I Love You , Beib ! (ONESHOOT)


By : Uko Arkilio
“Aku mau kita putus!” ujar Vear dengan serius
Karel yang saat itu diam, pelan-pelan matanya mulai mengembang. Bibirnya kelu. Bagai petir disiang bolong. Ucapan Vear terasa bagai mimpi. Karel menatap lekat-lekat wajah seseorang yang didepannya. Tidak ada lagi Vear yang romantis dan selalu mengatakan ‘aku sayang kamu’. Tidak ada lagi Vear yang selalu mengelus kepala setiap kali ngomong. Dunia terasa berubah seketika.
“Maafin aku kalo selama ini ada salah sama kamu. Sepertinya memang hubungan kita sampai disini saja. Kalo suatu saat kamu membutuhkan aku, kamu masih tetap bisa hubungi aku. Tapi mungkin kalau aku sudah punya pacar lagi, aku tidak bisa seperti Vear yang dulu selalu ada untuk kamu”
Tangis Karel pecah. Cowo manja itu lunglai dan tak bisa membendung air matanya. Ia berharap semua ini hanya mimpi. Vear yang sudah dipacarinya selama dua tahun lebih tidak pernah bisa bicara seperti ini. Entah kenapa tiba-tiba ia mengucapkan kata-kata menyakitkan seperti ini secara tiba-tiba.
“Aku benci momen seperti ini. Tapi aku harus katakana sekarang bahwa inilah keadaanya.” Vear semakin serius
“Apa aku salah selama ini, Beb. Maafin aku!” Karel masih terisak
“Aku anter kamu pulang. Setelah itu, kamu harus lanjutin hidup kamu. Begitu juga aku. Semua yang udah terjadi biar saja terjadi.”
“Apa kamu tidak sayang sama aku, Beb. Aku minta maaf! Aku nggak tahu harus ngomong apa. Peluk aku bukti bahwa ini semua tidak terjadi apa-apa.”
Vear masih berdiri kokoh menyaksikan Karel yang tidak berdaya. Terkubur didalam tangisan.
Vear mengangkat tubuh Karel, dan membawanya mendekat kearah motor yang terparkir di pinggiran taman.
Sepanjang jalan tidak ada lagi gelak tawa Karel yang selalu pecah. Karel masih tidak percaya bahwa ini kenyataan pahit yang harus dihadapi.
“Udah sampai depan kosan kamu. Mau aku anterin sampai dalem.”
Karel mengangguk. Cowo manja yang selalu merengek minta gendong setiap kali mau masuk kekosan kini berubah menjadi pendiam. Sampai didalam kosan, Karel memeluk Vear dan menangis sejadinya.
“Kenapa harus putus, Beb. Apa sekarang ada orang lain yang kamu sayang. Tolong jelasin.” Karel memeluk erat Vear
“Untuk sementara ini nggak ada, tapi aku ngga tahu kedepannya seperti apa.” Vear berusaha menenangkan
“Maafin aku kalo selama ini ada salah.” Karel melepaskan pelukannya, kemudian ia langsung membenamkan wajahnya ditempat tidur. Vear mengecup kepala cowok itu dan kemudian pergi.
****
“Karel udah empat hari nggak dateng kekampus, Kak. Emangnya kenapa?” tanya Lodi, sahabat Karel yang sudah akrab dengan Vear
“Oh, yaudah… ngga papa kok.”
Didalam kamar, Karel masih tiduran. Badannya terlihat lemah. Matanya sembab. Sudah hampir empat hari kerjaan dia Cuma tidur mandi tidur mandi, bahkan ia lupa rasanya ingin makan. Semua makanan faforitnya lupa begitu saja. Bahkan Bi Inah, penjualan makanan keliling langganannya setiap teriak memanggil namanya tidak di gubris. Karel benci keadaan ini.
Beberapa kali ia membuka kontak BBM tidak ada status update dari Vear. Bahkan Facebook, Twitter, Path semuanya tidak update, telfon genggam yang biasanya tiap jam ada entah itu sms atau telfon, sekarang sepi. Karel harus terbiasa dengan keadaan ini.
Tanggal 25 Yah, harusnya ini perayaan tepat 2 Tahun hubungan mereka. Karel ingat betul saat pertama kali kenalan dengan cowok itu tidak sengaja ia daftar wechat dan seseorang tiba-tiba invite. Berawal dari obrolan biasa lama-lama tukar pin dan nomor telfon. Vear yang notabene suka uke manja model Karel langsung jatuh hati padahal belum pernah ketemu. Dan saat pertemuan pertama, Karel inget dia harus jauh-jauh datang naik buswey dari Pondok Indah ke La Piaza kelapa gading, dan itu letaknya jauh. Lantaran Vear saat itu tidak ada waktu banyak untuk bertemu. Singkat cerita mereka bertemu dan bercerita.
Karel… lo kenapa ga masuk2?
Sebuah sms dari Lodi mampir di Inboxnya, dengan lemah Karel melempar hapenya. Padahal ia berharap Vear yang sms. Karel uring-uringan tidak karuan. Bahkan sesekali ia suka nangis tiba-tiba.
****
RU bbm Vearlindo Arby: Makasih sayang  aku sayang kamu,
Jantung Karel berdegup kencang. Badannya terasa lemas. Setelah sekian lama Vear tidak update status, dan sekalinya update nulis kata-kata romantis yang dulu biasa ditujukan buat dirinya.
Karel terbangun dari tidurnya. Sudah 7 Hari, bukan waktu yang sebentar buat meratapi. Ia membuka pintu kamar kosnya, namun tiba-tiba seperti pemandangan yang kacau. Dia melihat dua orang bermesraan didepan matanya. Cuih.. Karel buru-buru menutup pintu.
Selang beberapa menit telfonnya berdering… ada satu nomor baru memanggil.
“Halo?”
“Iyah…”
“Lagi apa?”
Karel terdiam. Ia hafal betul dengan suara ini.
“Ngga lagi apa-apa. Cuma duduk-duduk aja. Kamu?”
“Hehe…”
Suasana hening.
Aku kangen sama kamu! Bisik hati Karel. Perlahan air mata mengalir. Karel memang mudah tersentuh pada setiap hal. Atau bisa juga dikatakan cengeng.
****
Seseorang invite BBM. Karel langsung accept. Entah siapa sosok dibaliknya, yang pasti dp seorang cowok tampan bertubuh atletis dengan nama yang Indah. Dovi.
Dovi :
PING
PING
Hai, boleh kenalan ngga?
Karel: Ini siapa yah?
Dovi : Dovi, anak kampus sebelah gue minta pinnya dari
Karel: Oh…
Dovi : Boleh minta nomor hapenya ngga
Karel : G
Dovi : udah punya pacar yah
Karel: ----
Dovi : Kok sombong sih
Karel : ZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZ
Dovi : Lagi galau yah habis diputusin
Karel : Siapa sih ini, RESE!
Dovi: Peluk sini
Karel : Peluk tuh tembok! Ga usah caper, ga penting
Dovi: masih ngebet sama mantan yah
Karel: KALO IYA KENAPA? MASALAH
DELCON
Dari sebrang sana ada orang yang ketawa cekikikan.
****
Karel merapihkan semua foto-foto kebersamaanya dengan Vear. Mungkin sudah saatnya ia move on dan pergi dari baying-bayang Vear. Walau status sayang-sayang Vear entah ditujukan pada siapa.
“Lagi apa?” suara dibalik telfon
“Mau bobo”
“Mau ditemenin?”
“Dinyanyiin aja”
“Hehehe mau lagu apa?”
“Semua lagu yang kamu nyanyiin aku suka.”
“Kalo sama yang nyanyiinya gimana”
“Kalo boleh kamu dateng male mini ketempat aku. Tapi ya itu terserah kamu, ya kamu kan udah punya pacar sekarang”
“Hehe iya udah punya. Kalo kamu?”
“Ga usah nanyain tentang aku.”
“Masih sayang banget yah sama mantannya?” pancing Vear
Dari balik telfon Cuma terdengar isakan tangis
“Nanti aku kesana yah? Mau dibawain apa?”
“Ngga usah bawa apa-apa. Cukup kamunya aja.”
“Mau bakso ikan?”
“Ngga”
“Martabak telor”
“Ngga juga”
“Terus…”
“Aku pengen nangis dipundak kamu. Biasanya kalo aku punya masalah kamu yang buat aku tenang.”
****
Malam hari disebuah kosan dibilangan Jakarta Selatan
Tok…Tok…Tok…
Seseorang membuka pintu. Vear terkejut saat melihat orang yang didepannya. Vear menutup pintu dan buru-buru memeluknya. Ia ingat betul saat terahir ketemu Karel beberapa minggu yang lalu. Kini wajah Karel berubah, tampak pucat. Bahkan badannya kurus. Matanya merah dan bibirnya pecah-pecah. Entah apa yang terjadi yang pasti dua minggu Karel tidak keluar kamar sekalipun.
“Makan…”
Karel menggeleng.
“Aku kan udah disini. Aku suapin yah?”
Karel menatap lekat wajah Vear.
“Kamu masih tetep sama Vear…mata kamu masih tetep bagus, bibir kamu masih lembut.”
Vear memeluk Karel.
“Ini yang selalu aku takuti, kalo suatu saat nanti aku pergi tiba-tiba… aku nggak tahu hidup kamu seperti apa.” Ujar Vear “Maafin aku, dua minggu yang lalu semua yang aku ucapin itu bohong…”
“Maksud kamu?”
“Aku nggak mau putus sama kamu. Aku Cuma nguji kekuatan kamu, sayang. Kamu jangan jadi orang selemah ini. Aku nggak mau itu.”
Karel masih tidak mengerti.
“Peluk aku… aku masih tetep pacar kamu”
Air mata karel menetes.
“KAMU JAHAT! Kamu mau lihat aku mati pelan-pelan. Kamu mainin perasaan aku. Mau kamu apa?”
“Happy birthday sayang… aku selalu ingat tentang kamu. Masih ingatkah tujuh bulan yang lalu.”
“Vearrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr” Karel memukul dada Vear
Vear ingat betul saat Karel ngambek dan bilang kalau sama sekali tidak takut kehilangan, dan menyuruh Vear pergi jauh-jauh. Dan Vear masih ingat. Dan semua ini dia sudah rencanakan beberapa sebulan yang lalu.
Karel menangis sejadinya. Vear benar-benar konyol. Bagaimana bisa dia membuat rencana seaneh ini dan bikin Karel gak makan berhari-hari. Isengin Karel. Dan Vear bener-bener jahat udah buat Karel nangis sesenggukan tiap malem selama hampir dua minggu.
“Mulut kamu bau, ih…”
Karel Cuma manyun. “Jelek… Vear jelek”
Kue ulang tahun yang seharunya disantap berdua dengan romantisnya, dengan dendam kesumat Karel membenamkannya kewajah Vear, Kamar kosan yang sudah rapi kini berantakan.
“Udah delapan belas tahun, udah boleh dong”
“Ih apaan, ga mau. Gak bakal!”
“Ya… gak papa deh, yang pasti aku sayang kamu. Hehe jangan galau lagi yah mikirin aku.”
“Nggak bakal, Vear jelek. Iseng! Cuih…”
selesai

0 komentar:

Posting Komentar