The Kingdom (Lomba Cerpen Gay bertema Kerajaan)


By : Feni Tsuki No Sasayaki
Baca dulu baru Like!
Disaat-saat kebosanan nya terhadap selir-selirnya sang raja Shiki dari kerajaan Kingdam memerintahkan kepada prajuritnya untuk memancung ke tiga selirnya disaat bersamaan tanpa keraguan atau penyesalan dalam matanya. Ketiga selirnya dibawa pergi untuk dipancung, mereka memohon pengampunan pada sang raja dengan berlutut didepannya dan menyembahnya, tetap saja tidak ada rasa kasihan dari sang raja tersebut. Akhirnya ketiganya pun menghilang dari ruangan sang raja. “Membosankan. Apa tidak ada kerajaan yang bisa kurebut lagi ? Tidak ada perang sangat tidak menyenangkan..” Gumam sang raja Shiki sambil berbaring di kasur mewah dan empuknya tanpa pakaian sehelai pun, kemudian dia membungkus dirinya dengan selimut dan mulai terlelap. Raja Shiki terkenal dengan kekejamannya dan tidak punya perasaan terhadap manusia ataupun makhluk lain. Setiap harinya dia hanya berperang memperebutkan wilayah-wilayah kerajaan lain, sebagian dari kerajaan lain telah dia lumpuhkan dan mengibarkan bendera kemenangan nya diatas puncak menara istana. Disisi jendela terlihat sebuah bayangan gelap yang lewat dan masuk kedalam ruangan tersebut, ruangan gelap yang tidak bisa melihat apapun tapi bagi bayangan ini seperti bisa melihat dalam kegelapan malam ini. Dia kemudian menghunuskan pedangnya tinggi-tinggi dan mendaratkan kepada seseorang yang terbaring dengan seluruh tubuhnya diselimuti. Dia menancapkan pedangnya beberapa kali dan berhenti, dia merasa aneh kenapa tidak ada cairan merah yang keluar atau membasahi tampat itu. Dia menarik selimut itu dengan kencang dan terlihat bulu-bulu bantal beterbangan. Kemudian terdengar suara tepukan tangan dan lampu yang menyala. Terlihat sang raja Shiki duduk di kursi mewahnya. Shiki tersenyum pada bayangan hitam itu, dia membalas menatap Shiki. Mata tajam itu seperti bisa menembus tubuh Shiki tapi Shiki tidak lah takut terhadap pandangan itu. “Kau bingung kenapa aku bisa tahu ? Hawa pembunuhmu itu selalu kurasakan, Akira. Sang pembunuh bayaran.” Ucapnya menatap Akira yang terbungkus seperti seorang ninja, Akira melepas kain yang menutupi wajahnya dan menyerang Shiki, Shiki dengan cekatan menghindari serangan Akira dan kembali melumpuhkan Akira dengan sarung pedangnya. Akira akhirnya di tahan oleh Shiki. “Siapa yang mengirimmu Akira ?” Ucapnya berbisik ditelinga Akira yang dia duduki diatas punggung Akira. Tetapi Akira tidak menjawabnya. Shiki tersenyum sambil menatap Akira. Akira mencoba melepaskan diri tetapi pegangan Shiki lebih kuat dari Akira hingga dia menjerit. Shiki mematahkan jari-jari Akira satu persatu dengan pertanyaan yang sama.
“Siapa yang mengirimmu ?” Pertanyaan itu selalu dilontarkan sambil mematahkan sepuluh jari Akira yang tidak pernah dijawab oleh Akira. “Anjing yang setia. Sampai kapan kau akan membungkam mulutmu, Akira ?”
Akira tetap tidak mengatakan apapun dan hanya menerima siksaan dari Shiki. Akira terlihat begitu kesakitan tetapi dia tidak memohon pengampunan terhadap Shiki, dia menatapnya tajam membuat Shiki tersenyum lagi.
“Aku suka tatapan matamu, Akira. Aku tanya sekali lagi. Siapa yang mengirimmu ?” Tanyanya dengan mengarahkan pedang samurai Akira ke leher Akira, Akira tidak menjawabnya. “Ah.. Ah.. Ah.. Aku sedang bosan. Aku akan bermain-main dengan mu terlebih dahulu, terlalu cepat membunuhmu akan tidak menyenangkan, bagaimana menurutmu ?” Ucapnya membuang pedang Akira dari tangannya dan melepas baju Akira dengan pelan. Dia menyentuh kejantanan Akira dengan genggaman yang kuat dan menyakitkan membuat Akira menjerit. Akira tidak bisa lagi menggerakkan jarinya karena semua jarinya sudah patah. Shiki langsung mencium Akira ketika dia menjerit. Shiki melepas ciumannya dengan darah yang menetes dari bibirnya. Dia tersenyum dan mengelap bekas darahnya dengan punggung tangannya. Dia membalikkan tubuh Akira hingga Akira memunggunginya, Shiki sedikit mengangkat pinggul Akira dan membuka dinding rectrum Akira dengan paksa yang membuat Akira mengerang kesakitan, dia memasukkan 3 jari nya langsung tanpa keraguan dia menggerakkan jarinya keluar masuk tubuh Akira dengan cepat dan kuat. “Bagaimana apa kau suka jariku, Akira ? Kau pembunuh yang sangat beruntung Akira. Kau bisa merasakan jari dari seorang raja sepertiku.” ( Menurutku buntung kalau bertemu Shiki) “AHH !! Mm.. Nnghh..” “Ahh Aku sudah banyak mendengar rumormu. Aku sempat berpikir kapan kau akan datang membunuhku. Dan aku terus menunggumu.”
Tidak merasa puas Shiki kembali memaksakan kedua jarinya lagi masuk kedalam lubang tersebut seperti akan mengoyak dan menarik keluar seluruh isi dalam lubang tersebut. Akira menjerit kesakitan satu tangan Shiki sudah berada didalam tubuhnya dan terus dia masukkan lebih dalam dan dalam sambil digerakkan didalamnya meraih dinding-dinding rectrum Akira yang lembut. Shiki tetap tidak puas dia menggerakkan tangan nya keluar masuk di tubuh Akira hingga cairan putih bercampur darah keluar diantara dinding tersebut dan membasahi lantai dan tangan Shiki. Akira sudah tidak bisa menahan sakitnya hingga tubuhnya terjatuh kelantai, belum puas Shiki kembali menegakkan tubuh Akira, dia memeluk tubuh Akira dan mencium punggung Akira dengan lembut dan menarik keluar tangannya yang dipenuhi darah. Dia menjilati tangannya dengan nafsu, dan menatap punggung yang diciumnya tadi. Dia membuka celananya setengah dan mengeluarkan kejantanan miliknya tanpa aba-aba dia memasukkan lagi kedalam pintu masuknya tubuh Akira, menariknya keluar hingga dipucuk kejantanannya dan menghentakkannya masuk dengan keras dan kuat, terus dia lakukan semakin lama semakin cepat layaknya akan menghancurkan seluruh dinding pintu masuk Akira. “AHHH ! AH ! AH !! BU...NUH ! BUNUH SAJA AKU !! AH ! AHH ! “ Tanpa peduli dengan kesakitan Akira, Shiki menarik kedua tangan Akira kebelakang membuat Akira kembali mengerang kesakitan, jari-jarinya sudah patah dan sekarang Shiki akan mematahkan Kedua tangannya kalau dia terus menarik tangannya kebelakang. Kejantanannya tetap menghantam dinding rectrum Akira tanpa lelah, darah tidak berhentinya mengalir yang sudah membasahi sebagian lantai tersebut. “AHH !! AH ! AH ! AHH !!” Akira tidak bisa lagi menahan semua kesakitan yang membuat tenaganya melemah dan akhirnya jatuh pingsan, Shiki tidak peduli dia terus melakukannya hingga dia puas dengan sendirinya. Dia menghempaskan tangan Akira kelantai dengan kuat, dan menarik keluar kejantanannya keluar dari rectrum Akira. Akira terkapar dilantai layaknya seorang mayat. Shiki meninggalkan Akira begitu saja, setelah beberapa saat Shiki keluar datang beberapa prajurit yang membawa Akira pergi ke ruang bawah tanah tempat dimana tahanan dikurung. Prajurit mengikat kedua tangan Akira keatas dan kakinya yang diborgol dengan bola-bola besi yang berat sabagai penahannya. Akira tetap berdiri tegak walau dia sudah tidak sadarkan diri. Darahnya juga belum berhenti mengalir. Shiki hanya menatapnya dari luar penjara sambil tersenyum. ..........................................................................................
Akira masih belum juga sadarkan diri padahal perang perebutan wilayah Shiki yang berlangsung 2 hari sudah dia dapatkan, hingga Shiki datang dan menyuruh prajuritnya untuk menyirami Akira dengan air dingin. Perlahan matanya mulai terbuka, masih dengan pandangan buram dia bisa melihat Shiki yang berdiri tidak jauh darinya. “Ahh Akhirnya kau bangun juga. Kupikir tadi akan kuberi singaku makan, tampaknya singaku akan mati kelaparan.” Ucap Shiki berjalan mendekati Akira yang terus bungkam mulutnya. Dengan mata tajam Akira menatap Shiki. Shiki tertawa melihatnya. “Aku paling suka tatapan matamu itu.” Ucapnya disela-sela tawanya. Dia menyentuh dagu Akira dan sedikit mengangkatnya, “Siapa yang mengirimmu ?” Tanya nya lagi untuk kesekian kalinya. Yang tetap tidak mendapatkan jawaban. Membuat Shiki benar-benar kesal. “Kau benar-benar Anjing yang setia !” Geramnya. “Cambuk dia hingga dia membuka mulutnya !” Perintah Shiki yang langsung dilaksanakan prajuritnya, Shiki duduk dikursi mewahnya sambil memandangi tubuh telanjang Akira yang berbekas merah akibat tali cambuk yang mendarat dikulitnya. Tali itu terus menerus didaratkan ke tubuh Akira hingga dari bekas itu pun memerah, membiru dan berdarah. Shiki begitu menikmati suara jeritan Akira yang terdengar merdu ditelinganya. Dia tidak henti-hentinya tersenyum melihat tubuh itu yang mulai hancur sedikit demi sedikit. “NNNN !! MMM !!”
Akira bahkan tidak punya tenaga lagi untuk mengeluarkan suara kesakitannya, hanya terdengar gumamannya yang menandakan dia masih sadar. “Bunuh.. bunuh saja aku..” Gumamnya menatap Shiki. “Membunuhmu ? Akan kupenuhi keinginanmu kalau kau mengatakan siapa yang mengirim mu, bagaimana ? Aku bahkan akan melepasmu jika kau mengatakannya. Hanya katakan siapa dan kau akan bebas. Aku akan menghancurkan seluruh milik orang itu.”
Ucapnya bangga dan senang. membunuh bagi Raja Shiki adalah sebuah game yang paling dia sukai, dia sudah menguasai banyak kerajaan lain dan sudah membunuh berpuluh-puluh juta orang. Tetapi hasrat untuk membunuhnya belum juga terpenuhi. Dan yang mengganggu pikirannya sekarang adalah orang yang ada didepannya ini. Dia tidak bisa membunuhnya walau nafsunya untuk membunuhnya sudah besar. Tetap saja dia tidak bisa membunuh orang didepannya. Dia tidak tahu kenapa dia tidak bisa menancapkan pedang tersebut di dada Akira. Dia tidak bisa melakukannya. Bahkan setelah memperkosanya dia juga tidak bisa membunuhnya dan dia malah berpikir sangat menyenangkan bermain dengan Akira. Mungkin hal itu yang membuatnya mengurungkan niatnya untuk membunuh Akira. Dia menatap tubuh didepannya yang sudah dipenuhi darah, dan sudah tidak ada tempat lagi untuk didaratkan tali cambuk itu, semuanya sudah dipenuhi luka dan darah tetapi tidak ada tanda-tanda Akira akan membuka mulutnya. Sejenak Shiki berpikir bagaimana kalau Akira tidak akan bicara sampai dia mati ? Lalu apa yang akan dia lakukan setelah Akira mati ? Berkat kehadiran Akira dia merasa terhibur, bagaimana bisa dia membiarkan orang yang sudah menyenanginya mati begitu saja ? “Cukup.” Ucapnya satu kata dan prajurit itu berhenti mencambuk Akira, dia bahkan sudah kelelahan mencambuk Akira yang tidak mati-mati juga. Shiki menghampirinya dan menegakkan dagu Akira, sekilas tatapan mereka saling bertemu hingga Akira menutup kedua matanya. Shiki tersenyum lagi.
Shiki berpesan untuk memanggil dokter kemari dan segera dilaksanakan prajuritnya. Shiki menyentuh tubuh Akira dan menekan luka tersebut dan sedikit merobeknya, seperti merasakan sakit Akira mengernyitkan dahinya. Membuat Shiki tersenyum lagi. Tiba-tiba Shiki mencium Akira, karena ciuman lalu mereka tidak berjalan lancar, Akira menggigit lidahnya saat dia mencoba memasukkan lidahnya kedalam mulut Akira. Dokter datang setelah Shiki melepas ciumannya. Dokter segera menangani luka serius Akira, Shiki hanya duduk di kursi mewahnya melihat dokter sibuk menangani luka Akira yang parah itu, apalagi luka di tempat Shiki merobeknya. Darahnya tidak berhenti mengalir membuat sang dokter panik. Kalau dia tidak berhasil menyelamatkan Akira, maka nyawa taruhannya. Apalagi ini pertama kalinya sang raja mau menunggu dokter menyelesaikan pengobatannya terhadap Akira. Dokter itu berpikir apakah orang ini penting bagi sang raja ? Bahkan sang raja masuk kedalam penjara yang kotor dan tidak seharusnya sang raja berada ditempat seperti itu. Sang dokter berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan nyawa Akira. Kenapa orang ini membuatku sangat tertarik ?
Pikir Shiki memandang Akira yang terlelap setelah tubuhnya dibungkus seperti Mummy dari leher hingga keujung jari tangan dan kakinya. Wajahnya hanya terdapat beberapa luka cambuk tapi tidak parah dan hanya di tempelin plaster. Dokter sudah menyelesaikan tugasnya dan pergi dari penjara itu dengan hati yang lega. ......................................................................
Setelah beberapa hari Akira tersadar. Dia melihat sekelilingnya, dia tidak lagi berdiri melainkan duduk disebuah kursi besi yang dingin dan ruangan gelap. Tangan dan kakinya terikat, yang lebih parah lagi kakinya terkangkang lebar tepat didepan Shiki. Shiki tersenyum melihat Akira menyadari kehadirannya, Akira menatapnya dengan tatapan itu. “Bagaimana ? Kali ini aku membiarkanmu duduk. Kulihat kau kelelahan berdiri. Jadi aku berikan sebuah kursi untukmu..” Ucapnya sambil melepas perban Akira, dia mencium luka-luka Akira dan menekannya dengan jarinya hingga berdarah kembali. Akira menjerit kesakitan.
“Oh..Oh..Oh.. Aku punya minuman untukmu, kau pasti haus setelah bernyanyi beberapa hari ini.” Ucapnya sambil mengambil sebuah gelas yang berisi air jeruk yang sudah diperas airnya. Dia memberikan air itu dengan paksa kepada Akira. Akira berteriak dan menjerit saat air itu membasahi tubuhnya yang penuh luka. Teriakan dan jeritan itu hampir terdengar ke seluruh lorong penjara bawah tanah, prajurit yang menunggu diluar saja ketakutan dan tidak ada suara dari mereka. “AHH! AHH! AH! AH! AHHHHH!” Jeritnya tidak bisa menahan perih yang menjalari seluruh tubuhnya. “Aku menyuruhmu meminumnya, kenapa kau malah membuangnya ?” Tanyanya sambil tersenyum senang. Dia memasukkan gelas itu kedalam tubuh Akira. Akira menangis menahan kesakitan ditubuhnya.
Shiki kemudian mengeluarkan kejantanannya dan langsung memasukkan nya kedalam lubang Akira yang sudah berada didepannya, kaki yang terbuka lebar memudahkannya untuk memasukkannya tanpa harus melebarkan kaki Akira lagi. Dia menghantam dinding rectrum Akira dengan keras dengan bergesekan dengan gelas disampingnya. “AHH! AHH! AH! HENTIKAN !! AHH ! AH !”
“Kalau kau mengatakannya aku akan berhenti.” Balasnya sambil tersenyum, Akira hanya menjerit. Darah mulai mengalir keluar dan menetes ke lantai.. Shiki lebih keras menghantamkan kejantanannya kedalam dinding rectrum Akira beserta dengan jarinya yang melebarkan pintu masuk kedalam tubuh Akira membuat Akira menjerit kesakitan. Belum juga dia sadar dari sakitnya dan sekarang dia harus merasakan sakit lagi. Tubuhnya bahkan tidak bisa dia gerakkan. Dia tidak bisa melawan Shiki lagi dia hanya membiarkan Shiki melakukan apapun yang dia mau terhadap tubuhnya yang sudah mati menurut Akira. Tidak ada guna nya lagi tubuhnya itu. Hanya kematian yang bisa membebaskan tubuhnya. Shiki benar-benar menikmati mainan barunya ini, dia tidak henti-hentinya tersenyum mendengar erangan Akira yang menurutnya sangat enak didengar.
“Akira, apa kau menikmatinya ?” Tanyanya sambil mencium telinga Akira. Akira tidak menjawabnya dia hanya mendesah mengembalikan aliran nafasnya. Begitu juga Shiki, sudah berjam-jam kejantanannya didalam tubuh Akira dan rectrum Akira sudah dipenuhi cairan putih bercampur darah yang mengalir keluar sampai penuhnya. Shiki belum juga menarik kejantanannya keluar dari tubuh Akira. “Kenapa kau begitu patuh dengan majikanmu, Akira ?” Tanya Shiki. “Bukan urusanmu.” Balas Akira akhirnya, ini pertama kalinya Akira menjawab pertanyaan Shiki. “Bunuh saja aku.” Sambungnya sambil mengatur napasnya dan sakit dibawahnya, dia merasakan cairan panas didalamnya dan membuatnya sedikit bergidik. “Aku juga ingin membunuhmu... Tapi aku tidak bisa.” Ucapnya jujur memandang lurus kemata Akira tanda dia tidak berbohong. Akira hanya diam dan menatapnya dan tiba-tiba Akira jatuh pingsan dengan darah yang mengalir keluar dari bibirnya membuat Shiki sedikit terkejut.
“Ohh.. Mau bunuh diri ? Tidak Akan kubiarkan kau mati kalau tidak ditanganku.” Ucap Shiki menarik kejantanannya keluar bersamaan gelas yang jatuh kelantai sambil tersenyum memandang wajah menderita Akira. Shiki menyuruh prajuritnya untuk melepaskan Akira dan membawanya keruangannya. Dia terlihat bahagia sambil melihat Akira yang berada ditangannya.
Setiap harinya Akira disuguhi sperma Shiki didalamnya, Akira tetap tidak mau membuka mulutnya kenapa dia datang membunuhnya dan siapa yang menyuruhnya. Dia tidak mau mengatakannya, dia hanya bertahan dari siksaan Shiki yang dilakukannya tiap hari, dokter tiap hari datang menyembuhkan Akira dan sedikit demi sedikit jari-jarinya sudah bisa dia gerakkan seiring berjalannya waktu, lubangnya pun sudah terbiasa dengan milik Shiki. Jadi dia tidak peduli lagi dengan lubang dibawahnya, yang dia pentingkan sekarang adalah jarinya yang patah dapat berfungsi lagi seperti biasa dan bisa melakukan hal biasa yang dia lakukan. Akira menggerakkan jemarinya dengan pelan, dan jemari itu mengikuti arahannya dan bisa dia gerakkan walau sedikit, setidaknya dia sudah bisa menggengam sesuatu ditangannya yang sebelumnya tidak bisa sama sekali.
Dokter mengganti perban Akira tiap harinya dan lukanya perlahan juga sudah sembuh dan mulai mengering lukanya, tubuhnya dipenuhi bekas luka yang tidak akan pernah hilang untuk selamanya, selama dia hidup. Tapi dia tidak peduli dengan bekas luka tersebut. Dokter mengeluarkan sebuah gunting untuk menggunting perban tersebut, mata Akira tertuju pada pisau dokter yang berada di samping gunting. Kemudian dia berpikir tentang pedang samurainya yang dibawa pergi oleh Shiki. Padahal pedang itu sangat penting baginya, pedang yang selama ini bersamanya dan selalu dapat diandalkan jika ada musuh menghadang. Tetapi sekarang dia tidak bisa mengandalkan pedang itu lagi karena Shiki sudah membawanya pergi, tidak mungkin bagi Shiki akan mengembalikan pedangnya. Sama saja Shiki bunuh diri. Shiki datang setelah itu. Dia menatap Akira. Akira sudah tahu apa maksud tatapan itu. “Sampai kapanpun aku tidak akan mengatakannya. Lakukan sesukamu..” Ucap Akira tanpa memandang Shiki. “Aku baru saja pulang dari perang, tapi kau tetap tidak berubah. Kapan kau akan mengubah pikiranmu ?” “Sampai matipun tidak akan !” Balas Akira menatap Shiki dengan mata tajam tanpa keraguan itu. “Heh..” Shiki malah tertawa mendengarnya. “Kau memang keras kepala. Kalau begitu aku tidak punya pilihan lain lagi.” Ucapnya berjalan mendekati Akira. Dia naik keatas ranjang Akira dan merebahkan Akira. “Kau tahu aku tidak punya pilihan lain Akira.” “Tentu saja kau punya.” Jawab Akira menatap Shiki, Shiki hanya menatapnya balik. “ Dengan membunuhku.” Sambung Akira. “Hah.. Kau serius ingin mati ?” Tanya Shiki sambil tertawa, dia menyentuh pipi Akira dengan lembut kemudian menciumnya, Akira tidak melawan dan membiarkan Shiki menciumnya. “Aku tidak punya pilihan lain.” Gumamnya. “Kalau begitu aku yang akan membunuhmu..” Ucap Akira menancapkan sebuah pisau kecil tetap disamping leher Shiki. Darah mulai keluar dari luka tersebut Shiki menatap Akira dengan tatapan berbeda kali ini, dengan tatapan lembut. Tapi ditepis oleh Akira dan mendorong Shiki menjauh darinya. Shiki terbaring dikasurnya sambil memegangi lehernya, darah sudah menguasai kasur putih tersebut. Akira memperhatikan wajah sekarat Shiki sebelum berjalan pergi. Akira berdiri diluar jendela kamar Shiki sambil menengadahkan kepalanya keatas langit. Angin bertiup kepadanya. Dia menikmati angin itu menghembus wajahnya yang pucat dia kembali membuka matanya yang tertutup beberapa saat.
“Keisuke, aku sudah membalaskan dendammu. Aku sudah membunuh Shi...” Jleb
Kata-kata Akira terputus ketika sebuah pedang menembusnya. Dia melihat pedang yang menembus dirinya, pedang yang sangat dia kenali, pedang yang selalu bersamanya. Pedang kesayangannya kini menembus dirinya. “Pisaumu tidak akan bisa membunuhku, Akira..” Ucap Shiki menekan pedang itu lebih dalam lagi hingga keujung pedang tersebut, Akira langsung muntah darah. Shiki memeluk Akira dari belakang dan menyentuh bibir itu sambil tersenyum.
“Jadi kau datang untuk membalas dendam ? Oh aku ingat, ada seorang yang datang membunuhku. Tapi sayang sekali dia gagal dan dia dipenggal.” Sambungnya dengan nada yang dibuat kecewa. Akira sudah tidak bisa bersuara lagi hanya muntahan darah yang dilakukan saat ini. “Ah.. Bagaimana rasanya pedangmu yang membunuhmu, Akira ?” Tanya Shiki sambil menjilati telinga Akira. “Nn..Uhuk..Uhuk..” “Aku tidak punya pilihan lain. Aku sudah terperangkap dalam dendammu, Akira. Aku tidak punya pilihan lain..”
Keduanya sama-sama terjatuh kelantai, Shiki masih memeluk tubuh Akira dengan erat. Dia tersenyum sebelum menutup kedua matanya. Darah kemudian menguasai lantai tersebut seutuhnya
Aku tidak akan mati semudah itu.....
Fin~
Produced By : YI, CKP, KPU

0 komentar:

Posting Komentar