Royal De’arts of Love (Lomba Cerpen Gay bertema Kerajaan)


By : Dallet no Hebi
LIke dulu baru baca!
####
|||
Keinginan terbesar Dæmon adalah mendapatkan seorang ‘Lord’ (Master) dan menjadi ‘bagian’ pertama sang Master...
Tapi di satu sisi lain... Keinginan terbesar Dæmon adalah... Menguasai jiwa sang Master...
|||
Sebuah istana megah namun terlihat tidak terawat, tapi tidak pada bagian dalam istana itu. Istana yang berada di atas bukit dan tertutup oleh rimbunnya pohon, tidak menutupi jika ternyata istana itu ditinggali.
Suara langkah kaki bergema di lorong panjang, seorang pemuda tinggi dan rupawan berjalan tanpa adanya kesulitan di lorong gelap itu. Di tangannya terdapat pakaian bersih dan sepasang sepatu boot.
“Lord Virux.” Suara pria tua terdengar olehnya, entah dari mana pria tua itu sudah ada dihadapannya.
“Ada apa, Kiem?” tanya pemuda bernama Virux. Seorang kepala butler yang di panggil Kiem itu menyerahkan kotak seukuran telapak tangan berwarna merah.
“Ini saya temukan di taman tadi pagi, saya merasa jika ini milik Pangeran.”
Virux memandang kotak itu dengan seksama. Di sekeliling kotak itu terdapat ukiran bunga dan istana. Merasa familiar dengan ukiran itu, pandangan Virux menajam. Mata hijau dengan pupil menyipit seperti mata ular, mata yang terlihat bercahaya dilorong gelap itu membuat Kiem yang berada dihadapannya hanya bisa menunduk. Tidak berani memandang mata yang bisa saja membunuhnya dalam sekejab. Aura dari Virux sudah cukup membuat lututnya bergetar.
“Kiem, musnahkan kotak itu sekarang.” perintah Virux dengan suara dingin, kembali dia berjalan ketujuan awalnya, ke kamar si Pangeran yan dimaksud Kiem tadi.
“Tapi Lord Virux, ini mungkin sa-”
“Aku bilang musnahkan, sekarang juga!”
“...Baik, Lord.” Dengan itu Kiem langsung menghilang. Meninggalkan Virux yang masih berjalan dengan pandangan tajam menuju kamar sang Pangeran.
“Tidak akan aku maafkan, orang sudah berani-beraninya mengambil Pangeran dariku!”
|||
Pemuda itu tersadar dari pingsannya, di lihatnya kamar yang sudah tidak asing lagi baginya, kamar ini miliknya.
“Kenapa...aku kembali lagi ke sini?” tanya pemuda itu entah pada siapa sembari menekan luka di tangan kanannya. Dia ingat jika dia tadi terluka gara-gara di hadang oleh sekelompok Alpa Gazard.
(Monster berbentuk komodo berwarna abu-abu merah, memiliki dua tanduk di kepalanya dan mengandung racun. ‪#‎Cuma‬ imajinasiku)
“Pangeran Gillva.” Suara yang terdengar kasar namun penuh kesopakan terdengar di telinganya, itu suara laki-laki yang sudah berani-beraninya membawanya ke tempat ini lagi.
“...Virux...Crossrefer..!” bisik kesal Gillva. Di lihatnya Virux berdiri diambang pintu, dia meletakkan pakaian dan sepatu boot yang tadi dibawanya di meja samping tempat tidur kemudian perlahan mendekatinya. Saat tangan Virux hampir menyentuh ujung kakinya, Gillva langsung menarik menjauhkan kaki kirinya dari tangan Virux.
“MAU APA KAMU?!”
“....”
“Kenapa kau membawaku kesini lagi? Virux!” tanya dan teriak Luiko dengan penuh kemarahan. Dia tidak akan melupakan apa yang terjadi sebelumnya antara mereka. Kejadian yang semakin membuat perasaannya kacau, antara marah, kecewa,...dan merasa dihancurkan.
“...Itu sudah menjadi tugaskuPangeran Gillva. Bagaimana pun mereka yang sudah berani menyentuh dan melukaimu akan...bukan, tepatnya harus aku beri hukuman.”
“TAPI! Apa kamu tidak mengerti juga?! Aku sudah bilang kepadamu berkali-kali, kan! Aku...bukannya kamu sudah berjanji...untuk tidak melukai mereka lagi...” suaraGillva yang semakin parau, dia menundukkan kepalanya mencoba menyembunyikan matanya yang mulai berair.
Virux yang melihatnya hanya diam tanpa suara, tangan Virux lagi-lagi mencoba meraih kaki kiri Gillva yang ternyata terluka itu. Gillva yang melihat gerakan Virux dari balik lipatan tangannya langsung menendang kasar tanganVirux dengan kaki kirinya, tidak memperdulikan rasa sakit yang diakibatkan dari tindakannya.
“Aku tidak butuh bantuan dari Dæmon TIDAK PUNYA HATI SEPERTIMU!”
“...Kakimu terluka, Pangeran Gillva.”
Suara datarnya semakin membuat Gillva makin kesal, dia bermaksud berdiri dan pergi sebelum dia menyadari jika dia tidak mengenakan pakaian dengan layak hanya sebuah kemeja hitam kebesaran yang sangat di kenalnya, namun bukan itu yang membuatnya kaget. Yang membuatnya makin kesal adalah borgol di kaki kanannya dengan rantai panjang yang di ujungnya menacap di tengah-tengah lantai kamar ini.
“...Vi-” bentakan Gillva tertahan di tenggorokannya karena di kagetkan oleh gerakan tiba-tiba dari laki-laki berambut merah gelap dan bermata hijau dengan pupil menyipit itu.
“Kakimu harus di sembuhkan sebelum racunnya makin menyebar.”
“Racun?!”
Virux menyingkirkan selimut yang masih menutupi sebagian kaki Gillva, sejengkal di atas lutut. Jika saja dia seorang ‘pemuda polos’ yang melihatnya, dipastikan dia akan berteriak nyaring. Tapi tidak untuk Gillva, dia sudah pernah mengalami luka-luka berat mulai dari luka bekas benda tajam sampai luka akibat racun sekali pun.
“Ya. Ini gara-gara kau sendiri yang dengan cerobohnya mencoba melawan Alpa Gazard sendirian.”
“Luka seperti ini aku bisa menyembuhkannya sendiri, tidak perlu bantuan darimu!” sekali lagi Gillva mencoba bergerang namun ditahan oleh tangan besar yang menggenggam kedua tangannya dengan erat.
“LEPASKAN AKU!!”
“Gill..!”
“!!...”
Atmosfer yang langsung berubah berat dan dingin sukses membuat Gillva merinding setengah mati, dia bahkan tidak sanggup menggerakkan badannya. Tekanan yang sudah lama tidak dia rasakan dari orang ini, tekanan yang pernah saat pertama kali dia rasakan yang membuatnya hampir kehilangan kesadarannya.
‘...Virux, lagi-lagi dia menggunakan Rantai Suara itu padaku!’ bisik Gillva dalam hatinya.
“Gill, seharusnya kau berterima kasih padaku. Seharusnya hanya namaku yang boleh kau panggil saat kau terdesak! Aku ini Dæmon-mu, kan?! Kau bersikap terlalu baik pada mereka! Apa kau tidak-”
“Tunggu dulu! Bukannya kamu yang bilang untuk tidak terlalu mengandalkan para Dæmon?! Kenapa kamu mulai berubah, Virux-!”
“JANGAN MEMBENTAK PERKATAANKU!!”
Suara bentakan yang sangat nyaring itu membuat kamar yang mereka tempati sedikit bergetar, Virux berdiri dengan kepala menunduk dalam. Dengan gerak lambat, dia menyingkap pakaiannya dan memperlihatkan bekas gelap yang terlihat seperti tato api hitam keunguan. Gillva tau benar bekas -tato- apa itu, tapi tidak mungkin Dæmon seperti Virux bisa terkena kutukan kecil seperti itu.
Virux Crossrefer adalah Dæmon tingkat tinggi, dia merupakan tinggkatan iblis kerajaan atau disebut juga Royal De’arts. Dæmon jenis iblis yang paling kuat, namun di setiap kekuatan pasti memiliki kelemahannya sendiri. Dan sayangnya Gillva tidak mengetahui kelemahan Virux itu apa...
“Ini semua aneh! Aku tidak ingin mempercayainya!” bentak Virux sembari meremas kuat dada kirinya. Dia benar-benar merasa kacau, tidak bisa berpikir rasional, untuk sekarang ini.
Dia tau benar apa yang dilakukannya sudah melanggar aturan dunia mereka. Sangat tau apa resiko yang akan diakibatkan!
“Ini karena sikapmu, Gill...”
“A-apa maksudmu..?” Gillva bertanya dengan suara kaku, dia benar-benar dibuat bingung dengan perkataan ambigu dan tidak jelas dari Virux.
“...Ini salahmu...kau sendiri yang membuatku jadi harus melakukan ini padamu, Gill...”
Gillva ingin sekali menjauh sejauh mungkin dari Dæmon itu sekarang juga. Tekanan yang semakin menjadi ini benar-benar membuatnya sulit bernafas. Virux makin mendekati Gillva, naik keatas tempat tidurnya, memposisikan dirinya dihadapan Gillva dengan kedua lututnya bertumpu antara kaki Gillva, genggaman tangannya makin dieratkannya.
Gillva sangat takut sekarang, melihat tatapan tajam dari mata hijau dengan pupil memanjang tajam, mata iblis, taring Virux pun terlihat memanjang dengan kuku jari yang ikut memanjang, sedikit menggores pergelangan tangannya. Perawakan wajahnya sudah mulai terlihat bukan manusia lagi.
“...Virux...jang-..!”
Virux mendorong Gillva hingga terbaring ditempat tidur dan menahan kedua tangan Gillva dengan tangan kirinya. Mendekatkan wajahnya ke wajah Gillva, Virux berbisik dengan sedikit jilatan dicuping Gillva.
“Sudah terlambat, Gill. Aku...menginginkanmu. kau akan menyatu denganku, maka kau tidak bisa lagi lari dariku...”
“Apa maksudmu, Virux?”
Sebuah pedang merah besar muncul di ketiadaan, dengan erat Virux menggenggamnya. Nova tau betul pedang apa itu. Pedang yang hanya boleh di panggiloleh Dæmon yang telah disepakati oleh sang Master untuk menyudahi kontrak atau pun sebaliknya.
Pedang itu tidak bisa menebas media, tidak bisa membunuh jiwa. Pedang yang hanya memiliki tiga tujuan.
Yang pertama, mengembalikan jiwa sang Master pada raga aslinya. Dengan itu Dæmon yang dulunya menjadi pendamping sang Master akan kembali ke dunianya, Dæmour’te Lies.
Yang kedua, menguasai jiwa sang Master. Maka Dæmon itu akan menjadi Tuan sang Master, merubah kedudukan antara mereka.
Dan yang ketiga, perbuatan yang tidak di benarkan di Dæmour’te Lies. Mengambil jiwa sang Master dengan paksa atau pun sesuai kehendak sang Master.
“...Virux...” suara Gillva makin pelan. Dia...sudah pasrah dengan keadaannya sekarang. Apa pun yang akan dipilih Virux, dia akan menerimanya. Dilihatnya dengan perlahan Virux mengangkat pedang besar itu, mengarahkan ujung tajamnya tepat di depan jantungnya.
|||
Wahai jiwa suci... Benamkan dosa ini...
Berikan cahaya padanya... Jiwa tersesat miliknya akan di temukan...
Jalan tepi menuju gerbang kegelapan... Dengan ini jiwanya, raganya, hatinya...
Akan menjadi milikku selamanya... Bersama keabadian semata...
|||
“Dengan ini aku yang akan menjadi penguasa dunia kecilmu, Gillva..!”
Craass!!
|||
“Lord Virux, boleh saya masuk?” Suara Kiem terdengar dari balik pintu kamarnya.
“...Masuk.”
“Permisi. Saya membawakan sarapan pagi untuk Pangeran Gillva.” Kiem mendorong sebuah troli dengan berbagai hidangan di atasnya. Saat pandangannya mengarah pada tempat tidur matanya melihat pemandangan yang sedikit membuatnya kaget.
Mengingat keadaan Lord Virux beberapa hari yang lalu saja masih membuatnya kebingungan dan takut, namun sekarang dia sedikit mengerti keadaan Lord-nya.
Kiem yang sudah hampir 300 tahun melayani dan mengabdi pada Virux, tau benar dengan sikap kasar dan tidak bisa mengungkapkan keinginannya pada orang lain. Melihat pemandangan dihadapannya sudah cukup mengerti apa yang selama ini diinginkan oleh Virux.
‘Sepertinya Lord Virux sudah menemukan apa yang dimaksud ‘Eternal Lover’ baginya itu.’
“...Uuhm...Virux...” suara serak dan pelan itu membuyarkan pikiran Kiem. Dengan sedikit gugup, Kiem undur diri dari hadapan Virux.
“Sa-saya permisi dulu, Lord Virux...dan...” pandangan Kiem beralih pada pemuda yang sedang memeluk Virux.
“...Gillva, namanya Gillva Crossrefer. Panggil dia seperti biasanya saja, Kiem.” Gumam Virux sembari mengusap pelan rambut biru Gillva.
“...Pangeran Gillva.”
Sekilas sebelum Kiem menutup pintu kamar, tidak sengaja matanya bertemu dengan mata Gillva. Dulu mata Pangeran Gillva berwarna biru bagai langit cerah tanpa awan, tapi sekarang mata biru itu sudah berganti dengan warna merah cerah yang terlihat cantik namun entah kenapa terlihat sedikit...menyedihkan.
|||
Gillva bergerak, bermaksud untuk bangun. Dia dudukkemudian membalikkan badannya kehadapan Virux yang juga sekarang duduk sambil bersandar ditumpukan bantal. Mata merah Gillva memandang dalam kearah mata hijau Virux. Tanpa aba-aba dia mendekatkan wajahnya dan memberi ciuman singkat di bibir dingin Virux.
“Selamat pagi, Virux.” Ucap Gillva, menyatukan kening mereka.
“Pagi, Gill-ku. Aku mencintaimu.”
“...Aku juga mencintaimu.”
Mendengar balasan dari Gillva, Virux langsung menarik Gillva ke dalam pelukannya. Membenamkan wajahnya di perpotongan leher ramping Gillva, menghirup wangi yang sangat disukainya. Keadaan mereka yang tidak mengenakan apa-apa, hanya selimut yang menutupi bagian tubuh bawah mereka.
Gillva membalas pelukan dari Virux dan ikut membenamkan wajahnya dibahu lebar Virux, perbedaan suhu tubuh mereka terasa sangat pas.
“Virux, yang tadi itu siapa?” tanya Gillva setelah menjauhkan dirinya dari Virux, matanya memandang dengan pancaran penuh ingin tau.
“Dia Kiem, butler yang sudah lama mengabdi padaku.”
“Hmm...”
“....”
Mereka terdiam, masih dengan posisi saling berpelukan. Gillva menggerakkan badannya, membuat Virux melonggarkan pelukannya. Gillva mengarahkan pandangannya dan menemukan sebuah kemeja hitam.
“Itu bajumu, Virux?” yang ditanya hanya mengangguk sebagai jawaban. Kini pandangannya menyebar lagi dan menemukan baju merah yang entah kenapa dikenalnya. Dia turun dari tempat tidur dan berjalan sedkit pincang, kemudian memungut baju merah itu.
“Baju ini...”
“Itu bajuku.” Jawab Virux yang kini berada di belakangnya dan menyampirkan kemeja hitam tadi dibahu Gillva.
“....”
“Sebaiknya kau mandi dulu, kau bisa masuk angin jika berjalan tanpa pakaian seperti ini, Gill.” Bujuk Virux mendorong pelan Gillva menuju kamar mandi.
“Iya, iya.”
Pandangan mata Virux kosong, memandang pintu kamar mandi yang tertutup dihadapannya ini. Penyesalan selalu datang setelah keinginan yang dipaksakan didapatkan, dan kini Virux telah merasakannya.
Gillva yang sekarang seperti bukan Gillva yang dia kenal dulu. Kekesalan memenuhi kepalanya, kepalan tangannya makin erat hingga tangannya memutih dan berdarah. Dia melakukan ini hanya karena ingin selalu bersama dengan Master-nya.
Dia benci saat melihat Gillva di kelilingi oleh perempuan maupun laki-laki, terutama saat Gillva bersama orang itu. Orang yang pernah memberikan sebuah kotak pada Gillva, kotak berisikan-
“Virux, kau kenapa? Apa kau sakit?” suara Gillva membuyarkan lamunan Virux, matanya mengarah pada Gillva yang sudah selesai mandi dan berganti pakaian. Pakaian yang sangat cocok dengan tubuh rampingnya.
“...Gill.”
Wajah datar Virux tidak berubah, tapi entah kenapa Gillva bisa tau jika laki-laki dihadapannya ini sedang dalam masalah. Tangan Gillva meraih kedua pipi dingin Virux, mendekatkan wajah mereka dan menyatukan kening mereka.
“Jika kamu ada masalah, bicarakan saja padaku. Setidakknya aku ingin membantumu walau hanya sedikit. Aku ingin kamu membagi masalah, rasa sakit, dan kegelisahanmu padaku, ya?”
Kalimat yang diucapkan Gillva, kalimat yang pernah diucapkan padanya...dulu.
“...Aku hanya merasa jika aku benar-benar tidak ingin melepaskanmu dari diriku, Gill.”
Tangan kanan Virux menarik tubuh Gillva merapat padanya, sedangkan tangan kirinya menarik leher belakang Gillva dan menyatuka bibir mereka. Ciuman yang awalnya hanya sentukan, menjadi lumatan-lumatan ringan. Sedikit memerengkan kepalanya, ciuman mereka makin dalam. Perlahan Virux mendorong Gillva hingga terjatuh di tempat tidur, sedikit memberi ciuman singkat sebelum Virux melepaskannya.
“Ha..ha..ah...ada apa denganmu, Virux? Hari ini kamu terlihat aneh, tau.”
“Aku tidak apa-apa. Hanya ingin memanjakanmu hari ini.”
Balasan Virux yang terdengar asal bicara itu membuatGillva tertawa pelan. Dengan tangan kanannya, Gillva mengacak pelan rambut merah gelap Virux dan mendapat balasan berupa pelukan erat dari Virux.
“Aku mencintaimu,Gill.”
“Aku juga, Virux.”
“Aku sangat mencintaimu, wahai kekasih abadi-ku.”
“....”
|||
Dæmon hanya dapat merasakan Eternal Lover sekali saja. Jika orang itu sudah muncul dihadapan mereka, perasaan itu tidak dapat terelakan lagi...
Jika Dæmon itu sudah menahan perasaan Eternal Lover lebih lama, perasaan yang sudah menumpuk itu akan menjadi sebuah Kutukan bagi mereka...
Memaksa mereka mendapatkan sang Eternal Lover bagaimana pun caranya. Memenuhi kekosongan yang didapat Dæmon setelah bertemu dengan orang yang dimaksud...
|||
T h e E N D...?
O’ya, sedikit penjelasan dari maksud dari Dæmon dan yang lainnya.
Dæmon >>> mereka seperti halnya familar or summon-pet yang biasanya ada di game RPG or MMORPG. Tapi di sini Dæmon adalah seperti manusia yang bisa berubah menjadi monster atau pun binatang. Nahh,si seme a.k.a Virux Crossrefer ini Dæmon ‘Royal De’arts’ yang bisa berubah menjadi iblis.
Rantai Suara >>> itu hanya sebuah kekuatan sederhana yang dimiliki oleh Dæmon tinggat tinggi seperti Virux. Kekuatan yang berefek membuat orang mendengar, orang yang dipanggil namanya, merasa terintimidasi dan tidak dapat melakukan apa-apa. Sama seperti yang dirasakan oleh Gillva.
Eternal Lover >>> sebuah ungkapan perasaan bagi para Dæmon itu adalah hal yang taboo. Karena sekali perasaan itu muncul tidak akan pernah hilang untuk selamanya. Jika perasaan itu tidak dipenuhi, Dæmon tersebut akan menerima sebuah Kutukan (itu yang dimaksud tato di perut Virux). Mengakibatkan Dæmon sedikit demi sedikit kehilangan akal sehatnya dan mengacaukan hubungan Dæmon-Master antara mereka.
Produced By : YI, CKP, KPU

0 komentar:

Posting Komentar