Fate!!! (Lomba Cerpen Gay bertema Kerajaan)


By : Glasikal Olviani
Like sebelum baca!
Takdir…
Apakah aku hidup karena takdir?
Apa itu takdir?
Apakah alasanku hidup hanyalah karena takdir?
“Ya” ya? Tidak… Aku hidup bukan karena takdir…
“Kau menghindar dari kenyataan” Tidak… Aku tidak menghindar, aku hanya tak percaya takdir…
“Inilah takdirmu” Bukan… Aku hanya…..
######
“….ngeran… Pangeran…. Pangeran Ritchloff!” ku tangkap sedikit berkas cahaya dari ujung mataku, pandanganku mulai meluas, dan mendapatkan sesosok manusia tetapi masih sedikit pudar. Mata biru tuanya yang sayu memandang ke arahku dengan tatapan khawatir, rambut coklat pirang yang digerai sepanjang leher, bibir merah muda yang sedikit bergetar, pipi dan tulang pipinya yang terposisikan sempurna, hidung kecil nan mancung.
Wanita yang sempurna.
Ku tarik tangannya yang sedang memegang pundakku, dan ku hempaskan ke arah tempat tidur yang sedaritadi ku tiduri, sekarang posisiku sedang berada diatasnya dan kedua tangannya ku genggam dengan tangan kananku, sedangkan tangan kiriku memegang dagunya, ku tempelkan bibirku dengan bibir merah mudanya.
Ku lumat pelan bibirnya, ku sisipkan lidahku diantara bibirnya tetapi mulutnya enggan terbuka, kedua tangannya meronta ronta, terus ku lumat bibirnya walaupun sang empunya tak menghendakinya, tapi tidak sampai kaki kanannya menendang perutku. Dia lolos, melesat turun dari tempat tidur dan menabrak pelan seorang wanita tua dengan baju pedesaan lusuhnya, tanpa berkata kata dia lalu berlari menuruni tangga.
“Aaaah, ada apa dengan anak itu, ah maafkan saya tuanku, apakah anak itu membangunkan anda tuan? Kalau memang begitu, saya sangat meminta maaf, tolong berikan kemurahan hati anda tuanku” wanita itu menundukan kepalanya beberapa kali.
“Lupakan, apa tadi ada orang dari istana yang datang ke tempat lusuh ini?” aku mengelus pelan perutku yang masih terasa sakit, lalu mengatur posisiku menjadi tidur.
“T-tidak ada tuanku” masih tetap menunduk.
“Sediakan baju yang sedikit merakyat tetapi tak lusuh, dan tunjukan tempat tidur yang lebih bagus daripada ranjang kotor ini, dan juga jangan lupa, sama seperti yang ku katakan tadi malam, jangan biarkan seorang pun kau izinkan masuk ke penginapan lusuhmu ini, dan jaga rahasia ini, kau akan ku bayar sepadan dengan pengorbananmu” aku bangit berdiri.
“S-saya mengerti”
“Dimana kamar mandi? Badanku gatal, aku ingin mandi”
“Mari saya antar, tuanku” dia berbalik, tetapi tetap menunduk, mengambil langkah awalnya, berjalan menuruni tangga.
“Tentang orang tadi, si-“ ku ikuti langkahnya.
“A-ada apa tuanku?” wanita tua itu berhenti diatas anak tangga.
“Lupakan, aku tak akan bertemu dengannya lagi”
“…..” dia melanjutkan jalannya.
***
Ku pacu kuda coklatku menerjang dinginnya udara dan tebalnya salju diatas tanah, tak ada, lebih tepatnya belum ada, belum ada pergerakan dari istana, setidaknya untuk sekarang.Cukup untuk hari ini, matahari mulai menghilang dari langit, saatnya kembali ke penginapan lusuh itu, tapi sedikit minuman?Tak buruk.
Kedai, sudah lama sepertinya aku tak berada ditempat seperti ini, suara riuh, tegukan tegukan liar, tawa, dan bau logam yang pastinya dari senjata berkarat para pria tua itu memenuhi ruangan lembab ini, dan dicampur juga dengan bau yang membuatku rindu, alkohol.
“Satu” ku simbolkan angka satu menggunakan jariku ke arah Bartender, pria tua dengan kepala yang sedikit botak dan kain lusuh yang berada dipundaknya lalu dibekangnya ada beberapa tong yang berisikan minuman minuman yang tak begitu aku ketahui.
“Siap dengan beberapa tegukan” pria tua itu tersenyum, lalu mengeluarkan sebuah cangkir besar dengan alkohol didalamnya.
Ku angkat gelas itu, mulai meneguk, ah, rasa yang sudah lama hilang dari ingatanku, ku letakkan lagi gelas itu diatas meja.
“Hi Grebarn, ahaha satu kawanku” pria tua gendut datang mendekat, dia berbicara kepada si bartender tua dibelangku.
“Ada berita baru?”Bartender mengeluarkan satu gelas dengan alkohol lagi, dan langsung disambut dengan gembiranya oleh pria gendut yang baru datang tadi.
“Ya” dia mulai tegukan pertamanya.
“Ku harap ini bukan berita buruk” ku lirik pria gendut itu dari balik tudung yang menutupi hapir setengah dari wajahku.
“Entah, kabarnya tentara kerajaan sedang menuju Gblunder Inn, ada saksi mata yang bilang kalau Pangeran Ritchloff datang ke tempat itu……”
***
Ku pacu lagi kudaku sekarang, melesat menuju penginapan dimana aku beristirahat semenjak kemarin malam.
“Mereka ingin membakar tempat itu, supaya seisi penginapan mati, dan tentu saja sang Pangeran hahahaha”
Kata kata pria gendut tak tau diri itu terngiang dengan jelas dibenakku, ini memang salahku, tapi aku tak mau ada yang menderita apa lagi mati karena kesalahanku, setidaknya aku harus memperingati wanita tua pemilik penginapan.
Dinginnya tiupan angin ditambah salju yang menghambat jalannya kuda ini membuat pikiranku tak konsisten, aku takut para tentara menangkapku dengan konyol disana, tetapi…. Sudahlah, aku harus tetap ke tempat itu.
Tapi, terlambat, kobaran api melambung tinggi, asap hitam menutupi jangkauan pandanganku, ku tinggalkan kudaku dibelakang penginapan dan berlari masuk ke dalam kobaran api, pasti ada seseorang yang masih bisa ku selamatkan.
“Ibu! Ibu! Bangun ibu!”ditengah tengah kobaran api, wanita bermata sayu itu berlutut didepan tubuh wanita tua empunya penginapan , lebih tepatnya adalah mayat ibunya.
“Ayo” ku raih tangannya, lalu menatap mata sayunya yang berlinang air mata.
“Lepas!Dasar pembunuh!” aku tertegun diam, menatap kaget ke arah wanita itu.
“Ibuku mati karena kau! Biarkan aku mati disamping ibuku! Biarkan aku mati dengan alasan yang sama dengan ibuku!” dia menarik tangannya.
Ku tampar pipi halusnya yang bernoda hitam karena abu hasil kebakaran, ku tarik juga tangannya dengan paksa, tak bergeming, ku topang badannya lalu ku angkat dia dipundakku, tak peduli dia meronta ronta, ku bawa dia ke arah kudaku lalu menaikannya diatas kuda lalu disusul dengan badanku, ku pacu lagi kudaku menjauh dari penginapan yang terbakar itu.
“Turunkan aku! Tak ada gunanya kau menculik dan membunuhku! Aku tak memiliki uang satu sen pun, aku juga akan lebih memilih mati daripada dijadikan budak! Berhenti! Tu-“ diam, tiba tiba dia diam, tak bergeming, aku tak bisa melihat wajahnya karena dia menghadap ke bawah.
“Hey” ku sentuh sedikit pundaknya, tak bergeming, sudah cukup jauh dan terlihat ada satu kubuk lusuh didepan, sepertinya istirahat semalam disana bukan lah hal yang buruk.
Aku beranjak turun dari kuda lalu ku tarik wanita itu, ku atur posisinya menjadi gendongan, ya, aku menggendong wanita ini.Tidur, lebih seperti pingsan.
Ku ketuk pintu kubuk itu, tak ada balasan, hanya suara siulan angin yang terdengar, ku ketuk lagi, tak ada jawaban, berat, aku masih menggendong wanita ini.Tak sabar, ku dobrak pintu kubuk itu, terbuka, dan tak ada orang didalamnya, tempat ini sangat lusuh.
Sangat lusuh, aku tak pernah membayangkan kalau akan tinggal dikubuk seperti ini, aku, seorang Pangeran, tinggal bersama seorang wanita yang bahkan tak ku tahu namanya, dikejar dengan tentara kerajaan, dan tinggal satu tempat yang aman, ya, tempat itu.
***
Suara tupan angin pelan membangunkanku, cahaya matahari hangat membasuh wajahku, ku buka pelan mataku, ku ubah posisiku menjadi duduk, tak pernah ku bayangkan akan tidur diatas tanah tak berlapis apapun, hidupku kini berubah, sangat.
“Se-selamat pagi Pangeran, m-maafkan perkataanku kemarin” wanita itu menunduk ke arahku sambil memain mainkan tangannya, ku lihat tangannya sedikit terluka, aku bangkit berdiri.
“lupakan, lebih baik kau sediakan makanan, aku lapar, ada apa dengan tanganmu?” mimik mukaku selalu begini, tak peduli, tetapi tanganku meraih tangannya dan ku amati.
“S-sakit, i-itu karena tadi pagi saya menangkap ikan di sungai, tuan” dia menunduk, aku tak bisa melihat wajahnya, hanya rambut coklat pirang panjangnya yang terlihat.
“Dengan tangan?” dia mengangguk, ku lepaskan tangannya.
“Dapat berapa?” dia mengangkat wajahnya, mata biru tua sayunya langsung menatapku.
“H-hanya dua, tuan, m-maafkan saya, ini pertama kalinya saya menangkap ikan” dia kembali menunduk pelan.
“Sekarang mana ikannya?” dia mengangkat tangannya, menunjuk ke arah sebuah meja lusuh dimana diatasnya sudah ada sepasang ikan bakar.
“Ayo makan” aku mengelus pelan kepalanya, tetapi tetap dengan muka tak peduliku, lalu berjalan melewatinya.
“A-apakah tak apa? Saya makan satu meja dengan tuan?” aku duduk diatas kursi yang berada tepat didepan ikan bakar itu.
“Ceritakan tentang dirimu” aku mulai mencubit ikan bakar.
“Namaku Cylirs, Cylirs Dovakhin” dia beranjak duduk dikursi sampingku.
“Cylirs, maaf tentang ibumu” aku menyuap daging ikan yang ku pegang tadi.
“T-tak apa tuan, itu mungkin sudah takdir”

Takdir….
“Ya” ya? Tidak… Aku hidup bukan karena takdir…
“Kau menghindar dari kenyataan” Tidak… Aku tidak menghindar, aku hanya tak percaya takdir…
“Inilah takdirmu”
“Lupakan tentang takdir, tak ada takdir didunia ini, aku lah yang membunuh ibumu, itu faktanya, sebagai gantinya, anggap saya sebagai orang tuamu” aku menyuap lagi daging ikan itu tanpa berbalik memandang wanita disampingku.
“Maafkan saya tuan”
“….”
“Saya sudah dengar semuanya, tuan, tentang Pangeran Frunwrad, kenapa anda membunuh kakak laki laki anda sendiri tuan?” aku terdiam.
“Maaf atas kelancangan saya”
“Kebenaran”
“Eh?” aku berbalik menghadapnya.
“Ya, kebenaran, hanya itu alasan yang bisa ku beritau kepadamu” aku bangkit berdiri.
“….”
“Maaf juga tentang ciuman kemarin, Cylirs” aku mengelus pelan lagi kepalanya.
“Tuan, bisa saya anggap anda sebagai kakak saya sendiri?” dia memegang tanganku.
“Lakukan sesukamu” tangannya melepaskan tanganku, tapi tangannya memeluk kencang pinggangku, sambil menyembunyikan wajahnya.
“Hei” aku kaget, terdiam.
Ku dengar suara tangisan, seperti yang kupikirkan, kepergian ibunya bukanlah hal kecil yang bisa dengan gampang diterimanya, ku pegang lagi kepalanya dan mengelus pelan.
“Menangislah sesukamu sekarang, aku tak mau melihatmu menangis besok” tangisannya bertambah besar, aku masih tetap mengelus pelan kepalanya.
“Kau adalah adikku yang kedua, sekarang aku punya dua adik, aku tidak pernah berpikir bisa mendapatkan adik perempuan” tangisannya berangsur angsung menurun, lalu berhenti.
“Aku, aku laki laki”
“Eh?”
“Aku laki laki, tuanku, fisikku lemah, olehkarena itu saya jarang keluar dari penginapan dan hanya membantu didalam, dan itu juga membuat badanku sekecil ini” ditatapnya lagi mataku.
“T-tapi kau memakai rok dan akh sudahlah, ini bukan waktunya main main” dia melepaskan pelukannya.
“Aku laki laki, ibuku tak mampu membelikan aku baju baru, jadi aku memakai baju kakakku yang sudah meninggal dulu” dia membuka kancing bajunya satu persatu.
“K-kakakmu…. Laki laki?”
“Perempuan”
“Jadi intinya kau laki laki atau perempuan?”
“Laki laki” mata sayunya menatap mataku lagi, hembusan angin yang masuk dari pintu gubuk yang terbuka membasuh pelan rambutnya.Aku sekali lagi meragukan kejantanannya.
“Kau tak terlihat seperti laki laki” aku menatapinya.
“….” Dia membuka lebar bajunya, dan ya, dadanya rata, bahkan tak ada satu ototpun yang terbentuk.Ku pandang lagi wajahnya, benar benar tak percaya.
“Cylirs, apakah kau tau apa yang dilakukan sepasang kakak-adik laki laki?”
“Tidak tuanku, aku tak pernah punya kakak laki laki, dan aku adalah anak terakhir dari dua bersaudara, sedangkan kakakku adalah perempuan, memangnya, apa yang mereka lakukan?”dia terlihat bingung, ku angkat dagunya, supaya pandangannya kembali ke arahku.
“Sang kakak mengajarkan adiknya bagaimana kejantanan yang sebenarnya” aku menunduk, menempelkan bibirku ke bibirnya lagi, lalu ku lumat pelan.
Aku tau dia kaget, biar ku tebak, kemarin itu adalah ciuman pertamanya, dan ini adalah yang ke dua, berbeda dengan yang kemarin, kali ini tak ada perlawanan, dan dia juga membiarkan lidahku menjulur masuk kedalam mulutnya, ku pancing lidahnya agar ikut bermain dengan lidahku, tapi, tak kuat, aku tau dia tak kuat menahan nafas selama ini, jadi ku lepaskan ciumanku.
“A-aku belum pernah melakukan sesuatu seperti ini tuanku” dia menatapku lagi, kali ini dia benar benar terlihat membuka kesempatan untukku untuk melakukan itu.
“Anggap itu sebagai pelajaran pertama dariku, kita harus bergegas” aku memakaikan lagi kancing bajunya yang tadi dia buka.
“K-kemana?” dia menatapku, ku tatap kembali mata biru tua sayunya.
“Ke kerajaan Dolgugla, aku punya sepupu disana, aku yakin dia mau menampung kita”
“Kalau tidak?” aku bangkit berdiri.
“Kau sudah berani membantah tuanmu ya?” tatapanku menyipit.Dia menunduk kembali.
“Ayo”
***
“Selamat datang wahai sepupuku, Fenrish Ritchloff, kau tampak berantakan haha, ayo masuk ke istanaku” Vyrinuz Covelaro, sepupu jauhku, butuh 2 hari perjalanan dari gubuk tua itu sampai diistana ini menggunakan kuda.
“….”
“Aku sudah dengar tentangmu dari Raja Wlemyr, ayahmu, aku diperintahkan untuk menangkapmu, tapi, akulah Raja disini, tak ada Raja lain yang bisa memerintahku selama ini adalah daerahku hahaha” baju kerajaan yang bernuansa putih dan selaras dengan rambut pirang keputihannya itu sangat cocok untuknya, anggun, adalah satu ata yang menggambarkannya.
“Keras kepala seperti biasanya haha” aku berjalan mengikutinya yang terus melangkah ke arah tahtahnya.
“Masuk lah sepupuku, anggap ini adalah rumahmu, dan tetaplah tenang, keamanan selalu terjamin” dia melirik kearahku, dengan mata coklat madunya.
“Aku tau aku bisa mengandalkanmu Vyrinuz”
“Ayo cepatlah masuk dan basuh badanmu, banyak hal yang ingin ku bicarakan denganmu, dan juga dengan wanita cantik dibelakangmu” Vyrinus berbalik ke arah Cylirs, lalu berkedip genit ke arahnya.
Konyol.
***
“Fenrish, akhirnya kau selesai juga, aku sudah lama menunggumu, makan siang sudah tersedia, dan mana wanita manis yang ada bersamamu tadi?” Vyrinuz duduk diatas kursi dan didepannya terdapat meja panjang yang sudah tersedia beberapa macam makanan.
“Maksudmu anak ini?” aku menarik tangan Cylirs yang sedaritadi bersembunyi dibelakangku.
“Oh my, ternyata anda wanita tomboy ya?Hahaha” Vyrinuz tersenyum aneh, lebih tepatnya kaget.
“S-saya laki laki” Cylirs keluar dari tempat persembunyiannya, setelah membasuh diri, dia diberikan pakaian istana pria yang sesuai dengan bentuk tubuhnya, dan ya, masih tetap seperti perempuan.
“Ahahaha, iya ahahaha, lawakan yang lucu nona, bisa saya tau nama anda siapa?”pria itu mulai berlagak aneh.
“Cylirs, Cylirs Dovakhin, dan saya laki laki, tuanku” Cylirs menunduk.
“Dia laki laki Vy” aku angkat bicara sambil menarik satu kursi untuk diduduki.
“J-jangan bercanda, kalau begitu maaf sebelumnya, ayo silahkan duduk Cylirs, ayo kita nikmati makan siang ini” aku memulai suapan pertamaku.
“Fenrish, harga kepalamu sangat mahal lho, 1 juta keping emas, itu cukup buat melunasi utang utang” aku hanya meliriknya dengan mimik tak peduli.
“Apakah kau tau Fenrish?Apa yang terbaik ditonton ketika sedang makan?”
“Sirkus”
“Hahaha, jawaban yang tepat sekali, didalam acara sirkus selalu ada waktu dimana jantungmu berdegup kencang, dan juga melihat hal hal yang kau suka, aku selalu suka dengan sesuatu yang berkilau, dan sepertinya berbeda denganmu iya kan? Raja Wlemyr dari Kerajaan Rogulstaq?”tiba tiba suasana hening, lalu terdengar suara langkah kaki, banyak, banyak langkah kaki sekarang, lalu terlihatlah sosok seorang pria tua dan juga adikku, Zudfien, dari balik Pilar putih. Aku bangkit berdiri, diikuti juga dengan Cylirs.
“Ayah” Wlemyr Ritchloff, ayahku, bukan, ayah tiriku, ayah dari adik terkecilku Zudfein, bukan ayah dari aku dan kakakku.
“Jangan panggil aku ayah, Pembunuh! Aku malu untuk memanggilmu anak” Pria tua itu memandangiku dari jauh sedangkan Zudfien yang masih berumur 18 tahun tetap diam disamping sang ayah.
“Tuanku, ada apa ini?”Cylirs memandangiku dengan mimik muka bingung dan takut.
“Tenanglah, ini akan selesai sekarang” aku tersenyum ke arah Cylirs.
“Jadi ini yang kau lakukan setelah kau membunuh Kakak Laki lakimu dan juga Ibumu sendiri?” pria tua itu berbicara lagi dengan kencangnya dan juga aksen yang menjijikan.
“Penjaga, tangkap mereka.Aku, Vyrinuz Covelaro, Raja dari Dolgugla, menangkap Fenrish Ritchloff sebagai pembunuh dari Frunwrad Ritchloff dan Ratu Viliandra Ritchloff” para pengawal istana dengan baju sirah putihnya memegang tanganku lalu menendang belakang lututku agar aku berlutut didepan Rajanya, aku melirik ke arah Cylirs.
“Lepaskan dia, tak akan ku maafkan kau jika berani beraninya memegang adik laki lakiku!” aku berteriak ketika melihat Cylirs yang meronta ronta.
“Tchi!Kau menganggap dia lebih penting?Maka kau lebih memilih orang asing daripada ibumu sendiri” Pria tua itu sungguh memuakan, aku tak tahan lagi.
“Vyrinuz, aku ingin kau mendengarkanku, sebagai Raja dinegeri ini” aku menatap ke arah sepupuku sekarang.
“Baiklah, sebagai Raja yang bijaksana aku akan mendengarkanmu, sepupuku” dia tersenyum, mungkin dipikirnya ini adalah suatu acara yang menyenangkan.
“Aku tidak membunuh Ibuku, tapi kenyataan tentang aku membunuh kakakku, itu benar” aku menatap Vyrinuz dengan tajam.
“Pembohong!”Pria tua itu menjijikan, sungguh.
“Lalu?”Zudfien angkat bicara.
“Dimalam ibuku terbunuh, aku melihat dengan mataku sendiri, kalau kakakkulah yang menikam ibuku ketika beliau sedang sendirian ditahtanya, melihat hal itu, aku tak bisa tinggal diam, dan berakhir aku membunuhnya” aku melirik ke arah Cylirs, dia melihatku dengan tatapan sayunya.
“Ho ho, menarik” Vyrinuz terdengar sangat senang.
“Dan juga ada alasan lain, kau tau bukan kalau pria gendut itu adalah suami kedua dari ibuku?”
“Jaga bicaramu kak!”Pria muda yang menjadi adik tiriku itu mulai terbawa emosi.
“Aku tau tentang hal itu” Vyrinuz mengangguk pelan.
“Dan semasa ibuku masih memegang tahta, pria tua itu tak begitu memiliki hak untuk mengambil keputusan, apakah kau mengerti?” aku menatap tajam.
“Hmnnn, persekongkolan maksudmu?” kepalanya miring.
“Apa apaan ini?Ini tidak benar!”Panik, itulah yang ku baca dari raut muka Pria tua itu.
“Apa yang tidak benar?Tentangmu yang bersekongkol dengan kakakku?“ Aku meliriknya dengan tajam.
“Seandainya ada bukti, mungkin ini akan menjadi kemenangan telak, huuuh” memain mainkan rambutnya, Vyrinuz tampak bosan.
“Aku punya, aku punya bukti, jadi lepaskan aku” aku melirik ke arah para pengawal istana.
“Lepaskan” pria itu tersenyum lebar.
“Ini, aku selalu membawa ini kemana saja semenjak aku membunuh kakakku, surat yang kau kirim kepada kakakku beberapa hari sebelum kejadian” aku mengeluarkan sepucuk kertas yang tergulung.
“B-bohong, aku bisa saja berbicara langsung dengannya” dia munfur beberapa langkah.
“Kau mengakuinya sendiri, agar tak diketahui kau bersekongkol secara langsung dengannya, kau malah mengirimkannya surat, dan bodohnya dengan inisialmu”
“Huaaaaah, jadi Raja bersekongkol dengan Pangeran untuk membunuh sang Ratu yang pada saat itu memegang kendali terbesar, tapi efek yang bisa dirasakankan hanya kepada Raja, sedangkan Pangeran tak mendapatkan apa apa”
“Ada, kakakku ingin terbebas dari tahta kerajaan, dia lebih memilih menjadi rakyat daripada menjadi seorang Raja, dan Pria itu ingin merenggut harapan kakakku, dia akan dikurung diruang bawah tanah dan mendapat julukan sebagai pembunuh ratu padahal diberi iming iming akan diasingkan ditempat lain, semuanya tertulis disurat bodohmu ini” aku melemparkan surat gulung itu kehadapannya, pria tua itu memungutnya dengan tangan yang bergetar.
“Sepertinya pemenang sudah diketahui” Vyrinuz memandang jijik ke arah Pria tua tak tau diri itu.
“T-tunggu dulu, b-bagaimana dengan aku? Seharusnya dia yang harus ditangkap! Dialah pembunuhnya!” pria tua itu menunjukku dengan jari gendutnya.
“T-tidak mungkin, kenapa ayah sanggup melakukan itu!”Zudfien memandang jijik ke ayah kandungnya.
“Penjaga, tolong jauhkan aku dari pembunuh itu, kurung dia, dan bawakan aku mahkotanya, dia tak pantas mengenakan mahkota yang dipakai oleh mendiang Ratu Viliandra” salah seorang pengawal membawakan mahkota emas yang tadi berada diatas kepala Pria tua itu lalu menjauhkan pria tua itu dari Vyrinuz.Suara teriakan teriakan tak percaya dan menjijikan mulai menjauh dari kami, Cylirs terlihat mulai legah, dan Vyrinuz tersenyum.
“Ambilah ini, Fenrish Ritchloff, Raja dari Rogulstaq, aku merasa terhorman mempunyai sepupu seorang Raja haha” Vyrinuz menyerahkan mahkota ibuku kepadaku, tapi.
“Tidak, aku tak bisa menjadi seorang Raja setelah membunuh kakakku sendiri, jadi, Zudfien Ritchloff, kau lah pemegang tahta Raja Rogulstaq, tetapi dengan syarat kau harus memiliki seorang ratu untuk dijadikan pendamping” aku menyerahkan mahkota itu ke tangan adik tiriku.
“B-bagaimana dengan kakak?” adikku itu menatapiku dengan penuh khawatir dan gelisah.
“Aku?Aku masih memiliki kewajiban lain yang harus ku penuhi dulu” aku berjalan ke arah Cylirs dan merangkul pundak kecilnya.
***
Zudfien menjadi Raja Rogulstaq, Wlemyr mendekam dipenjara bawah tanah kerajaan Rogulstaq, Vyrinuz membiarkan aku dan juga Cylirs tinggal sementara di istana peraknya.
***
“Tuanku, apakah tuan Vyrinuz itu orang yang baik?”Cylirs berjalan disampingku sambil memegang ujung bajuku dan menatap ke arahku, sayu.
Koridor istana ini sedikit gelap, dan kamar yang kami tuju juga sedikit jauh, paparan sinar matahari tak sanggup untuk menggapai lorong ini.
“Ya, dia bahkan memberikan peluang kita untuk lari, dua kali” aku mengelus pelan kepalanya.
“Hah?” dia terlihat bingung.
“Apakah kau ingat ketika kita baru saja sampai, ‘aku diperintahkan untuk menangkapmu, tapi akulah Raja disini’?itu artinya ‘Selagi kau ada disini, masih ada jalan untuk lari’” aku menatapnya.
“Iya, aku ingat, dan satu lagi?” dia menunduk.
“Ketika dimeja makan, dia berkata ‘Akhirnya kau selesai juga’, tak ada Raja yang menunggu tamu untuk menikmati makan siangnya, Raja akan selalu makan tepat waktu walupun itu ada tamu” aku menggenggam tangannya, ketika kami memasuki kamar.
“Aku sama sekali tidak mengerti” dia menggelengkan kepalanya.
“Berarti masih banyak yang perlu ku ajarkan kepadamu, naiklah diranjangmu, akan ku ajarkan sesuatu” aku menghempaskan coat yangku pakai tadi ke atas sofa, lalu ku lirik ke arah Cylirs yang sudah berada diatas ranjang.
“Bukalah bajumu” aku berjalan ke arahnya yang sibuk membuka kancing bajunya.
“Dengarkan setiap perintahku, karena ini akan menjadi pelajaran yang panjang…..”
Ya…
Inilah takdirku…
Takdir yang tadinya ku benci…
Tetapi tetap ku jalani…
Aku hanya menghindar…
Menghindar dari kenyataan…
Kalau takdir itu…
Ada…
END
Produced By : YI, CKP, KPU

0 komentar:

Posting Komentar