Stay Part 8



By : Sa-Chan

Suasana tegang melanda ruang tamu di kediaman keluarga Asou. Mereka semua yang ada di sana tetap terdiam dengan pikiran masing – masing, berusaha menelaah apa yang sedang terjadi sebenarnya. Tetsuya terlihat pucat, karena mendengar suatu kata pendek dari paman, bukan, ayah angkatnya tersebut.
“Jadi benar, namamu adalah Akashi Seiji” tukas Kento setelah melihat sebuah ID card milik Seiji, yang di perlihatkannya sebagai bukti.
“Maafkan aku jika berbohong pada kalian semua, tapi waktu itu keluargaku mendesakku agar mencari istri lain agar mempunyai keturunan yang bisa melanjutkan grup perusahaan kami, bahkan saat itu aku dan Sumire masih terikat sebagai suami istri” ujar Seiji menjelaskan semuanya.
“Sejak di vonis menderita kanker rahim, aku sudah tidak bisa mengandung lagi, ayah Seiji juga mendesakku agar memberikan ijin untuk Seiji menikah lagi” sambung Sumire.
“Akhirnya pernikahanku dan Yuuko di laksanakan tidak lama kemudian, tapi kami berdua sudah mempunyai perasaan masing – masing dan berjanji setelah Yuuko melahirkan nanti, dia akan memberikan anaknya padaku, dan kami akan segera bercerai, tapi keajaiban terjadi, Yuuko mengandung anak kembar, lalu kami putuskan untuk membawa mereka masing – masing” balas Seiji tersenyum mengenang masa dulu.
“Tapi di sisi lain, ternyata Sumire berupaya untuk mengadopsi anak dari seseorang kerabat dekatnya, yang tak lain adalah adik kandung dari Yuuko, aku cukup terkejut dan tidak bisa berbuat apa – apa karena Hiro sudah kubawa ke Tokyo, dan Hina di bawa oleh Yuuko ke Sapporo” lanjut Seiji lagi melihat Hiro di sampingnya.
“Aku tidak menyangka selama ini kita membahas hal serumit ini, Sumire yang seorang sahabat dekatku juga sekaligus partner kerjaku, ternyata sudah menikah dengan mantan suamiku, tapi aku lega semuanya sudah jelas” ucap Yuuko memegang tangan Sumire yang duduk di sampingnya.
Semuanya sekarang menatap ke arah Tetsuya, mencoba melihat ekspresi wajahnya.
“Aku tidak terima, dan aku akan tetap tinggal bersama Hina !!” teriak Tetsuya berdiri dari kursinya dan berlari keluar rumah.
“Mungkin saatnya aku mengembalikan Tetsuya padamu Haruka” ucap Sumire setelah keheningan sesaat yang melanda ruangan itu.
Haruka dan Kento sangat terkejut mendengar Sumire mengatakan hal seperti itu.
“Aku sudah cukup senang bisa tinggal berdua dengan Tetsuya di Inggris walaupun hanya sebentar saja, dan Tetsuya sudah besar, pasti ingin berbakti pada kalian, terima kasih atas segalanya Haruka, Kento-san” lanjut Sumire membungkukkan badan.
“Hiro yang akan melanjutkan grup kami nanti jangan khawatir, Tetsuya akan kembali pada kalian, tapi mungkin masih agak lama untuk proses pembatalan surat adopsi tersebut, jadi Tetsuya akan masih memakai nama marga keluarga Akashi” sambung Seiji mengelus kepala Hiro di sebelahnya, Kaito hanya mendelik ke arah Hiro dan dia membalasnya dengan mengacuhkan pandangan dari Kaito.
“Paman bisa aku bicara sebentar dengan Hiro ?” tanya Kaito pada Seiji.
Seiji menganggukkan kepala pelan dan Hiro berdiri mengikuti Kaito dari belakang.
***
“Rupanya kau sudah tahu dari awal semuanya Hiro ?” tanya Kaito saat mereka berdua sudah berada di luar rumah, tepatnya di sebuah kafe kecil.
“Aku juga tidak mau akhirnya seperti ini, tapi Tetsuya-san dan Hina tidak bisa saling menyukai, karena mereka adalah kakak – adik” jawab Hiro tenang menyeruput minuman di depannya.
“Tapi mereka berdua tidak ada ikatan darah ! Apa yang sedang kau pikirkan Hiro ? Kenapa kau begitu membenci Tetsuya ?” tanya Kaito lagi agak keras.
“Aku tidak membencinya, hanya saja .... “ ucapan Hiro terhenti sejenak.
“Kenapa ? Apa alasannya ?” lanjut Kaito tidak sabar.
“ .... , Aku iri dengan Hina, sejak kecil dia selalu di sayang oleh siapapun, meskipun aku tidak tahu, tidak pernah melihatnya secara langsung, tapi aku bisa merasakannya, bahkan ketika aku sudah beranjak dewasa, Tetsuya-san selalu membicarakan Hina di depanku, ayah juga begitu dengan bibi Sumire-san, mereka selalu membicarakan Hina, tidak pernah mengerti perasaanku” jawab Hiro agak tersengal – sengal mengungkapkan segala yang dia rasakan selama ini.
“Aku merasa seperti alat sebagai jaminan keutuhan perusahaan kakek, tidak lebih dari itu, Hina sejak kecil bisa merasakan kasih sayang seorang ibu, sedangkan aku ? Aku selalu di tinggal ayah bekerja ke kantor, selalu sendirian” lanjut Hiro masih dengan tatapan berkaca – kaca, mengenang semua yang dia lalui. Berusaha terlihat tegar di depan orang lain, namun hatinya sangat rapuh dan butuh sebuah perhatian.
Kaito masih tetap terdiam, mendengar keluhan Hiro yang sama sekali belum pernah ia dengar.
“Tapi kau juga menyayangi Hina, bukan ?” tanya Kaito lagi saat Hiro mulai tenang.
Hiro mengangguk pelan, mengelap airmatanya yang sudah turun.
“Makanya, aku tidak berhenti untuk mencintaimu Hiro, aku tahu ini terdengar cukup aneh, tapi entah hatiku berkata agar tidak membuatmu menangis lagi karena hal yang cukup sepele bagiku, jadi jika kau butuh kasih sayang bermanjalah padaku dan aku akan memanjakanmu Hiro” ujar Kaito panjang sambil memegang jemari Hiro yang dingin.
“Dasar bodoh” balas Hiro tersenyum sedikit dengan airmata yang masih mengalir mendengar ucapan Kaito barusan.
***
Kompetisi Renang Tokyo sudah di mulai, Tetsuya sudah bersiap dengan pakaian renangnya, dan memakai penutup kepalanya, banyak supporter dari kampusnya yang menyorakinya, juga beberapa kumpulan wanita yang histeris melihat tubuh setengah telanjang dari Tetsuya. Bunyi pengumuman pertandingan akan segera di mulai, Tetsuya masih melihat sekeliling di bangku penonton, mencari sosok seseorang yang tak kunjung ia lihat.
“Mencari siapa Tetsu?” tanya seseorang dari belakang.
“Akh, Kuon, ... , tidak apa – apa, aku sebaiknya bersiap pertandingan sudah di mulai” jawab Tetsuya memaksakan sebuah senyuman dan memakai kacamata renangnya dan bersiap aba – aba untuk posisi berenang.
Dentuman pistol sudah berbunyi, para peserta langsung menceburkan diri ke dalam kolam renang, dan saling berkompetisi satu sama lain. Sorak penonton memenuhi seluruh ruangan indoor yang cukup luas, jika memenangkan pertandingan ini, akan mewakili kampus masing – masing ke turnamen musim gugur di Sapporo mendatang.
“Jangan menarik lenganku Hiro” pekik Hina yang kesakitan karena Hiro menyeretnya untuk datang ke kompetisi renang Tetsuya, padahal dia bersikeras tidak mau datang karena kejadian beberapa minggu lalu.
“Sampai kapan kau mau bertengkar dengan Tetsuya-san ?” tanya Hiro agak keras karena suasana cukup bising. Hina tidak menjawab pertanyaan dari saudara kembarnya tersebut, masih sibuk memegang pergelangan tangannya yang merah karena genggaman Hiro yang kuat.
“Lihat pertandingan sudah di mulai, ayo kita cari tempat duduk” lanjut Hiro menarik tangan Hina lagi, tentu saja yang di tarik masih meronta – ronta kesakitan dan mengelak untuk pergi dari sana.
“Ada apa denganmu Hiro ? Kenapa memaksaku datang ke sini ? Aku bilang ‘kan tidak mau ikut” sahut Hina cemberut.
“Kau harus mendengar penjelasan dari Tetsuya
-san kenapa dia berbohong padamu Hina, jangan bertingkah seperti anak kecil, kau harus menghadapi masalahmu sendiri” nasihat Hiro.
Hina terdiam tidak merespon ucapan Hiro, dia mengerti tidak seharusnya dia menampar Tetsuya sampai seperti itu. Tapi, selama beberapa minggu ini juga Tetsuya tidak pernah menegurnya sama sekali, bahkan datang ke kelasnya saja tidak. Pertandingan terus berlanjut hingga babak terakhir, tentu saja Tetsuya masuk babak final dan lawan mereka adalah dari Universitas Tokyo. Tetsuya sudah bersiap kembali memakai penutup kepalanya dan kacamatanya namun, sekali lagi dia mencoba melihat sekeliling di kursi penonton, dan akhirnya dia melihat sosok yang di tunggu sudah datang. Hiro melambaikan tangan pada Tetsuya ketika mata mereka berdua bertemu, Hina hanya tersenyum sekilas, lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.
‘Aku akan memperlihatkan yang terbaik padamu Hina’ gumam Tetsuya dalam hati lalu memulai dalam posisinya dan dentuman pistol berbunyi.
***
Suasana restoran keluarga yang berada tepat di sebelah apartemen Tetsuya menjadi tempat persinggahan yang cocok untuk makan malam. Pesanan mereka berdua sudah datang, beberapa makanan yang cukup mewah membuat Hina agak sungkan.
“Makanlah Hina, kalau sudah dingin tidak akan terasa enak lagi” ujar Tetsuya yang masih melihat Hina belum menyentuh makanannya sama sekali.
Kompetisi Renang di menangkan oleh Universitas Waseda, tentu saja Tetsuya yang menjadi juaranya. Piala sudah di bawa oleh Hiro ke apartemen Tetsuya dan Kaito bersamanya, sedangkan Tetsuya ingin bicara berdua dengan Hina di restoran ini sekaligus makan malam.
“Aku tidak nafsu” ujar Hina tidak bersemangat.
“Tidak nafsu atau tidak mau melihatku ?” tanya Tetsuya langsung, sambil mengelap bibirnya dengan tisu.
Hina tertegun mendengar pertanyaan dari Tetsuya, hanya bisa terus menunduk.
“Maafkan aku sudah berbohong padamu Hina, tapi aku melakukannya untuk memberikanmu kejutan, tapi kau sama sekali tidak ingat padaku” ujar Tetsuya mengangkat wajah Hina agar tidak menunduk terus.
Hina masih terdiam, menatap wajah Tetsuya yang nampak sedih ketika mengatakan hal tersebut.
“Aku masih ingat pertemuan pertama kita di Sapporo dulu, wajahmu yang tanpa ekspresi sangat lucu” lanjut Tetsuya lagi, mengisi gelasnya yang kosong dengan wine.
“Maaf aku sudah menamparmu waktu itu, Akashi-san” ujar Hina agak berbisik, namun Tetsuya masih bisa mendengarnya.
“Tidak apa – apa, aku pantas menerimanya, tapi jangan marah padaku lagi Hina” balas Tetsuya tersenyum senang.
Hina mengangguk cepat, lalu tersenyum juga.
“Makanlah, kau pasti sudah lapar, sehabis ini aku akan mengantarmu pulang” tukas Tetsuya lagi, sambil melahap makanannya lagi, begitu juga dengan Hina.
“Terima kasih atas makan malamnya Akashi-san” ujar Hina ketika mereka berdua sudah sampai di depan pintu gerbang rumah keluarga Asou.
“Masuk saja, besok sudah di mulai ujian semester, jangan tidur larut malam” balas Tetsuya tersenyum sebentar lalu berbalik mulai menaiki motornya, namun Hina memegang ujung bajunya.
“Ada apa ?” kaget Tetsuya menengok ke arah belakang menatap Hina.
Hina langsung memeluk tubuh besar Tetsuya, dan berkata lirih.
“Aku rindu padamu, Tetsu-cchi ... Maafkan aku yang sudah melupakanmu” ucap Hina pelan, namun terdengar jelas oleh Tetsuya, dan Tetsuya hanya tersenyum senang lalu membelai rambut Hina yang sudah panjang.
Imagining you're far away
Searching for the words to say
I feel it when you fall apart
Our lives are a greatest art
I don't wanna change your mind
'Cause I accept you for
Everything you are
And will be stay here with me now, ah
The only thing that our hearts are made of
Are the acts of forgiveness and love
The only thing real when push comes to shove
Are the acts of forgiveness and love
'Cause in the end no one loses or wins
The story begins again and again
With forgiveness and love
You don't ever have to read my mind
You can see it when you close your eyes
Don't believe it when you lose your fate
Another moment is a moment away
I can't tell you what the future holds
Or how to live
All I know is what feels right
lights up my life again and again
The only thing that our hearts are made of
Are the acts of forgiveness and love
The only thing real when push comes to shove
Are the acts of forgiveness and love
'Cause in the end no one loses or wins
The story begins again and again
With forgiveness and love
Let's jump the sun
Let's find forever
Where does the time go?
Just live your life
You'll get another today, today, today
Forgiveness and love
'Cause in the end no one loses or wins
The story begins again and again
With forgiveness and love
-Bersambung-

0 komentar:

Posting Komentar