By : Hyuuga No Vhie
Like sebelum baca!
“Demi apa Tuan muda. Ini sudah kesekian kalinya kita memecat pelayan pribadimu bodoh. Kau tahu? Bahkan, ia belum lama mencicipi indahnya kerajaan”
Tuan muda kerajaan sebut saja Yuuichi Nakamura yup. Yuu hanya mendesah malas. Baginya mengusili para pelayan kerajaan itu adalah hal yang bisa membuatnya benar-benar bahagia hidup di dalam kerajaan mewah yang dingin ini. kalian mengerti maksudku.
Ya. Yuu bosan. Ia lelah dengan ayahnya. Ia juga benci kehidupannya. Perang perang dan perang demi apa. Hidupnya sangat membosankan. Ia butuh suasana baru. Bukan pelayan baru. Yang sama memuakkan dengan ayahnya.
“Yuu. Ayah tidak mau mendengar berita jika kau memecat pelayan ataupun para prajurit lagi. kuharap kali ini adalah kali terakhirnya”
Yuu berdecak kesal. Apa-apaan ayahnya ini. Menuntut dirinya untuk menjadi bangsawan yang sempurna. Di kelilingi harta dan para pelayan yang seksi dan para prajurit yang siap mati demi dirinya. Sangat membosankan. Lagipula untuk apa prajurit rela mati demi dirinya. Bahkan ia sangat tidak mau nyawanya hilang demi para prajuritnya.
Yuu memainkan cangkir gelas perak miliknya. Ia memang lebih suka menggunakan alat perak ketimbang emas yang terlalu mencolok. Khas seorang Yuuichi Nakamura.
Yuu menggigit bibir bawahnya. Otak cerdasnya menuntutnya untuk berfikir apa yang terjadi selanjutnya. Sebelum telinganya mulai mendengar percakapan kecil antara ayahnya dan yang dapat dipastikan seorang pelayan baru untuk.
Sempurna. Bahkan belum ada satu jam ayahnya mendengar permohonan mengundurkan diri dari pelayannya dan memarahinya habis-habisan ia sudah mendapatkan ganti yang sepertinya,lumayan bagus.
Pintu berlapis emas kamar Yuu itupun terbuka menampilkan sosok pria dewasa sang raja dan seorang pemuda mungil yang belum diketahui oleh sang tuan muda itu.
“Yuu”
Yuu bergumam kecil memutar bola matanya malas. Ia yakin, dalam waktu seminggu ia bisa membuat pemuda mungil itu keluar dari kerajaannya. Atau mungkin malah kurang dari seminggu. Itu perkiraannya.
“Yuuichi Nakamura”
“Yes dad”
“Ini pelayan pribadimu. Namanya Hirosi. Semoga ini terakhir kalinya tuan muda yang bodoh”
Yuu bangkit dari tidurnya setelah mendengar langkah kaki ayahnya menjauh.Menatap pemuda mungil berkacamata kodok itu dengan tatapan yang intens. Jika ia tidak salah ia pernah melihat pemuda itu. Ya, manik hazel pemuda itu sangat mirip dengan Hirosi Kuruto. Putra mahkota dari kerajaan yang dipimpin Adrian Rawlians kerajaan di utara sana yang menjadi musuh dari kerajaannya.
Sebenarnya dulu bukan musuh. Bahkan kerajaan Kuruto itu adalah setengah dari kerajaan miliknya. Namun, karena perpecahan kerajaan Ichi menjadi pecah terbelah. Dan rasa benci Yuu mulai tumbuh saat kejadian itu terdengar di telinganya.
“Hirosi Kuruto”
Yuu menjilat bibir tipisnya menggoda. Sepertinya ini sangat menarik. Seorang pelayan pribadi yang sekaligus anak dari Adrian Rawlians.
“Kemarilah. Aku tahu itu kau”
Yuu menyibak selimutnya mengganti posisi untuk duduk di pinggir ranjang king size-nya. Dengan menampilkan seringai yang menyeramkan dipadukan dengan manik silvernya yang menatap lekat Hirosi.
“Tidak tuanku. Aku bukan Hirosi Kuruto, namaku Hirosi hanya Hirosi tidak lebih”
Yuu mulai mendekati Hirosi yang terus mundur karenanya. Yuuichi Nakamurayang sempurna tidak mungkin salah dengan penglihatannya. Ia jelas masih mengingat jelas manik hazel yang menatap benci padanya saat peperangan tahun kemarin yang memang di pimpin olehnya.
“Baiklah”
Sepertinya kali ini memang pelayanan yang terbaik. Thanks dad.Yuu tertawa kecil melihat pancaran ketakutan dari manik hazel Hirosi.
“Apa yang harus ku lakukan tuan”
Yuu mengecup kilat bibir Hirosi dengan seringai yang masih tercetak jelas di bibir tipisnya.
“Begini. Layani aku dan jangan pernah membantah”
Hirosi menutup mulutnya. Menatap horor ke arah Yuu yang mulai kembali ke atas ranjangnya. Brengsek. Ia harus tahan menghadapi sifat aneh bin ajaib dari tuan muda ini.
“Kemarilah. Aku membutuhkanmu”
Yuu menjilat kopi yang sempat mengenai jari panjangnya. Demi apa tingkat ke bangsawanan Yuu meningkat secara drastis karena bisa membuat seorang pelayan baru yang notabene seorang pemuda berblushing ria.
“Hiro kau tuli atau apa”
“B-baik tuan”
Hirosi merutuk dalam hati. Bagaimana bisa ia gugup. Dan Hell. Ia sangat membenci pemuda ini. Sangat merepotkan.
“Siapkan air hangat untukku dan baju kerajaanku”
=3=
“Hiro”
Dengan takut Hirosi berbalik lalu membungkukkan tubuhnya sopan. Apa-apaan tuan muda ini. Ia benar-benar tidak mau diganggu. Cukup. Ini menghancurkan nama Hirosi yang disandangnya.
“Cium aku”
Hirosi membelalakkan kedua matanya. Kacamatanya bisa pecah hanya karena ini. dasar tuan muda aneh yang merepotkan.
“Hei. kau ini tuli ya?”
Brakk. Hirosi terjungkal dari ranjang empuk itu. tunggu. Ia menghela napas lega saat ia yakini jika yang tadi hanyalah sebuah mimpi.
Manik hazelHirosi menyusuri sekelilingnya. Kenapa tadi ia bisa tertidur di ranjang tuan mudanya itu. Apa yang terjadi padanya. Hirosi menyibakkan selimut tebal dari tubuhnya betapa kagetnya saat melihat tubuh bagian atasnya tidak di tutupi sehelai benang. Dan, sejak kapan ia menggunakan celana selutut.
“Puas tidurnya?”
Hirosi tersentak dari lamunannya saat melihat Yuu yang tiba-tiba ada di depan wajahnya dengan raut wajah yang kesal. Di tambah tangan Yuu mencengkram erat pergelangan tangannya.
“Sakit”
“Kenapa kau bisa pingsan bodoh. Karena kau aku dapat ceramah gratis dari ayah. Merepotkan”
“Maaf”
“Kau tidak bawa baju saat kesini ya?”
“Tidak”
“Pakai bajuku dulu. Bajumu masih dicuci. Siapa suruh jatuh di dalam bathtub panasku. Dasar aneh”
“Terima kasih”
Yuu melirik sekilas ke arah Hirosi. Mendecih sebelum meninggalkan kamar mewahnya.
“Dia itu baik ya?”
Hirosi mengangkat bahunya tak peduli langsung mengambil pakaian yang sempat di lemparkan tuan mudanya itu.
“Tapi sayang dia sombong”
=3=
Demi apa. Ini sudah hari ketiga. Peperangan kecil yang ia buat sama sekali tidak digubris oleh pelayannya. Dan, lihatlah. Hirosi masih tersenyum dengan aneh kepadanya. Dan, ia masih bertahan dengan sifat kejam dan tidak berperasaan yang dilemparkan tuan mudanya. Demi apa. Yuu bisa gila jika begini.
Yuu melirik sinis ke arah Hirosi yang masih setia meracik teh hijau untuknya. Demi apa, jika ia tidak bisa mengusir Hirosi dari kerajaannya. Ia sudah menjatuhkan nama Yuuichi Nakamura.
“Ini tuan muda sudah jadi”
Yuu meraih gelas perak miliknya. Tanpa ia sadari darah mengucur dari lubang hidungnya. Damn, ini sudah ketiga kalinya ia seperti ini saat ia melihat peluh di pelipis Hirosi.
“Tuan muda. Hidung anda”
“Bukan urusanmu”
Jangan. Yuu sudah menjerit dalam hatinya. Terus mengucapkan kata yang sama bagaikan mantra. Sekarang ia bertekad untuk membuat Hirosi pemuda yang manis menurutnya itu. Tunggu. Yuu menepuk dahinya. Mulailah perang batin antara hati dan kepalanya hanya karena sebuah kata manis untuk Hirosi.
“Tuan muda anda kenapa”
“Diam di tempat bocah”
Yuu menghentikan langkah Hirosi yang mulai mendekatinya. Jantung Yuu mulai berdegup kencang. Hei, apa maksudnya ini. ia tidak memiliki penyakit jantung. Tapi, kenapa jantungnya berpacu dengan cepat.
“Bagus. Sekarang aku mau kau menghitung berapa banyak bintang di matamu”
Oops. Yuumengulum bibir tipisnya rapat. Kenapa bisa ia mengucapkan kata itu. Demi apa. Ia seperti bukan Yuuichi Nakamura saat ini.
“Lupakan perkataanku”
=3=
Hirosi berjalan-jalan kelilingi kerajaan. Ini sudah hari ke empatnya ia di sini. Namun, kenapa ia baru menyadari jika kerajaan ini begitu luas dan membuat kakinya pegal. Bersiul kecil saat ada burung burung kecil terbang di sekitarnya.
“Hiro”
Panggilan itu. Panggilan yang pernah ada dalam mimpinya. Dan orang yang memanggilnya seperti itu hanya tuan mudanya Yuuichi Nakamura.
Jemari panjang Yuu telah menyapa bahu sempitnya. Demi apa. Ia bisa mati seketika saat mengingat kejadian di mimpinya. Hanya bisa berharap jika mimpinya tidaklah menjadi nyata. Karena jika menjadi nyata ia bersumpah akan membunuh tuan mudanya sendiri. Dan pergi ke utara.
“Berbaliklah”
Dengan penuh keberanian Hirosi mmembalikkan tubuhnya. Dalam hati ia akan bertekad membunuh orang yang bernama Yuuichi Nakamura jika benar mimpinya menjadi sebuah kenyataan.
Mata Hirosi melebar saat dirasakan belahan benda kenyal menyentuh permukaan bibirnya. Demi apa. Pemuda berambut blonde itu telah merebut kesucian bibirnya untuk kedua kalinya.
Bugh.
Hirosi langsung pergi meninggalkan Yuu yang menyeringai penuh kemenangan saat telah mendapatkan pukulan telak dari pelayannya sendiri. Sudah bisa dipastikan jika pemuda berkacamata kodok itu akan pergi dari istananya. Gotcha.
=3=
“Yuu. Apa yang kau lakukan sehingga Hirosi mengundurkan diri. Bukankah sudah kubilang. Ini yang terakhir Yuu. Aishh”
Yuu hanya menutup kedua telinganya jengah. Ayolah, ia ingin menikmati secangkir teh hangat yang telah susah payah ia buat dengan tenang. Walaupun teh buatannya tidak senikmat teh yang dibuat Hirosi.
“Yuu, perdana menteri kerajaan memanggilmu untuk rapat dengannya. Kerajaan Kurutodi utara sana mengibarkan bendera perangnya pada kerajaan Ichi. Sebenarnya apa yang kau lakukan. Ini bukan tanggal peperangan yang dijanjikan tiap tahun. Jawab aku”
Memang benar. Setiap tahun kerajaan Ichi dan Kuruto mengadakan peperangan. Hanya untuk merebut setengah kerajaan yang hilang itu. Jika kerajaan Ichi yang memenangkan peperangan otomatis kerajaan Kuruto akan menghilang. Begitupun sebaliknya. Namun, setiap tahun kedua kerajaan itu selalu mendapat kata ‘draw’.
“Maksudmu dad? Mereka mengajukan perang sebelum waktunya?”
Yuu melirik ayahnya dengan tatapan kaget. Apa benar kerajaan yang dipimpin Adrian Rawlins kakak ipar dari ayahnya itu mengibarkan bendera perang padanya. Demi apa. Dan jangan bilang jika yang memimpin perang kali ini adalah orang yang sama seperti perang tahun lalu yaitu Hirosi Kuruto.
“Yuu. Kenapa kau diam saja bocah. Cepat sana ke perdana menteri kerajaan. Jangan lupa pakai baju kebanggaanmu”
“Sudah dad”
“Kalau begitu apa yang kau tunggu bodoh”
Dengan cepat Yuu keluar dari kamarnya. Menyusuri lorong kerajaan yang sangat panjang dan luas. Mengumpat kesal saat mengetahui jika ruangan tempat perdana menterinya itu sangat jauh dari kamarnya.
“Berarti Hirosi pelayanku kemarin itu. . .”
“Akhirnya anda datang juga tuan muda”
Yuu hanya mendelik kesal melihat pria paruh baya yang membuatnya hampir kehilangan jantungnya. Tunggu. Ia sudah berada di depan perdana menterinya. Haruskah ia bersujud syukur atas itu semua. Akhirnya, ia menemukan ruangan perdana menterinya itu.
“Mari masuk. Setengah inti dari para prajurit sudah ada di dalam”
Bolehkah ia membenturkan kepalanya. Hei, ia belum sempat untuk beristirahat setelah mengelilingi istananya sendiri. Dan, sekarang haruskah otaknya diperas habis-habisan.
Demi apa. Ia terlalu dimanjakan oleh para pelayan pribadinya. Karena biasanya ia tak pernah mengikuti rapat yang menurutnya konyol ini. Ia hanya membuat masukan. Diberikan ke pelayan pribadinya dan selesai. Ia hanya menunggu hasil rapatnya sambil menikmati indahnya kerajaannya. Tunggu, kerajaannya membosankan sama sekali tidak indah.
“Tuan muda, anda melamun”
“Tuan muda kita harus mengubah taktik perang yang sudah anda usulkan kepada kami waktu itu”
Salah satu prajurit kerajaan berucap sambil mengacungkan tangannya membuat Yuu menatap prajurit itu dengan tatapan bingung.
“Memangnya ada apa? Bukankah aku sudah memberikan usulanku waktu itu. Dan itu cukup bagus”
“Taktik itu sudah bocor tuan muda. Orang itu menarik paksa lembar yang anda buat dariku. Maafkan aku”
Manik silver Yuu mulai berkilat marah. Ayolah, ia selalu membuat taktik baru setelah ia selesai berperang. Dan, siapa yang dengan senang hati membocorkan taktik gila yang bagus menurutnya.
“Tidak apa. Kita gunakan saja semua taktik perang yang pernah kita lakukan sebelumnya bukankah itu menarik”
Tuan muda yang sangat gila.
“Tapi, untuk kali ini bukan aku yang memimpin perang. Aku akan ada di belakang kalian. Mengerti”
=3=
“Kalian mengerti”
Para prajurit itu mengangguk kecil. Demi apa. Tuan mudanya sangat cerdas hingga bisa mencuri taktik yang akan digunakan sang musuh untuk mengalahkannya.
“Bagaimana bisa anda mendapatkannya tuan muda”
“Kalian seharusnya tahu jika raja dari Ichi itu sangat bodoh hingga mengizinkanku untuk menyusup ke kerajaannya”
Sangat cerdas bukan. Atau memang sang raja dari Kerajaan Ichi yang kalut memikirkan tingkah putranya jadi tidak terlalu melihat jeli padanya. Entahlah.
“Tapi, yang lebih bodoh adalah sang putra mahkota di sana. Yang sudah tahu mengetahui diriku. Namun, masih mengizinkanku tinggal di sana”
Tawa renyah keluar dari mulut para prajuritnya bahkan sang putra mahkota pun tak luput dari hari bahagia ini. menurutnya begitu. Setidaknya, ia punya keyakinan penuh jika ia bisa menang dari kerajaan Ichi itu. dan tidak ada kata draw lagi.
=3=
Derap kuda melangkah mulai terdengar dari kejauhan. Sudah bisa dipastikan jika pasukan dari kerajaan Ichi datang di tengah tanah lapang itu.
Gotcha. Kemenangan milik kerajaan Kuruto dan. Tunggu. Bukankah yang memimpin perang itu Yuu. Kemana rambut pirang halus itu. Manik hazel pemuda yang menyandang gelar pangeran mahkota itu mulai mencari sosok Yuuichi Nakamura. Namun, nihil. Tidak ada seujung rambutpun.
“Kemana pemimpinmu”
“Kali ini aku yang memimpin perang”
Tanpa ada aba-aba seluruh pasukan prajurit yang ada di belakang sang putra mahkota kerajaan Kuruto itu mulai menyerang pasukan kerajaan Ichi. Ini diluar rencana. Seharusnya, ia bertarung dengan putra mahkota Ichi. Namun, terserah para prajuritnya saja. Toh, yang putra mahkota Kuruto ini cari tidak ada.
Berbalik menjauh dari adu pedang dan darah itulah yang sekarang putra mahkota Kuruto lakukan. Merepotkan, dan menyebalkan. Ia sangat benci jika apa yang menjadi keinginannya tidak dapat ia dapatkan.
“Lari sebelum berperang hm. Tuan muda Hirosi Kuruto”
Putra mahkota kerajaan Kuruto yang bername tag Hirosiitu menghentikan langkah kaki kudanya. Ia sangat mengenal suara ini. Suara yang selalu mengatakan kalimat-kalimat kasar dan manis yang sangat random. Itu suara Yuuichi Nakamura. Putra mahkota dari kerajaan Ichi.
Dengan gesit Hirosi berdiri membalikkan tubuhnya dengan menodongkan pedang silver miliknya tanpa memikirkan keadaan sang kuda akibat gerakan tiba-tiba yang ia buat.
“Hoo. Tidak sewajarnya seorang pelayan mengangkat senjata pada tuannya”
Hirosi berdecih tak menjawab. Ia mulai loncat dari kuda putihnya. Tangannya masih setia mengangkat senjatanya kepada sang musuh yang telah merebut firts kiss dan second kiss miliknya.
“Kenapa tidak menjawab cantik”
Hirosi mendorong kasar tubuh Yuu hingga terjatuh dari kudanya. Manik hazel miliknya berkilat penuh kebencian. Ia menindih tubuh Yuu dengan pedang silvernya yang masih mengacung seakan bernapsu untuk membunuh seseorang.
“Yuuichi Nakamura”
Hirosi meludah ke wajah tampan sang putra mahkota Ichi yang berada di bawahnya itu. Menggesekkan perlahan ujung pedang silvernya di pipi sang putra mahkota Ichi.
“Sekarang kau kalah di tanganku. Akuilah kekalahanmu ini tuan muda Yuuichi Nakamura”
Hirosi tertawa renyah mendengar penuturannya sendiri. Kali ini ia mendapatkan setengah bagian kerajaannya yang hilang. Ini mimpi indah untuknya.
“Tentu. Aku kalah dan terjatuh dalam pesonamu”
Gila. Pemuda dihadapannya ini benar-benar gila. Demi apa. Pipi putih mulusnya sudah bisa dipastikan memerah sempurna. Sialan. Ia terjebak dalam posisi aneh menurutnya.
“Bukankah setelah kita menikah kita bisa mendapatkan kerajaan kita secara utuh”
Damn. Otak Hirosi mulai kacau mendengar perkataan itu. perkataan yang seolah menyogoknya dengan kata ‘kerajaan utuh’. Itu sangat menggiurkan baginya. Secara, selama ini hanya satu kerajaan utuh yang ia incar dalam pertarungan ini.
Coba saja. Pertikaian tidak terjadi antara ayahnya dan juga ayah Yuu. Mungkin kerajaan itu seutuhnya miliknya. Sayang sekali. Semuanya sudah hancur begitupun kerajaan leluhurnya.
“Bukankah itu tawaran yang menarik tuan muda Hirosi Kuruto”
Hirosi menekan ujung pedangnya ke pipi Yuu . Membuat sang putra mahkota yang berada di bawahnya itu meringis kesakitan. Sedangkan sang pelaku malah tersenyum puas melihat hasil karyanya yang ada di pipi lembut putra mahkota Ichi itu.
“Bermimpilah tuan muda Ichi”
“Semua mimpiku menjadi sebuah kenyataan yang indah”
Twitch. Dahi Hirosi berkedut kesal. Pipinya memerah menahan marah dan malu sekaligus. Ayolah. Coba saja kau ada diposisi Hirosi itu mengesalkan sangat.
“Bukankah dilarang untuk saling melukai selain para prajurit tuan muda”
=3=
Yuu menatap datar ke arah Hirosi yang sedang menuangkan teh hijau kesukaannya. Kacamata kodok membingkai manik hazel itu. Kulit putih mulus yang terbungkus oleh baju pelayan yang sangat pas. Demi apa. Yuu sangat menyukai tontonan barunya ini.
Setelah perang selesai. Lebih tepatnya belum selesai. Adrian Rawlians menemukan Hirosi yang menggoreskan pedang ke pipinya. Membuat sang raja dari Kuruto merasa bersalah. Berhubung di perjanjian awal yang boleh melukai dan terluka hanya prajurit bukan sang pemimpin perang. Peraturan yang aneh.
“Kenapa teh buatanmu nikmat”
“Karena kau aku harus menjadi dayang mengerikanmu. Demi apa. Kau menggunakan trik konyolmu yang lalu. Arghh”
“Setidaknya aku tidak melakukan sebuah kebohongan”
“Ya kau tidak berbohong. Karena kau berada di belakang prajurit yang ngaku-ngaku itu sambil berteriak ‘kali ini aku yang memimpin perang’ menggelikan”
Yuu tertawa kecil. Menarik pergelangan tangan Hirosi untuk mendekatinya.
“Dan setidaknya warna rambutku indah”
“Perang tidak akan berakhir”
“Sayang sekali sayang” Yuu mencubit gemas pipi Hirosi. “Perang sudah berakhir. Karena ayahku telah menghapus perjanjian konyol itu”
“Apa?”
“War war war” Yuu menempelkan belah bibirnya di pipi Hirosi sambil mengedipkan sebelah matanya. “Hidup itu indah”
“Sialan kau”
See. Perang antara kedua kerajaan memang sudah berakhir. Tapi, sangat disayangkan perang antara Yuu dan Hirosi sepertinya sulit untuk didamaikan. Walaupun diantara mereka sudah ada suatu hubungan yang ditutupi oleh keduanya. Terutama Hirosi yang masih malu untuk mengakui hubungan mereka.
“Hiro. Love you”
=3= War in Love =3=
Produced By : YI, CKP, KPU
0 komentar:
Posting Komentar