seorang wanita memanggil nama gadis kecil itu. Rupanya itu ibu dari anak perempuan pirang itu,ia memandang cemas pada Niel,kemudian membawa putrinya pulang.
“Shan..Putra mahkota?” ujar Niel pada dirinya sendiri.
Putra mahkota?anak raja Baliant?Shan...jadi selama ini kamu berbohong padaku? Kenapa sampai hati kamu tega padaku?Apa salahku Shan?Pertanyaan-pertanyaan itu terus menggantung di otak Niel. Hatinya hancur bukan main. Ternyata orang yang selama ini ia anggap sebagai sahabat itu tega membohonginya. Ia merasa menjadi orang paling bodoh di dunia. Belum pernah ia merasa dipermalukan seperti ini. Hatinya sangat sakit bukan hanya karna telah dibohongi. Tapi juga karna ia tau yang sebenarnya. Perbedaan yang terbentang diantara mereka terlalu lebar. Tidak lagi hanya seorang tuna netra dan orang normal,tapi juga seorang pangeran dan rakyat jelata. Mata Niel perih. Tanpa tersadar mengalir tetesan airmata dari sudut mata indahnya. Ia sungguh kecewa pada Shan.
Niel.....sedang apa kamu? aku sangat merindukanmu.. lirih Shan pelan sambil terus memandang matahari tenggelam. Esok sore ia berencana menyelundup ke luar istana,sang Raja mengadakan kunjungan lagi ke kerajaan Amon-Din dan akan kembali beberapa hari lagi. Ini merupakan kesempatan emas bagi Shan untuk menemui belahan jiwanya.
“Crist,namamu Crist benar?”tanya Shan pada seorang prajurit kerajaan yang sedang berjaga didepan kamarnya.
“Benar Yang Mulia,apa yang engkau perlukan?”
“Hari ini,aku sedang tak enak badan,aku ingin beristirahat seharian dikamar.” Ujar Shan membohongi pengawal lugu itu.
“Yaaa-yang Mulia sakit?apa perlu hamba panggilkan tabib Yoon?”
“Aaah...tidak-tidak,aku hanya tak ingin diganggu seharian ini,setelah istirahat pasti aku sembuh. Tak ada yang boleh memasuki kamarku selagi aku beristirahat dan jangan bilang pada Baginda Raja,mengerti Crist?”
“Mengerti Yang Mulia.” Jawab pengawal tampan bernama Crist itu patuh.
Shan tersenyum simpul. Dalam hati ia bersorak riang dapat mengelabui pengawalnya selain itu sebentar lagi ia juga akan bertemu dengan Niel. Segera ia mengikat seprai kasur,selimut,dan tirai kamarnya menjadi satu membentuk sebuah tali. Tali yang akan membantunya meloloskan diri. Kamarnya teletak dilantai dua istana,sangat beresiko untuk sengaja melompat ke bawah. Setelah semua siap ia duduk dengan manis menunggu matahari condong ke barat. Tepat waktu seperti biasa saat bertemu Niel. Segera ia julurkan tali dari jendelanya. Tak lupa ia mengikat ujung tali dengan tiang tempat tidurnya guna menjadi penahan berat tubuh Shan saat turun maupun naik nantinya. Dengan hati-hati ia menuruni tali itu sampai tiba ditanah. Shan sangat bersyukur karna tak ada seorangpun yang melihatnya. Tanpa membuang waktu lagi ia berlari menuju taman Isis. Tempat yang juga ia rindukan. Ia yakin sekali Niel tengah menunggunya. Dengan senyum yang terus merekah di bibir tipisnya ia berlari ke taman indah itu.
“NIIIIEEEELLL.....NIEEEELLL.....aku datang!!!!” teriak Shan sesampainya di taman Isis.
Langkahnya terhenti begitu melihat tak ada seorangpun yang ada disana. Hanya guguran daun dan hembusan angin yang menyambut kedatangan Shan. Tak ada tawa renyah khas kekasih hatinya yang menyambutnya apabila ia tiba. Senyumnyapun memudar. Nafasnya yang masih terengah-engah ia atur sebisa mungkin. Ia merunduk karna terlalu lelah. Dadanya sesak sekali. Ia jatuh terduduk. Menatap matahari yang mulai menghilang di ujung danau. Merayakan rindunya yang padam dengan nanar.
Ia beranjak dari ratapannya. Berlari lagi ke rumah Niel. Tidak mempedulikan lagi puluhan orang yang menatapnya dan menyerukan namanya berkali-kali. Ia hanya ingin bertemu Niel-nya.
“Nieeeellll...keluaaaaaaarrrrrrrr!!!ini aku Shan!!!Niiiieeeelllll!!!!”
Dari dalam rumah samar-samar Niel mendengar teriakan-teriakan Shan.Rasa rindu dan marah berbaur melemaskan lututnya. Ia mendengarkan dengan seksama teriakan-teriakan itu. Ingin sekali rasanya ia berhambur keluar dan menerjang Shan mengungkapkan betapa tersiksa harinya tanpa Shan,mengungkapkan betapa ia merindukan Shan,dan berkata jujur tentang..rasa cinta yang ada di hatinya untuk Shan. Tapi ia tak mampu. Tubuhnya menggigil hebat ketika mengingat siapa Shan sesungguhnya. Ia meringkuk dibalik tempat tidurnya. Menangis tanpa sadar dengan pilunya. Neneknya yang hendak masuk ke kamar Niel ditahan oleh lengan tua sang kakek. Ia menggeleng penuh arti pada istrinya dan menuntun istrinya menghampiri Shan yang sedang berlutut ditengah guyuran hujan yang entah sejak kapan turun. Puluhan pasang mata mengawasi Shan dari balik jendela masing-masing rumah. Shan tak peduli.
“Pulanglah Yang mulia.” ucap laki-laki tua itu dihadapan Shan.
“Kek..aku ingin bertemu dengan Niel..” lirih Shan dengan tubuh gemetar menahan dingin.
“Tidak sekarang..pulang kumohon.” Laki-laki tua itu dengan lembut membantu Shan berdiri.
“Sebentar saja kek,aku sangat...merindukannya.”Shan memohon dengan memegangi tangan kakek Niel.
“Kau mencintainya,nak?” pertanyaan itu tak mampu dijawab olehnya,ia hanya mengangguk pasrah.
Semua terkesima menyaksikan perbuatan itu. Sebuah tamparan keras mendarat dipipi Shan. Darah segar mengalir dari sudut bibir tipisnya. Ia jatuh tersungkur ke tanah. Ia menatap canggung lelaki tua yang telah berani menamparnya itu.
“MEMALUKKAN!! SEKARANG PULANG ATAU KAU AKAN MENDAPAT YANG LEBIH BURUK!!” teriak kakek Niel,sementara sang nenek berusaha membantu Shan berdiri lagi.
Niel keluar dari rumah,guyuran hujan tidak menggetarkan langkahnya. Ia terus berjalan dengan tongkat ke arah mereka. Shan terpaku menatap kekasihnya itu. Tangisnya hampir meledak ketika melihat sosok yang sangat ia rindukan itu. Ia bediri dengan sisa tenaganya kemudian berlari memeluk Niel.
“Nieell....niel...niel....” ia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun pada Niel. Air matanya terus mengalir begitu saja. Dunia sekan berputar. Hanya mereka yang ada disana. Shan memeluk erat Niel. Dibenamkan kepala Niel ke dada bidangnya itu sembari mengecupi puncak kepala Niel berkali-kali. Niel diam membisu. Ia tidak membalas pelukan itu meskipun ia juga begitu merindukan Shan.
“Niel..aku...” kata-katanya tergantung saat mendengar bisikan Niel rupanya kau seorang pembohong besar,ya Yang Mulia? Matanya membulat seketika. Mulutnya ia katupkan serapat mungkin.
“Aku benci padamu Shan!!!” teriak Niel sangat kencang sembari mendorong Shan menjauhinya.
“Kau pembohong!!Demi Tuhan teganya kau membodohiku!!Aku benci padamu!!keluargamu!! semua akan dirimu membuatku muak Shan!!Kau jahat sekali padaku...”lanjutnya dengan air mata yang mengalir turun.
“Aku..minta maaf Niel..aku salah..aku sungguh bersalah.. aku hanya tak ingin membuatmu berubah menjadi santun kala berbicara padaku karna tau siapa aku sebenarnya Niell... Niel maafkan aku...Niel.. kumohon jangan menangis lagi.” Shan memegang tangan Niel mencoba menenangkannya. Namun Niel malah menampik dengan kasar.
“DIAAAMM!! Jangan sentuh aku!! Kembalikan mereka Shan!!”
“Mereka??siapa Niel?”
“Orangtuaku!!! ”
Shan memandang bingung Niel,ia menoleh penuh tanya kepada kakek dan nenek Niel. Berharap mereka menemukan jawaban yang diminta olehnya. Tetapi mereka hanya menundukan kepala.
“Sepuluh tahun lalu!! Ayahmu membantai mereka ditaman Isis Shan! Ia pula yang menyiram air garam ke mataku sampai aku jadi buta! Mereka satu-satunya anggota dewan yang berani menentang ayah keparat-mu itu,raja zalim!! Memerintahkan puluhan ribu rakyatnya untuk membayar pajak tinggi!!!Aku saksi bisu perbuatan laknat itu ia menganugrahiku kebutaan ini!!!” sembur Niel putus asa.
Niel berjalan menjauhi Shan. Shan juga mundur beberapa langkah. Shan terpaku. Matanya terbelalak. Ia seperti disambar petir mendengar kebenaran itu. Shan berlari menuju istana. Ia mencerna tiap kata yang keluar dari mulut pujaannya itu sambil terus berlari. Ia tak tau sama sekali tentang semua peristiwa hina itu, yang ia tau adalah ia sangat membenci ayahnya sekarang. Beberapa kali ia terjatuh karena tanah yang ia pijak sangat licin terkena air hujan. Shan tak mempedulikan lagi tubuhnya yang gemetaran menahan dingin. Ia berlari hingga berada di aula. Lalu berlari lagi menuju kamarnya,setelah salah seorang pengawal nya mengatakan perjalanan sang raja dibatalkan karena ada badai besar di daerah perbatasan. Shan memasuki kamarnya dengan tergesa-gesa,didapatinya sang raja membuka lemari rahasianya. Tempat ia meletakkan seluruh potret indah Niel.
0 komentar:
Posting Komentar