Leo Dan Virgo


By: Ali alvent phoenix

Dengan wajah berseri-seri, Virgo berangkat sekolah. Ini adalah hari keduanya di sekolah barunya. Dengan ditemani MP3-nya, Virgo berjalan menyusuri jalan menuju Sekolahnya. Rumah Virgo memang tidak jauh dari sekolah barunya itu. Kini Virgo sudah berdiri di depan gerbang sekolahnya. Dia menarik napas panjang kemudian menghembuskannya perlahan.
“Semoga disini lo bisa nemuin kebahagian yang gak lo dapetin di sekolah lama lo,”kata Virgo pada dirinya sendiri.
Ternyata Virgo di kelas hanya sendiri, belum ada temannya yang berangkat. Dia tidak langsung masuk ke kelasnya, tapi dia berdiri di depan kelas sambil menatap lurus ke depan.
“Go, nglamun aja lo. Kenapa gak langsung masuk sih?”Bima teman sebangku Virgo membuyarkan lamunan Virgo. “Pagi-pagi udah bengong, entar kesambet lho,”
“Iya nih, soalnya anak-anak belum datang, jadi gue nunggu aja di luar,”jawab Virgo.
“Jangan-jangan lo takut kalau ada setan ya?”tanya Bima dengan nada menggoda. “Jangan khawatir! Di kelas ini gak ada setannya, kecuali kalau ada Destia,”
“Maksud lo, Destia itu setan gitu?”
“Satu kelas udah sependapat sama gue kalau si Destia itu setan di kelas ini. Coba deh, lo lihat penampilannya! Kulit tangan sama kulit wajahnya kayak bumi sama langit. Mungkin dia itu pakai bedaknya dua karung kali ya, makannya sampai putih gitu. Udah gitu kerjaannya itu ngrumpiin orang. Tiap hari ada aja orang yang dirumpiin,”
“Gue no comment lah. Soalnya kan disini gue kan murid baru,”
Panjang umur! Orang yang sedang dibicarakan datang. Hari ini Destia tampak beda. Wajahnya tak seputih biasanya. Mukanya juga tak seceria biasanya. Bibirnya manyun.
“Des! Muka lo item banget. Lo udah kehabisan bedak ya?”goda Bima sambil duduk di bangkunya.
“Lo kepo amat sih, Bim, jadi cowok. Suka-suka gue dong, mau pakai bedak atau gak. Terus kalau emang bedak gue habis, lo mau beliin?”Destia melotot kearah Bima.
“Ogah ah. Mendingan duitnya gue beliin gado-gado. Gue bilangin ya, lo mau pakai bedak berapa karung pun lo tetep item. Emang udah dari sananya lo itu produk gagal,”
“Lo itu ya, pagi-pagi udah ngajakin ribut. Kalau lo mau ribut sama gue, nanti pas pulang sekolah gue tungguin lo di belakang sekolah,”Destia yang memang anak karate itu menantang Bima.
“Gue gak mau nglukain cewek, jadi gak usah,”
“Lo bilang lo gak mau nglukain cewek, tapi asal lo tau, Bim, lo itu udah nglukain perasaan gue. Kata-kata lo itu udah keterlaluan banget, Bim,”
Bima terdiam meresapi kata-kata Destia. Sedangkan Virgo hanya diam saja, karena dia tak mau ikut campur.
Teeeeetttt…..suara bel masuk berbunyi. Semua siswa yang ada di luar pun masuk ke dalam kelas mereka masing-masing. Dan pelajaran pun dimulai. Jam pertama dan kedua sudah berlalu, jam ketiga dan keempat pun juga telah berlalu. Kini saatnya istirahat. Virgo yang sedang tidak mood untuk jajan pun memutuskan untuk pergi ke perpustakaan. Untuk ke perpustakaan, Virgo harus melewati lapangan basket. Saat itu ada anak-anak kelas tiga lagi main basket. Tiba-tiba ada bola basket yang melayang tepat di atas kepala Virgo dan Virgo yang tidak tau kedatangan bola itu pun hanya bisa menerimannya. Virgo menyengir kesakitan. Kemudian ada salah satu dari anak kelas tiga yang main basket itu datang menghampiri Virgo.
“Lo gak apa-apa, kan?”cowok itu mengulurkan tangannya untuk membantu Virgo bangun. Dan Virgo pun meraih tangan anak itu.
“Gak apa-apa kok, kak,”
“Coba sini gue lihat!”
“Waduh! Kepala kamu berdarah. Kita ke UKS, yuk!”cowok itu menggandeng Virgo menuju UKS.
“Woy, bro! Mau kemana, lo?”seru salah satu anak yang ada di tengah lapangan.
“Bentar dulu, bro! Gue mau ngatar ini anak ke UKS, soalnya kepanya berdarah,”
Mereka pun sampai di UKS. Cowok itu pun langsung mendudukkan Virgo dan mulai membersihkan luka Virgo.
“Udah kak, nanti gue bersihin sendiri. Kakak pergi aja!”kata Virgo.
“Gue yang udah buat lo kayak gini, jadi gue harus tanggung jawab,”
Cowok itu membasuh luka pada dahi Virgo itu dengan air bersih sambil sesekali meniupi luka tersebut. Sesekali Virgo memerhatikan cowok yang sedang membersihkan lukanya itu. Sadar kalau dia sedang diperhatikan, cowok itu pun menoleh pada Virgo sambil menebar senyum. Saat bibirnya yang tipis itu tersenyum, sungguh manis senyumannya. Virgo pun jadi salah tingkah. Sekarang dia mengalihkan pandangannya dari cowok itu.
Luka Virgo sudah bersih. Sekarang cowok itu menempelkan plaster pada luka itu.
“Makasih ya, kak,”Virgo kembali menatap cowok itu. Cowok itu hanya tersenyum. Kali ini senyumannya bertambah manis. Dan Virgo pun tak mau kalah, dia juga membalas senyuman cowok itu dengan senyumannya yang tergolong manis juga.
“Oh, ya, kenalin nama gue Leo,”cowok itu mengajak jabat tangan.
“Virgo, kak,”Virgo menjabat tangan Leo.
“Nama lo bagus, kayak orangnya,”
“Kakak juga,”
“Gue tinggal dulu ya. Soalnya udah ditungguin temen-temen,”Leo meninggalkan Virgo sendirian di UKS.
Bel masuk berbunyi. Virgo segera kembali ke kelas. Saat jam pelajaran, Virgo jadi gak bisa konsentrasi. Dia kebayang-bayang terus sama senyuman Leo yang begitu manis. Jam pelajaran pun telah usai. Anak-anak mulai keluar dari kelasnya. Ternyata Leo sudah menunggu Virgo di depan kelasnya.
“Virgo, pulang bareng, yuk!”ajak Leo.
“Oke deh,”
Mereka pun pulang bersama. Selama perjalanan mereka banyak ngobrol. Ternyata Leo itu orangnya baik, ramah, murah senyum, dan lucu. Entah kenapa Virgo merasa nyaman saat ngobrol sama dia. Akhirnya sampailah mereka di rumah Virgo.
“Makasih ya, kak, udah dianterin sampai rumah. Kapan-kapan kakak main kesini ya,”Virgo turun dari mobil Leo.
Malam harinya Virgo gak bisa tidur. Ini memang bukan kali pertama dia gak bisa tidur. Soalnya dia mengidap insomnia. Sebelum lewat tengah malam dia gak bakalan bisa tidur.
Piiippp…bunyi hape Virgo. Ada sebuah pesan yang masuk dari nomor yang gak ada namanya.
“Malem, Virgo”kata SMS itu dengan diberi emotikon senyum.
“Malem juga. Maaf ini siapa?”balas Virgo.
“Leo,”jawabnya.
“Maaf, kak! Aku gak tau. By the way kakak dapet nomerku darimana?”
“Rahasia,”balasnya “Kamu kok, belum tidur?”
“Gak bisa tidur kak, soalnya aku insomnia. Kalau belum lewat tengah malam aku gak bisa tidur,”
Leo langsung nelpon Virgo. Ngajakin ngobrol Virgo. Percakapan mereka berakhir pukul dua belas dini hari. Setelah mendengar suara Leo yang indah, Virgo jadi ngantuk. Dia pun memejamkan matanya. Dan sebelum dia tidur, dia berdoa agar dia mimpi tentang Leo.
Leo dan Virgo pun semakin dekat. Kedekatan Virgo dengan Leo ini sangat diirikan oleh cewek-cewek di sekolah itu. Pasalnya Leo itu memang cuek kalau sama cewek. Bahkan sama teman cowoknya pun gak sedekat itu. Banyak yang beranggapan bahwa Leo dan Virgo itu pasangan yang serasi. Sebenarnya Virgo senang dengan anggapan itu, walaupun kenyataannya mereka gak pacaran. Soalnya Leo pernah bilang sama Virgo kalau dia sayang sama Virgo, sebatas kakak ke adiknya. Virgo sebenarnya berharap lebih dari itu. Asalkan bisa selalu dekat dengan Leo, Virgo akan tetap bahagia.
Suatu hari saat semua murid sudah pulang, Virgo pergi ke kebun belakang sekolah. Disana dia sudah ditunggu oleh Leo, orang yang dia sukai.
“Ada apa kak, kok kakak nyuruh aku kesini?”tanya Virgo pada Leo yang sedang bersandar pada sebuah pohon.
Dengan cepat, Leo meraih kedua tangan Virgo yang lembut dan menggenggamnya dengan erat. Virgo pun kaget. Mukanya memerah. Jantungnya berdebar kencang. Darahnya berdesir-desir seperti ombak di lautan.
“Virgo, aku sayang sama kamu. Kamu mau gak jadi pacarku?”Leo menatap mata Virgo dalam-dalam.
Ini adalah moment yang ditunggu-tunggu oleh Virgo selama ini, tapi Virgo tak langsung menjawab.
“Tapi kak…”Virgo tak meneruskan kata-katanya.
“Kamu gak sayang sama aku ya? Kamu gak cinta sama aku?”
“Aku gak bisa kak,”mendengar kata itu Leo tertunduk lesu. “Aku gak bisa nolak kakak,”
Leo langsung mengangkat kepalanya. Terlukis indah senyuman di wajahnya. Matanya berbinar-binar. Kemudian ditariknya Virgo ke dalam pelukannya. Dipeluknya Virgo dengan penuh kasih. Diciumnya Virgo dengan mesra. Virgo pun membalas ciuman itu. Kebetulan sekolah sudah sepi, jadi mereka bisa ciuman sepuasnya.
Akhirnya Virgo menemukan kebahagiaan yang selama dia cari dan tak pernah dia temukan, tapi sekarang kebahagian itu sudah ada dalam pelukkannya. Ya. Kebahagiaannya adalah bersama Leo, orang yang sangat dia cintai.
Malam minggu adalah malam yang ditunggu-tunggu oleh kaum muda-mudi yang tengah menjalin cinta. Mungkin bagi mereka yang berkantung tebal akan mengajak pasangan mereka untuk nonton film horror di bioskop biar bisa pegang-pegangan tangan, makan di restaurant mahal biar kelihatan bergengsi, atau shopping-shopping di mall biar kelihatan kalau dari kalangan sosialita. Sedangkan untuk mereka yang dompetnya kurang tebel, paling-paling ngajakin pasangannya nonton layar tancep di alun-alun biarpun lesehan, tapi tetep bisa mesra-mesraan, makan di pinggir jalan dengan menu andalan yaitu bakso, mi ayam, atau nasi goreng biarpun murah tapi yang penting berkah, atau belanja-belanja di pasar tradisional walaupun hanya membeli sebuah kaos kutang, tapi yang penting bisa berduaan. Begitu juga yang akan dilakukan oleh Leo dan Virgo malam ini. Leo sudah berjanji pada Virgo akan menjemputnya pukul setengah delapan malam.
Di rumah, Leo sudah berdandan dengan gaya ala-ala artis Hollywood. Dia menggunakan celana jeans hitam, kaos putih dengan tulisan ‘FUCK’ di bagian depannya, sepatunya warna abu-abu monyet, rambutnya klimis harum aroma khas gel rambut, dan Leo tidak pernah melupakan kacamata hitamnya yang kini sudah terpasang di wajahnya. Sesekali Leo nyengir-nyengir enggak jelas kayak kuda lagi wasir di depan cermin riasnya. ‘Leo, lo bener-bener ganteng’ kata itu terus diucapkannya seolah-olah itu adalah sebuah doa yang biasa dipanjatkannya saat beribadah.
“Sekarang gue udah ganteng, udah keren, wangi pastinya, dan sekarang gue siap ngapelin my honey bunny sweety Virgo,”gumam Leo, kemudian mengambil kunci motornya yang berada tak jauh dari jangkauannya dan segera berangkat menuju rumah Virgo.
Selagi Leo melakukan perjalanan ke rumah Virgo, Virgo yang sudah sedari tadi siap untuk bermalam mingguan sudah menunggu Leo kurang lebih tiga puluh lima menit, lima detik, dan lima milidetik. Virgo dengan sengaja menghitung masa menunggunya itu dengan stopwatch.
Deru kuda besi Leo sudah terdengar di halaman rumah Virgo. Segera Virgo berpamitan pada Ibunda tercintanya. Virgo pun keluar rumah dengan muka bebek.
“Lihat berapa lama aku menunggumu,”seru Virgo sambil menunjukkan stopwatch yang ada di hapenya. Leo pun melongokkan kepalanya agar lebih jelas melihat barisan angka yang terpampang di stopwatch pacarnya itu. “Kamu ngapain aja sih, lama banget? Aku nungguin kamu sampai kakiku berakar, kulitku menjamur, rambutku juga beruban,”
“Ya deh, maafin aku ya!!! Kamu kalau lagi marah tambah manis deh. Jadi betah liat kamu marah-marah terus,”Leo mencolek hidung Virgo.
“Dasar gombal!!! Ini jadi berangkat gak sih?”seru Virgo.
“Ya jadi lah, masa udah dandan ganteng-ganteng gini gak jadi malam mingguan. Cepetan naik gih!!!”
Mereka kini sudah berada di sebuah pasar malam. Mereka sudah mencoba semua permainan yang ada disana. Sampai akhirnya Virgo melihat sebuah pondok kecil di ujung pasar malam itu. Pondok itu adalah pondok untuk orang yang mau di ramal. Tampak ada seorang wanita muda sekitar dua puluh lima tahunan yang mengenakan pakaian serba hitam sedang mengantarkan pelanggannya keluar dari pondoknya.
“Kak, kita kesana yuk!!!”ajak Virgo.
“Ngapain, Dek? Mending kita jalan-jalan lagi,”
“Pokoknya kita harus kesana dan itu sekarang,”Virgo menarik tangan Leo dan membawanya ke pondok ramal itu.
“Kak, aku kok jadi deg-degan gini ya???”bisik Virgo setelah sampai di depan pintu pondok.
“Lha, kamu kok malah nanya sama kakak sih?? Ya, kamu deg-degannya kenapa??”
“Gak tau, Kak. Mendingan kita balik aja yuk!!!”Virgo malah berubah pikiran.
“Tadi ngajak kesini, sekarang ngajak pergi. Yang bener yang mana sih, Dek???”gerutu Leo.
“Masuk!!!”seru wanita pemilik pondok dari dalam pondoknya.
Karena sudah dipanggil, mau tidak mau Leo dan Virgo harus masuk. Saat memasuki pondok itu, Virgo dan Leo serasa berada di pasar sihir ‘Diagon Ally’ yang ada di film Harry Potter. Banyak sekali barang-barang yang berbau sihir. Ada bola kristal, sapu terbang, botol-botol berisi ramuan, burung hantu, kucing hitam dan masih banyak lagi.
“Silahkan duduk!!! Anggap saja ini rumah kalian sendiri,”kata wanita pemilik pondok ramah.
“Terima kasih,”kata Leo kemudian duduk di depan wanita pemilik pondok bersama Virgo.
Kemudian wanita itu memainkan tangannya di atas bola Kristal yang ada di atas meja. Di dalam bola Kristal itu, tiba-tiba muncul asap berwarna merah yang dihiasi kilatan cahaya. Entah trik sulap jenis apa yang digunakan wanita itu, tapi yang jelas Leo dan Virgo sudah tercengang melihat kejadian itu.
“Kalian seharusnya tidak boleh bersama,”kata-kata wanita itu terdengar sangat berwibawa. Mendengar pernyataan itu Virgo dan Leo mendelik.
“Maksud Madam apa?”tanya Virgo.
“Jangan berlagak bodoh di depanku!!! Jangan kira aku tidak tau kalau kalian ini pacaran,”kata-kata Madam membuat ‘PASIENNYA’ mendelik sekali lagi.
“Bagaiman Madam bisa tau, kalau kami ini pacaran?”tanya Leo penasaran.
“Aku ini peramal hebat. Lulusan dari HOGWARTS. Membaca pikiran bukanlah hal yang sulit untukku,”jawab Madam.
“Lulusan HOGWARTS??? Temennya Harry Potter dong???”ceplos Leo.
“Jadi sekolah sihir HOGWARTS itu benar-benar ada ya???”tanya Virgo polos.
“Aku sendiri tidak tau. Ternyata kalian percaya ya? Padahal aku berbohong,”kata Madam. Leo dan Virgo pun mendengus kesal.
“Ohya Madam, maksud Madam kami gak boleh bersama itu apa???”Virgo mengembalikan percakapan mereka yang tadi cukup ngaco ke topic pembicaraan di awal tadi.
“Ternyata kamu masih berminat diramal olehku. Begini, berdasarkan perbintangan barat, Leo dan Virgo itu memiliki elemen yang bertolak belakang. Leo itu berelemen api,”Madam menyalakan api di dalam sebuah piring yang terbuat dari tanah. “Sedangkan Virgo itu berelemen air,”kata Madam sambil meletakkan cawan berisi air di atas meja. “Kalian tau sendiri kan, kalau air dan api itu tidak bisa berdampingan,”walaupun tidak begitu paham dengan apa yang dikatakan Madam, Leo dan Virgo manggut-manggut kayak kuda mabuk. “Bila dipaksakan maka akan jadi seperti ini,”Madam menuangkan secawan air ke atas api yang berkobar di dalam piring tanah dan seketika air itu memadamkan api. “Apa kalian paham???”dengan kompak Leo dan Virgo menggeleng kayak kucing dugem.
“Arrghh….otak kalian itu segede biji kacang ijo ya??? Begini saja tidak tau. Ganteng-ganteng tapi telmi(telat mikir). Intinya kalian harus pisah, kalau tidak si api akan padam untuk selamanya,”Madam menjelaskan dengan nada kesal.
“Apa kamu bercanda??? Helo, kami ini baru saja menjalin hubungan, mana mungkin kami langsung putus gitu aja Cuma gara-gara ramalan yang belum tentu kebenarannya,”Leo kesal. “Lagian mati itu kana da di tangan Tuhan, bukan di tanganmu,”
“Dengar ya!!! Aku sudah banyak meramal beribu-ribu ‘PASIENKU’ dan Sembilan puluh persen ramalanku selalu tepat sasaran, jadi sebaiknya mulai saat ini kalian berhenti menjalin cinta!!!”
“Sembilan puluh persen kan??? Gak seratus persen. Masih ada sisa sepuluh persen dan sepuluh persen itu akan kuubah jadi lima puluh persen, ah tidak, mungkin akan kuubah jadi seratus persen, agar kamu malu, karena ramalan konyolmu itu meleset,”Leo mulai berdebat dengan Madam.
“Sudah Kak, ayo kita pergi saja!!!”bujuk Virgo.
“Bagus, bawa keluar pacarmu yang kurang ajar itu dari pondokku ini!!!”bentak Madam.
“Maaf Madam, kami permisi dulu,”Virgo segera menarik Leo keluar dari pondok ramal itu.
Semenjak keluar dari pondok ramal di pasar malam itu, Virgo jadi berubah dingin, cuek, dan jutek pada Leo. Virgo lebis senang menyendiri di kamarnya. Saat Leo betandang ke rumahnya pun dia tidak mau keluar kamar. Beribu-ribu SMS dari Leo tidak pernah dibalasnya, beribu-ribu panggilan dari Leo tak pernah dijawabnya. Sampai suatu ketika, saat Virgo sedang asyik ngobrol-ngobrol gak penting di dalam kelas, tiba-tiba saja Leo nyelonong masuk ke dalam kelasnya dan membawanya ke kebun belakang sekolah. Teman-teman Virgo yang tidak tau pun tidak ingin tau apalagi mencari tau apa yang akan dilakukan oleh Leo pada Virgo. Mereka hanya memandangi Virgo yang tangannya dicengkram oleh Leo dan dibawa secara paksa.
“Dek, kenapa SMS kakak gak pernah dibales??? Kakak tarpon juga gak pernah jawab. Tiap ketemu Kakak, kesannya kamu tuh lagi menghindari kakak. Sekarang kamu dingin dan cuek sama kakak, Dek. Emangnya Kakak ada salah ya, sama kamu sampai kamu kayak gini ke kakak??? Kakak sayang sama kamu, Dek. Jujur sama kakak, ada apa sebenarnya!!!”Leo mencengkramkan tangannya di pundak Virgo yang ramping.
“Kakak gak ada salah kok. Asal kakak tau aja, aku juga sayang sama kakak. Justru karena aku sayang sama kakak, aku mencoba untuk jauhin kakak, supaya kakak bisa selamat,”jelas Virgo sambil menundukkan kepalanya. Dia tidak berani menatap Leo.
“Selamat??? Selamat dari apa, Dek??? Jangan bilang, kamu kayak gini gara-gara si peramal gila itu. Dulu kakak kan udah pernah bilang, kalau hidup dan mati itu di tangan Tuhan, Dek. Masa bodoh dengan ramalan itu, toh dulu peramal itu bilang kalau ketepatan ramalannya itu cuma sembilSembilan persen. Dengar!!! Sembilan puluh persen, Dek, bukan seratus persen,”Leo mengangkat wajah Virgo dan menatapnya dalam-dalam mencoba untuk meyakinkan Virgo.
“Sembilan puluh persen itu gak sedikit, Kak. Dan sepuluh persen itu juga gak banyak, jadi masih ada kemungkinan ramalan itu terjadi. Pokoknya aku gak mau kakak kenapa-kenapa gara-gara aku. Mulai detik ini juga kita putus!!! Dengar Kak!!! Aku nglakuin ini karena aku sayang sama kamu. Aku gak pengen kakak celaka,”Virgo menurunkan tangan Virgo yang tadi berada di pipinya.
“Sayang kamu bilang??? Kalau kamu sayang sama kakak, seharusnya kamu gak ninggalin kakak kayak gini Cuma gara-gara ramalan konyol itu. Apa rasa cinta dan sayang kamu ke kakak Cuma sebatas itu??? Kakak yakin kamu gak sungguh-sungguh mutusin kakak kan, Dek??? Jawab Dek!!!”Leo kembali mencengkram pundak Virgo.
“Aku yakin Kak. Yakin seyakin-yakinnya dan keputusanku ini udah bulat gak bisa diganggu gugat lagi Kak. Sekarang Virgo minta, Kakak lepasin Virgo dan biarin Virgo pergi!!! Lepasin Kak!!! Virgo mohon,”
Leo pun tak kuasa lagi memertahankan Virgo agar tetap berada dalam pelukannya yang hangat. Sebab Virgo lebih memilih berjalan dalam kesendirian yang dingin. Walaupun Leo berlutut dihadapan Virgo, itu tetap tak berguna. Sekali Virgo berkata A, maka harus huruf A yang tertulis. Keputusan yang dibuat Virgo ini benar-benar menyiksa batin Leo. Rasanya seperti tertsuk seribu jarum akupunctur yang telah dibakar terlebih dahulu sebelum ditancapkan pada hatinya yang telah penuh dengan luka sayatan dari pisau berkarat. Berliter-liter obat merah sekalipun tak dapat mengeringkan borok dalam hatinya. Luka-luka itu semakin bertambah perih dikala mata Leo menatap Virgo ‘Sang Malaikat Hati’ kini telah terbang menjauh meninggalkannya sendiri dalam sepi yang mengoyak hati. Virgo sama sekali tak meninggalkan sehelai bulu dari sayap yang penuh cinta untuk Leo. Yang Virgo tinggalkan hanyalah debu yang berterbangan karena kepak sayapnya. Debu-debu yang lembut berubah jadi sekasar batu cadas yang melubangi kantong air mata Leo, sehingga tetes demi tetes air air mata Leo mengalir dari lubang matanya yang mendadak melebar selebar lubang jarum jahit.
Sang malaikat telah terbang ke langit meninggalkan Sang singa yang meraung-raung bagai kesetanan. Walaupun raungan Sang singa cukup menggelegar bak Guntur, tapi itu tak menghalangi Sang malaikat untuk meneruskan perjalanannya menuju langit. Satu lirikan mata pun tak diberikan oleh Sang malaikat untuk Sang singa yang malang. Tak ada kata perpisahan, tak ada ciuman perpisahan, tak ada pelukan perpisahan, yang ada hanyalah sebuah cambukan dari kepak sayap Sang malaikat yang telah mencampakkan Sang singa. Kini mereka sendiri-sendiri. Sudah tak ada lagi malaikat yang menunggangi singa yang berlarian di padang penuh bunga, tak ada lagi singa yang mengejar malaikat yang terbang dengan penuh cinta, tak ada lagi lagi nyanyian dari malaikat untuk Sang singa, dan Sang singa pun tak kuasa mengaum lagi. Dia telah kehilangan keagungannya, sebab Sang malaikat telah membawa serta keagungannya bersamanya.
“Aku tau kamu masih mencintaiku, Virgo. Sampai kapan pun rasa cintaku ini tak aka pernah pudar. Cintaku ini abadi seperti sinar matahari, tak seperti pelangi yang lekas sirna karena dimakan waktu,”bisik Leo dalam hati.
Virgo dan Leo sudah benar-benar putus. Mereka sudah saling tak menyapa satu sama lain. Walaupun rasa rindu mereka sudah mengoyak habis hati mereka, tetap tak membuat mereka untuk saling melepas kerinduan. Lama kelamaan, rasa sakit yang ditimbulkan akibat luka kerinduan mulai membuat hati mereka mengeras dan sudah kebal dengan sayatan pisau rindu. Namun sekeras-kerasnya batu, akan berlubang pula bila terus terkena guyuran air hujan. Begitu pula yang sudah terjadi pada hati Leo. Hati Leo yang semula kebal dengan rasa rindu, kini mulai kehilangan kekebalannya, sehingga hati kecilnya membimbingnya untuk kembali menyapa Sang malaikat.
“Virgo, tunggu!!! Aku mau bicara sebentar,”Leo meraih tangan Virgo. Tapi Virgo mengacuhkan Leo. Beribu kali Leo memanggil, beribu kali juga Virgo mengacuhkannya.
Jalan raya sudah mulai sepi dari lalu lalang kendaraan. Virgo pun menyebrang jalan meninggalkan Leo di sebra sendirian. Leo pun tak ingin melepaskan Virgo begitu saja. Dia pun ikut menyebrang mengikuti Virgo. Namun secara tiba-tiba, ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan menyamai kecepatan panah Sagitarius yang kemudian menghantam tubuh Leo yang kala itu tak menyadari kedatangan dari mala petaka itu. Virgo yang menyaksikan tubuh Leo yang dihantam oleh mobil itu, hanya menjerit memanggil nama Leo. Rasanya jantung Virgo seperti disengat oleh jarum Antares milik Scorpio. Racun Scorpio berhasil membuat jantung Virgo hampir berhenti berdetak. Ditambah lagi, capit maut Cancer juga telah mencekik lehernya. Dia tak bisa bernapas bebas. Virgo ‘Sang Malaikat’ tak dapat terbang lagi. Dia berlari menghampiri Leo ‘Sang Sing’ yang terluka oleh mobil yang kecepepatannya bak panah ‘Sagitarius’.
Saat itu juga, Leo segera dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut. Sedari tadi di dalam mobil ambulance, Virgo terus menggenggam tangan Leo. Berkali-kali air matanya mengalir. Kini Virgo menyesali akan perbuatannya pada Leo selama ini. Dia berharap dapat satu kesempatan lagi.
“Teman kamu sekarang sudah tidak apa-apa. Mmemang sih ada beberapa anggota tubuhnya yang harus dijahit karena luka yang cukup parah, tapi setelah beristirahat pasti dia akan segera sembuh. Beruntung sekali tadi ada mobil ambulance yang lewat disana, kalau tidak, mungkin temanmu tidak akan seberuntung ini. Silahkan kalau mau melihatnya,”kata dokter panjang lebar.
Setelah ditangani di ruang UGD, Leo dipindahkan ke ruang ICU. Virgo mengekor di belakang suster yang mendorong brankar tempat Leo berbaring. Suster sudah membaringkan Leo di ranjangnya dan suster memersilahkan Virgo untuk melihat Leo. Dengan mata yang dipenuhi awan mendung, Virgo memasuki kamar tempat Virgo dirawat itu. Melihat keadaan Leo yang terbaring tak berdaya dengan perban di sebagian tubuhnya, awan mendung yang semula menyelimuti matanya pun mulai meneteskan hujan yang teramat lebat. Dewi keberuntungan ‘Fortuna’ ternyata masih memberikan keberuntungan pada Leo. Walaupun tubuhnya penuh luka, tapi nyawanya masih terselamatkan. Virgo berharap, semoga Aquarius mau membuang sedikit air ajaibnya untuk Leo.
Tiga hari kemudian, Leo mulai sadarkan diri. Tampaknya doa Virgo pada Dewi kesembuhan ‘Aquarius’ telah terkabul. Mamanya Leo sangat senang melihat anak kesayangannya sudah sadar. Tak terasa sudah satu minggu lebih Leo dirawat di rumah sakit. Perban-perban yang melilit beberapa bagian tubuhnya sudah mulai dibuka. Luka-luka bekas jahitannya pun sudah kering, tapi masih ada satu luka yang belum kering, yaitu luka di hatinya. Hanya Sang Malaikat yang bisa mengobati luka di hatinya.
“Sayang, Mama pulang dulu ya??? Soalnya Mama harus mengurus adikmu. Kasihan dia di rumah Cuma sama Bi’ Isah. Kamu gak apa-apa kan, Mama tinggal sendirian???”
“Ya, Mama. Leo baik-baik aja. Nanti kalau Leo butuh apa-apa kan, bisa minta tolong sama suster,”
“Ya udah kalau gitu, Mama pulang dulu ya,”Bu Gita mengecup kening Leo.
Tak berapa lama setelah Bu Gita pergi, Virgo sudah berdiri di depan pintu kamar Leo. Dia ingin masuk, tapi masih ada keraguan dalam dirinya. Virgo pun berniat untuk memutar badannya untuk mengurungkan niatnya memasuki kamar Leo.
“Siapa yang ada di depan pintu???”seru Leo tiba-tiba. Virgo menhentikan langkahnya. Dan dia pun memberanikan dirinya untuk masuk ke dalam kamar itu. “Virgo….aku senang kamu menjengukku,”
“Kakak, aku kesini untuk minta maaf atas semua yang udah Virgo lakuin sama kakak. Maafin, Virgo, kak!!!”Virgo menangis di hadapan Leo dengan tertunduk.
“Kamu gak perlu minta maaf, Dek. Kamu gak salah. Kalaupun kamu ada salah sama Kakak, pasti kakak udah maafin kamu sebelum kamu memintanya,”Leo meraih tangan Virgo. Sedangkan Virgo masih tertunduk. “Udah jangan nagis lagi!!! Nanti gantengmu hilang, terus mau beli dimana kalau udah hilang,”Leo menghapus air mata Virgo menggunakan ibu jarinya.
“Kalau aku tak perlu minta maaf pada kakak, setidaknya izinkan aku mengemis cinta kakak sekali lagi. Aku sadar, aku gak pantas mengemis pada kakak, karena aku sendiri yang telah mencampakkan kakak. Aku juga tidak terlalu berharap kakak mau menerimaku kembali,”kini Virgo mulai mengangkat kepalanya. Matanya yang basah menatap Leo.
“Kamu gak perlu mengemis untuk dapet cinta dari kakak, Dek!!! Sebab cinta kakak ini hanya untuk kamu seorang, gak ada yang lain. Sudah lama kakak nunggu saat ini, Dek. Akhirnya doa kakak selama ini bisa terkabul. Kakak sayang kamu, Dek. Sayang banget,”
Virgo pun langsung terjun ke pelukan Leo yang hangat. Dinginya rindu kini telah sirna oleh hangatnya pelukan penuh cinta. Satu lagi permohonan Virgo telah terkabulkan. Virgo telah mendapatkan kesempatan kedua untuk kembali bertahta di kerajaan hati Leo. Kini Sang Malaikat telah menyembuhkan luka di hati Sang Singa dan Sang Singa juga telah mendapatkan keagungannya kembali. Lagu-lagu cinta yang indah telah mengalun kembali dari senar-senar harpa yang di petik oleh Sang Malaikat. Lagu-lagu yang mengalun, bagai air ajaib ‘Aquarius’ yang menetes di hati Leo yang kemudian menumbuhkan pohon-pohon cinta dengan buah yang lebat. Dan Sang Malaikat pun bisa mencicipi manisnya buah cinta yang tumbuh di taman hati Leo untuk kedua kalinya.
*****TAMAT*****

1 komentar:

chindyspenda mengatakan...

Cerpennya romantis banget.Kebetulan aku juga cewek virgo,kata katanya indah bikin nangissss....terharuh.

Posting Komentar