Waltz Of Melted Snow (Lomba Cerpen Gay bertema Kerajaan)


By : Christian Hardika
Like dulu sebelum baca!
== Willem POV ==
Di Penghujung musim gugur, angin berhembus lebih dingin dari sebelumnya. Pohon-pohon telah memangkas habis seluruh daunnya. Ranting dan dahan-dahan bergoyang mengikuti arah angin yang bertiup. Seakan pasrah pada keadaannya sekarang yang sebenarnya tampak menyedihkan. Di kejauhan, aku menatap. Nanar, memandang jauh ke depan. Tapi untuk memandang jauh kehidupan yang sepantasnya aku dapatkan, itu sebuah kemustahilan. Di ruangan mewah ini, aku hanya merasa seperti neraka. Dengan jubah panjang menjuntai terseret-seret di keramik kilat, ada yang menghampiriku. Aku tak peduli sekali pun tampak wajahnya khawatir, memikirkan sesuatu yang ia tak bisa penuhi untuk kehidupannya kelak. Dia tak bisa bayangkan lagi apa yang akan terjadi. Betapa kerasnya sang anak padanya, mengabaikan satu permintaannya
“Apa yang sedang kau pikirkan Anakku”
“Tidak Ayah. Tidak ada yang kupikirkan”
“Apa kau masih memikirkan malah yang kemarin”
“Aku tidak mau menikah lagi Ayah”
“Tapi kenapa? Apa masalahnya?”
“Ayah tidak ingat apa yang terjadi saat Pesta Musim Gugur Kemarin?”
+++ FLASHBACK +++
“Jadi bagaimana, Raja Lucas? Inilah putriku, Putri Ursula”
“Sangat cantik dan rupawan. Jadi kapan rencananya kita akan menjodohkan anak kita?”
“Secepatnya, bila perlu langsung kita panggil para Penatua untuk menentukan tanggal pernikahannya”
“Wah, sangat bagus sekali itu. Saya sangat setuju”
“Tapi Baginda Raja, dimana Sang Pangeran Mahkota itu? Aku ingin melihatnya”
DI DALAM KAMAR
“Pangeran, Anda diminta keluar untuk menemui Baginda Raja dan Raja Ahazia”, aku sudah menduga ini akan terjadi.
‘Baik, segera saya keluar”, dengan malas aku mengenakan jubahku. Menyeret kakiku keluar dan menghadap Raja Ahazia dan Putrinya. Ketika menuju kesana, semua mata melihat ke arahku. Untungnya mereka ada dalam bagian Istana yang lain. Tetapi dengan langkahku yang kelihatan aneh, itu sudah menjadi tontonan yang sangat unik bagi mereka. Tapi aku sudah tidak peduli akan apapun. Karena setiap diadakan Pesta, selalu saja pandangan itu akan seperti ini. Ketika mulai memasuki pintu ruangan Baginda, mereka melihatku dan apa yang terjadi sudah terukir jelas di memoriku. Pandangan aneh Raja Ahazia dan Putrinya yang melihatku berjalan.
“Nah ini dia anak kebanggaanku. Pangeran Willem. Pangeran Mahkota di Kerajaan Tseloveka”
“Sangat gagah dan berwibawa. Sangat pantas juga untuk Putriku Ursula”, aku hanya melempar senyum kecut kepada kedua tamu Ayahku ini yang sebentar lagi akan meninggalkan ruangan ini.
“Pangeran, perkenalkan aku Putri Ursula”, dia mengangkat gaun, membungkukkan badan dan tersenyum. Senyum yang memuakkan bagiku.
“Pangeran Willem. Salam bagimu”
“Nah, bagaimana. Sudah sepantasnya mereka bersanding”, BINGO. Tebakan ku tepat.
“Tetapi, apa yang terjadi dengan langkahmu, Pangeran”, giliran raja Ahazia. Setelah raja-raja terdahulu menanyakan perihal cara jalanku.
‘Anda benar-benar ingin mengetahuinya? Akan saya tunjukkan kepada Anda”
Aku melepas jubah yang bau beberapa menit ku pakai. Setelah menaruhnya, aku mengangkat celanaku. Mereka sangat memperhatikan, seakan matanya hendak mau keluar. Perlahan aku mengangkat penghalang kakiku, setalah semuanya terangkat, ekspresi yang sama kutemukan dalam wajah mereka. Persis seperti yang dahulu sempat dikenalkan padaku. Setelah kurasa cukup aku menurunkan celana dan mengenakan kembali jubah kerajaan. Senyum yang terukir di wajah Ursula, hilang terhapus tak bersisa. Kembali aku tersenyum kecut dan memandangnya dengan tatapan tajam.
“Ayah, ayo kita pulang”
“Tapi kenapa Putriku? Dia sangat pantas untukku”
“Tapi lihatlah ayah. Dia tidak seperti yang kuinginkan”
“Lalu seperti apa yang kau inginkan, Putri Ursula”, giliran ayahku menanyakannya.
“Aku tidak ingin mempunyai seorang suami yang tidak sempurna”, kata-kata yang cukup membuat hati siapapun sakit. Tetapi aku sudah kebal menerimanya.
“Tapi ini bukan....”
“Sudah Raja Ahazia. Tidak usah memaksa Putri Anda lagi. Saya tidak masalah atas apa yang dikatakan Ursula kepada saya. Tapi saya ingin beritahu satu hal kepada Anda, Putri Ursula. Selain Tuhan, tidak akan ada manusia yang sempurna dan suci di muka bumi ini. Dan Anda tidak akan mendapatkannya sampai maut menjumpai Anda. Ingat akan kata-kataku itu Putri Ursula dan raja Ahazia yang terhormat”, aku mengakhiri kata-kataku dengan berjalan keluar tanpa melihat kedua orang itu lagi
“Sekarang lebih baik kalian keluar, daripada penghinaan itu akan berbuah peperangan antara kita”
+++ END FLASHBACK +++
“Tapi Ayah pasti akan dapatkan orang yang lebih baik dari mereka”
“Setiap musim Ayah selalu mengatakannya. Aku bosan. Sekali lagi aku katakan Aku tidak mau menikah Ayah”
Penolakan itu terus aku ungkapkan pada Ayahku yang sebenarnya belum tau keadaan Anaknya yang sebenarnya. Tidak ingin menikah dengan putri ataupun permaisuri karena tidak memiliki ketertarikan dengan mereka. Mereka hanya tertarik dengan yang namanya kekayaan dan kesmpurnaan dari apa yang dimiliki seseorang. Hanya itu saja, tak ada yang lain. Ingin aku berpaling dari semuanya ini. Inginnya au beralih tapi apa itu benar?
“Tapi Ayah tidak akan lelah untuk mencari pendamping untukmu, Willem. Ayah akan berjanji”
Oh, Ayah. Kenapa kau tidak lelah menghadapi ini semua. Aku hampir menyerah atas apa yang terjadi selama ini. Ingin aku melompat keluar dari kamar ini. Sehingga orang-orang tau penderitaanku.
“Kita akan mengadakan Pesta Musim Dingin anakku. Dan seperti biasanya, Ayah akan mencarikanmu kembali seorang pendamping yang pantas untuk kau dapatkan”, aku tercekat kembali. Musim Dingin sudah di depan mata. Apalagi yang akan terjadi. Rasanya aku ingin menceritakan semua yang ada di dalam hati dan otakku. Tapi waktu yang belum bisa mengizinkan semuanya terjadi.
“Terserah Ayah saja, tetapi sampai kapanpun juga aku tetap pada pendirianku. TIDAK AKAN PERNAH MENIKAH. Aku Sudah menyerah.”
“Jangan menyerah, Ayah saja tidak. Kenapa kau malah seperti pohon yang tertiup angin”
“Ayah tidak tau apa yang kurasakan saat ini”
== Reiv POV ==
+++ SEMENTARA ITU DI KERAJAAN THIJMEN +++
“Apa kau sudah mengerti Pangeran Reiv. Ini sudah tahun yang kelima”
“Iya Ayah, tapi aku sama sekali tidak mau dan tidak ingin menikah”
“Iya, aku belum mencarikan yang sepadan denganmu. Tapi dari awal kau sudah menolak. Kenapa?”
“Yah aku tak ingin saja”, aku mulai berbohong.
“Tapi kau sudah besar anakku. Dan kau seorang Putera Mahkota Kerajaan ini. Apa kata masyarakat kerajaan kalau Putera Mahkotanya saja belum menikah. Apalagi kau akan menggantikanku untuk menjadi seorang raja”
“Kenapa kita masih mengikuti tradisi itu, Ayah. Sementara kita sudah lama lepas dari itu semua”
“Bukan begitu, hanya saja bagaimana jika ketika kau sudah menjadi Raja siapa yang akan mengurus dan memperhatikanmu. Ayah yakin kau tidak bisa melakukannya sendiri”
“Tetap saja Ayah, aku tidak mau dan tidak akan pernah menikah”, aku mulai bosan dengan percakapan ini.
“Tapi kenapa? Kasih Ayah alasan yang jelas”, GLEK. Aku terdiam, tidak mungkin kan aku kasih tau yang sebenarnya. Bisa mati aku saat ini juga. Ini belum saatnya.
“Tidak. Tidak ada apapun”
“Jadi??”
“Aku tidak ingin perempuan yang kupilih hanya menginginkan tahta dari Kerajaan Thijmen. Yang ku mau hanya seseorang yang benar-benar tulus mencintaiku. Tidak seperti Permaisuri yang pernah datang ke Kerajaan kita. Hanya mengharap ribuan keping emas tanpa melihat aku di depannya”, aku mulai memberi alasan yang bisa meyakinkan Ayahku.
“Tapi kita pasti mendapatkannya”
“Ah, semua wanita sama saja. Hanya harta yang ada dipikirannya”
“Kau tidak boleh berbicara seperti itu”
“Buktinya ada. Ibu, setelah menikah dan melahirkanku dia malah pergi membawa harta yang ada di kerajaan ini. Setelah itu dia pergi meninggalkan kita”, PLAAAK. Tamparan telak mendarat di wajahku.
“Jangan pernah kau ungkit itu lagi. Dan jangan pernah kau berkata seperti itu. Bagaimanapun juga ia tetap ibumu”
“Aku tetap tidak akan menikah. Sampai aku yang bisa menentukannya sendiri”
== Willem POV ==
Pagi yang menawan. Kristal-kristal berjatuhan menutupi semua elemen di bumi ini. Sesuatu yang biasanya sangat membuat hatiku terasa nyaman. Tapi tidak untuk saat ini. Sang Penatua telah menentukan tanggal untuk Pesta Musim Dingin. Ah, lagi-lagi aku harus mendapatkan penghinaan. Aku tak bisa berbuat apa-apa, tradisi ini telah terjadi turun-temurun, sejak kakek buyutku masih hidup.
“Bagaimana Penatua. Ini sudah hampir sebulan Musim Dingin. Kapan lagi kitta mengadakannya?”
“Baiklah Baginda. Sesuai dengan pertanggalan yang dianut Kerajaan Tseloveka. Maka kita akan melaksanakan Pesta Musim Dingin ini lima hari lagi terhitung mulai hari ini”, DUARRRRR. Terasa hatiku mau pecah mendengarnya. Tidak-tidak aku harus bertindak.
“Tapi Ayah, aku sudah tidak mau lagi”
“Tidak bisa anakku. Tradisi ini harus tetap kita jalankan. Dan ini akan kita buat sangat berbeda”
“Beda maksud Ayah?”
“Kita akan mengundang seluruh Kerajaan di Benua ini. Dan Kita akan mengundang juga seluruh Pangeran, Permaisuri dan Putri. Kita akan buat Pesta Dansa. Para Pangeran harus memakai topeng agar tidak diketahui oleh Putri manapun, siapa yang akan dipilihnya. Dan siapa yang memilihmu untuk menjadi pasanganmu dan sebaliknya. Maka dialah yang akan menjadi pendamping hidupmu”
HAAAHHHH...??? Tidak, tidak. Kalau begini caranya, terpaksa aku harus menikah juga. Dan ini merupakan siasat Ayah yang paling jitu agar aku bisa menikah.
“Dan seperti yang diketahui. Perintah Raja TIDAK DAPAT DIUBAH. Walau siapapun orangnya. Itu adalah hukum yang berlaku di Kerajaan ini”
Akhirnya aku tidak dapat berkata apapun. Aku terpaksa juga harus menikah, tapi aku juga harus memutar otak. Bagaimana caranya supaya aku tidak menikah dengan orang yang akan memilihku nanti ketika Pesta Dansa itu berlangsung.
“Anakku, jangan takut. Dari situlah kau akan mendapatkannya. Jadi semua putri dan permaisuri akan melihat keadaanmu. Kita lihat, siapa yang tulus menerimamu”
“Iya Ayah, aku mengerti”, sambil menundukkan kepala aku meninggalkan Ruangan Kerajaan. Aku tidak mau menikah. Aku harus kabur dari Kerajaan ini.
== Reiv POV==
“Bagaimana anakku. Kau tertarik dengannya”, aku melihat Putri dari Kerajaan Latvia. Cantik, memang sangat cantik. Tapi aku tidak tertarik. Bagaimana bisa tertarik, aku saja tidak suka wanita.
“Aku tidak suka”
“Kenapa kau tidak suka”
“Kulitnya terlalu putih. Seperti orang pucat saja”, kata-kata spontan itu keluar saja dari mulutku. Dan itu cukup membuat Putri Felicia kesal.
“Apa benar dia mau menikahku. Sepertinya dari awal dia memang tidak tertarik padaku”
“APA-APAAN INI RAJA STEVV. INI ADALAH PENGHINAAN BUAT PUTRIKU. KALAU SEPERTI INI LEBIH BAGUS KAMI TIDAK USAH MENERIMA UNDANGAN DARI ANDA”, kemarahan Raja Latvia tidak bisa disembunyikan.
“Tapi saya mohon maaf Baginda. Saya tidak menyangka akan seperti ini”
“Sudahlah lebh bagus kami pergi dari Kerajaan Anda”
“Tunggu Raj......”
“Permisi Baginda Raja”, seorang prajurit masuk menghadap Ayahku.
“Ada apa, sehingga kau berani masuk kesini”
“Utusan Kerajaan Tseloveka datang memberi kabar yang mulia”
“Kabar apa itu?”
“Mereka mengadakan Pesta Dansa Musim Dingin di Kerajaan nya tepat 5 hari lagi yang mulia. Semua Pangeran, Permaisuri dan Putri diundang”
Pesta Dansa, Kerajaan Tseloveka? Kenapa baru saat ini. Inikan sudah lewat sebulan Musim Dingin?
“Undangan yang sangat tepat”
“Selain itu yang mulia, seluruh Kerajaan di Benua ini diundang. Satu lagi, setiap Pangeran harus mengenakan topeng. Agar Putri yang memilih pasangan itu, tidak tau siapa yang dipilihnya”
“Itu sebuah ide yang sangat bagus”, aku sudah mulai mengerti.
“Reiv anakku, kita harus datang kesana. Dan siapapun yang menarikmu untuk diajak berdansa, maka kau harus menjadikannya dia sebagai istrimu kelak?
Apa...??? Tidak bisa, itu sudah kelewat batas. Itukan bukan pilihanku. Aku tidak bisa menerima ini semua.
“Ayah, aku tidak mau. Itu bukan prinsipku karena itu bukan pilihanku”
“Tidak bisa lagi Pangeran Reiv. Ayah tidak bisa memberimu kesempatan lagi. Ini akan menjadi kesempatan yang terakhir. Jika kau menolaknya juga, maka kau harus mendapat hukuman dari Ayah. INI ADALAH PERINTAH DARI SEORANG RAJA”
Kata-kata terakhir yang diucapkan cukup membuat aku bungkam dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Aku harus melakukan sesuatu saat Pesta Dansa itu berlangsung. Tapi apa?
== Willem POV ==
“Kau sudah siap anakku”
“Aku tidak pernah siap Ayah. Kennapa harus seperti ini Ayah”
“Ini adalah jalan satu-satunya Willem. Agar kau bisa mendapatkan istrimu disini. Lagipula mereka tidak tau siapa kamu, karena kamu tertutupi oleh topeng wajah”
Aku sudah tidak berkutik, setelah Ayah keluar, akupun juga keluar dari kamarku. Hiasan-haiasan menghiasi setiap sudut ruangan di Istana ini. Tapi hatiku, tidak ada. Hanya sebuah luka yang berusaha aku tutupi dari setiap penolakan yang pernah aku alami selama 7 musim berturut-turut. Aku pasrah apapun yang terjadi, sekalipun penolakan di depan umum. Sesampainya aku disana, pemandangan yang indah ku lihat sanagt menakjubkan. Ruangan putih dengan hiasan kepingan salju, lampu-lampu bernuansa musim dingin dan musik yang mengalun indah. Dan aku melihat sekumpulan orang bertopeng serta Putri-Putri yang hadir, termasuk yang pernah menolakku. Mungkin mereka berharap tidak akan memilihku nantinya. Ah, aku harap juga begitu.
TING TING TING
“Baiklah, seluruh Pangeran, Permaisuri dan Putri dipersilahkan mengambil posisi yang tersedia”, seperti semut kami pun bergerombol dan mengisi kursi yang telah diatur sedemikian.
“Ini akan jadi Pesta Dansa yang Spesial. Kenapa spesial. Karena semua Kerajaan dari belahan Benua ini telah datang. Dan sesuai kesepakatan, kami para Raja-Raja dan Ratu telah setuju. Pesta ini akan menjadi ajang untuk mencari pendamping hidup. Setiap Putri dan Permaisuri akan berdiri dan menarik salah satu dari Pangeran yang ada. Siapa yang ditarik oleh Putri atau Permaisuri tersebut, maka dia akan menjadi pendamping hidupnya. Sampai ke pelaminan”
Apa?? Apa ini seperti ajang perjodohan semua Pangeran disini? Aku tak pernah berpikir sampai sejauh itu. Ternyata Ayah telah merencanakan ini sedemikian rupa. Bisa-bisa aku pingsan di tempat.
“Untuk menyingkat waktu. Mari kita mulai acaranya”
Suara musik mulai mengalun. Putri yang paling ujung berdiri dan menuju ke tengah, menatap setiap topeng yang dipakai. Dan perlahan dia mulai mendekati seseorang, dan menariknya ketengah. Mereka mulai berdansa dan tersenyum bahagia. Sekarang giliran... Ursula. Hah, semoga dia tak memilihku. Dan benar saja dia tak memilihku. Untung saja, aku tidak mau menjadi suaminya. Dan itu terus berlanjut sampai yang ke dua belas dan dia memilih orang yang di kananku. Tapi kenapa dia, kenapa dia tidak mau menyambutnya. Dan tiba-tiba.
“Argghhh, apa-apaan ini” secara mendadak dia menarik tanganku dan berlari keluar istana. Kenapa orang ini? Tapi aku terus mengikutinya berlari, karena ini satu-satunya jalan agar bisa menghindari Pesta itu. Dia menarikku dan mengangkatku ke seekor kuda.
“Pegangan erat”, dan dia mengendarai kuda itu dengan sangat cepat. Pergi meninggalkan Kerajaan Tseloveka.
== Reiv POV ==
“Sebelumnya aku minta maaf telah menarikmu keluar dari Pesta itu”, dia hanya menggumam tak mau berbicara. Aku memang sudah melakukan kesalahan padanya. Aku melibatkan orang yang seharusnya tidak kulibatkan.
“Reiv. Namaku Reiv. Pangeran dari Thijmen”
“Willem. Pangeran Tseloveka”
“APAA..?? TSELOVEKA..?? Berarti kau yang menyelenggarakan itu semua”, yang tadinya ingin meminta maaf, malah aku mulai memasang wajah seramku.
“Bukan aku, tapi Ayahku. Aku bahkan tidak mau ikut di dalamnya”, aku mulai mengernyitkan dahi.
“Maksudmu”
“Aku lelah dengan penghinaan yang selama ini aku dapatkan dari Putri Kerajaan lain”
“Kenapa mereka menolakmu?”
Aku memperhatikannya dengan seksama, dia menanggalkan jubahnya dan mulai mengangkat kain celananya. Setelah terbuka dengan jelas, mataku terbelalak. Ternyata kakinya adalah kaki palsu. Berarti dia tidak memiliki kaki.
“Kenapa dengan kakimu?”
“Ketika aku berperang melawan Kerajaan Slanovski. Kakiku patah dan harus dipotong”
“Aku minta maaf atas perlakuanku padamu”
“Tidak, malah aku berterima kasih padamu karena telah menarikku keluar dari sana”
“Sama-sama”
“Kenapa kau keluar dari Pesta itu?”
“Karena aku tidak suka wanita”
“Owh, begitu”, hah kenapa ekspresinya datar sekali?
“Kenapa? Sepertinya kamu biasa saja”
“Iya tidak apa-apa. Bahkan aku juga ingin seperti itu”, itu adalah kata-kata yang pertama kali aku dengar.
“Kenapa?”
“Aku bosan dengan penolakan yang kualami. Mungkin saja ada seorang Pangeran yang mau menerima ku apa adanya”
Pangeran yang begitu polos, aku sangat menghormatinya. Aku menatapnya lekat-lekat dan mulai membuka topeng yang ia kenakan. Ketika aku membukanya, dia menatapku. Dan aku melihat seorang Pangeran yang sangat tampan dan berwibawa. Aku terpesona dan tak percaya atas apa yang aku lihat.
== Willem POV ==
Dia memandangku dengat tatapan tajam. Seperti hendak membicarakan sesuatu. Aku pun juga membuka topeng yang ia kenakan. Pangeran yang gagah, sangat tidak mungkin kalau iya menyukai seorang pria. Tapi apa yang dilakukannya, dia mendekatkan wajahnya ke arahku sambil menutup mata. Akupun tercekat, tapi aku juga menutup mataku dan mencoba merasakannya. Dan ketika bibir kami saling bersentuhan, aku merasa ada yang lain. Perasaan apa ini. Kenapadenganinisemua.Akumerasanyamansaatberciumandengan….Seorang PRIA.Diamenarikkemaliwajahnyasecaraperlahandankesedihanmenghiasiwajahnya.
“Kenapa kau bersedih Reiv?”
“Aku bersalah telah menciummu”
“Tidak, kau tidak salah Reiv”
“Maksudmu?”
Denganperlahankembaliakumendekatiwajahnya, menempelkanbibirkulagi.Kali inilebih lama, denganpenuhperasaan.Diamulaimelumatbibirku, danakutidakmenyia-nyiakankesempatanitu.Akumenciumnyadenganperasaan yang bergolak, tanpabersalahdanmalahmenikmatinya.
“Akusayangpadamu Willem”
“Aku juga saying padamu Reiv. Biarlah cinta ini kita rajut berdua saja. Antara kau dan aku”
== Reiv POV ==
“Sayang, lihatapa yang akudapat”
“Kelinci.Wah, kitabisamemasaknyahariini”
“Iyasayang, ayokitamasak.
Tepatsebulanlebihsetelahkepergian kami, kami menjadilebihdekatlagisebagaisepasangkekasih.Taka da yang menghalangi kami.Tidakadakesedihan di wajah Willem danakujugatidakmendengarpaksaanlagi.Kami bahagiakarenakesetiaanituadapada kami.
“Kaudengaritu?”
“Apa?Apa yang kaudengar?”
“Sepertisuaraderap kaki kuda?”
“Mungkinitusuarakuda yang kupakaitadi?”
“Bukan, cobadengarlebihlagi.Derapnyaitusangatnyaring.Bukansatuataudua, tapibegitubanyak”, akumendengarnya.Terasamemang, apajangan-jangan….
“Lebihbaiksekarangkitasembunyisebelummerekamenemukankita.Cepat”
Segeraakudan Willem meninggalkangubuk yang telah kami bangundanberlarimenujuhutan.Dengansusahpayah kami berlarimenghindarikejaranprajurit-prajurit yang sepertinyatelahmengetahuikeberadaan kami. Ku lihat Willem takbisaberlarilagi, danterpaksa kami mencaritempatpersembunyian yang aman.Terdengarderap kaki itusemakinjelasterdengardanpastihanyabeberapa kaki daritempatini.
“Carimerekasampaidapatdanjangansampailepas”
Kami mulaiketakutan.Apa yang akanmerekalakukankalaumerekasampaimenemukan kami. Akumemeluk Willem yang mulaiketakutan.Akumenggapaikepalanyadanmenyandarkannya di dadaku.Tapiakumalahmenjadiceroboh.Tiba-tiba, kelinci yang kupegangberlaridaribalikpohonbesarini. Ah, gawat. Jangan-janganmerekamelihatnya.Akumendengarsuaralangkah kaki, perlahantapipasti.Sepertinyadiamenujukesini.Akumenggendong Willem danbersiapuntukmengambillangkahseribu.
Bersiap
Lariiiii, BRUGK…. Arggh, kakikutersandungakarpohon.Sial, merekamelihat kami.Denganjarak yang takbisadilawan, akhirnyamerekamenangkap kami danmembawaakuserta Willem kembalikeKerajaanTseloveka.
== Willem POV ==
“Baginda Raja Tselovekadan Raja Thijmen.Sebelumnya kami inginmemintamaafatassegala yang telah kami perbuatketika kami meninggalkanPestaMusimDingin.Tapibiarlah kami meluruskaninisemuanya”
“Apa yang ingin kalian jelaskansemuasudahada di dalammemorisaya.Kalian berduamemangtidakinginmenikah.Malah kalian berduasalingmencintai.Begitukah?”
Kata-kata Ayah sepertinyamembuatReivkehilangan kata-kata, akantetapiakujugaharusmenolongnya.
“Ayah, biarlah kami berduasalingmencintai.Kami bisamenerimakeadaan kami pribadi. Dan jika kami harusmenanggalkan status kami sebagaiKeluargaKerajaan, kami akanmelakukannya”
“Kalian seriusakanmenjalanihubunganini?”
“Kami seriusBaginda”, kami berduamenguicapkannyasambilbergandengtangan.
== Reiv POV ==
“Kausudahsiapsayang?”
“AkutakpernahsesiapiniReiv”, akumelihatsenyumnyaitu.Sangatindahbilakumemandangnya.
“Di penghujungMusimDinginini, kitaakanmengikrarkancintakita”
“Iyasayang, terimakasihataskesetiaanmupadaku”
Musik pun mengalunindah, kami mengangkattangan, menyambutnya dan mulai berdansa. Sepertiyalucusaja, seorang priaberdansadenganprialainnya.Tapi itutidakmaslahbagi kami.Karena, salju yang membekukanhatisetiap orang, kini telah meleleh, mengalir seperti air.Dan inilah kami.Reiv dan Willen.Tidak akan pernah terpisahkan, sampai maut memisahkan kami.
-end-
Produced By : YI, CKP, KPU

0 komentar:

Posting Komentar