Syal Spesial (Lomba Cerpen Gay bertema Kerajaan)


By : Ai Jun Walfi
Like dulu baru baca!
Tallo menjadi satu-satunya kerajaan di tanah makassar yang tetap mempertahankan ke-eksis-annya hingga zaman modern seperi sekarang. Meski tidak menjadi bagian dari pemerintahan, Tallo tetap mendapat posisi yang tinggi di mata masyarakat. Di bawah pemerintahan Raja Tallo ke-27 kerajaan ini semakin maju di antara pemerintahan yang republik. Raja yang begitu agung dan bijaksana. Beliau hanya memiliki satu putera dari belasan selir miliknya. Ya! Hanya seorang putera mahkota. Pewaris tunggal kerajaan Tallo.
Paduka putra mahkota baru saja tiba. Sinar matahari yang begitu terik membuat kulit wajahnya yang begitu ramun terlihat memerah. Songkok pamiring yang ia kenakan sudah mendarat di ranjang king size miliknya. Tanpa pikir panjang ia membuka jas tutup dan sarung sutera yang ia kenakan. Kini badannya yang begitu mulus terekspos jelas. Bulu halus yang menghiasi perut ratanya terlihat menjalar dari bawah pusarnya hingga menghilang di balik celana mini ketat yang ia gunakan. Terlalu ketat untuk menutupi gundukan besar di baliknya. Sepasang nipplenya yang tampak kemerahan tertancap pada dadanya yang sexy. Tak berotot tapi cukup nyaman untuk di pandang.
Dua jari jumpolnya telah ia sisipkan kebalik karet boxer mini yang ia kenakan. Siap untuk membukanya dengan sekali tarikan. Tapi, suara ketukan pintu membuatnya menarik kembali tangannya dan meraih bath robe warna merah miliknya.
Berselang beberapa detik setelah itu, pintu kamarnya yang besar terbuka. Terlihat Tuan Badong -sekretaris pribadinya- bersama seorang pelayan yang membawa nampan berjalan melewati pintu kayu berwarna putih itu. Aroma teh melati mulai merebak ke setiap sudut ruangan pribadi pangeran. Pangeran lalu memposisikan diri pada kursi empuk berwarna merah di tengah kamar dengan meja keramik berbentuk lingkaran. Menanti pelayan itu meletakkan ramuan yang ia harap dapat menghilangkan kepenatannya.
“Paduka. Sore nanti paduka akan bertemu dengan Raden Mas Bayu Cipto.” Pria jangkung dengan badan cukup gempal itu membuka buku catatan kesekretariatan yang di pegangnya.
“Apa bisa ....” Ia menyeruput Tehnya tanpa memperhatikan Tuan Badong.
“Tidak Pangeran! Ini adalah hari terakhir kunjungan beliau di Makassar. Malam nanti beliau akan bertolak kembali ke Solo jadi, paduka raja memerintahkan agar yang mulia pangeran untuk memberikan cendramata sarung sutera kepadanya.”
“Hm.. Kau selalu tau bagaimana cara merusak mood seseorang. Oh ya! Bukankah malam ini......?”
“Ya tuan. Malam ini ia akan datang” Tuan Badong mengangguk pelan.
“Oh! Baguslah. Ku rasa aku benar-benar harus belajar sekarang” Tersenyum aneh.
“Saya rasa cuman itu. Saya pamit” ia berbalik dan berlalu pergi.
~*~
Rasa galauku kini mulai membunca. Aku beum juga menentukan pilihan diantara deretan baju milikku. Aku ingin tampil menawan malam ini. Harus ada kesan indah dipertemuan awal kami. Ya, sebentar lagi aku akan menemui guru privat pribadiku yang baru. Aku suka padanya saat melihat fotonya. Akhirnya ku jatuhan pilihan pada kemeja merah polos lengan pendek dan celana kain elastis selutut berwarna hitam yang body fit. Mungkin warna merah akan membuat kulit putihku terlihat lebih sexi.
Sekarang aku memamerkan senyumku yang paling manis pada cermin besar di depanku. Mematut tubuh di depan cermin adalah hal yang paling kusukai karena aku bisa menikmati betapa indahnya lukisan tuhan pada tubuhku. Mencoba beberapa ekspresi yang mungkin akan membuatnya tertarik. Segera ku tepuk kedua pipiku. Aku tak mau menghayal terlalu jauh. Aku harus sadar siapa diriku ini. Matahari dari tanah makassar. Tapi haruskah aku menyiksa diri karena posisiku?
Ketukan pintu membuyarkan lamunanku. Aku segera duduk manis di kursi empuk berwarna merah di tengah kamar dengan meja keramik berbentuk lingkaran di depannya. Pikiranku sudah membayangkan sosoknya yang begitu tampan. Wajahnya yang khas pribumi. Kulitnya yang bersih berwarna kuning langsat. Rambut ikalnya. Bulu mata lentik dengan lensa berwarna coklat terang. Sungguh pria pribumi yang jarang di temukan tandingannya. Belum lagi jika di tanya soal pendidikannya. Lulusan terbaik dari Kairo. Penerima beasiswa penuh dari negara. Namanya Reyas Wisesa.
“Pangeran Arjun, saya...” Tanpa ku sadari dia telah berdiri di depanku sambil tersenyum. Oh, dia lebih tampan dari yang di foto. Lesung pipinya mengikat binar mataku.
“Reyas Wisesa. Lulusan terbaik dari Kairo. Pembimbing baruku” potongku.
“Sepertinya anda membaca jurnalku dengan teliti.” Ia menyunggingkan senyum merona bahagia.
“Tak usah formal dan gugup seperti itu. Aku tak suka. Panggil aku Arjun” kuulurkan tanganku.
“Tapi...” ekpresi aneh menghapus senyumnya lalu menyambut tanganku. Hangat. Tegas. Aku berasa mendapat energi dari sentuhan tangannya.
“Aturan kerajaan,..., bla..bla.. bla” aku mulai mengoceh. Ia kembali tersenyum dan sedikit menunduk. Memamerkan lesung pipi yang begitu pas dengan senyum manis yang menampilkan deretan gigi putihnya.
“Bagaimana kalo Andi? Ya itu nama depan anda dan setidaknya itu terdengar lebih menghargai darah biru anda.” Ungkapnya menepuk tanganku dengan tangan kirinya karena tangan kananku masih saja menjabat erat tangannya tanpa kusadari.
“Baiklah. Tapi jangan terlalu formal, hallow?! Kita hanya selisih tiga tahun. Aku tak ingin kelihatan tua. Ini sudah modern. Yah walaupun kita masih dalam lingkup kerajaan ini.” Walau enggan, ku lepaskan tangannya yang begitu kokoh.
~*~
Reyas tertegun. Dia masih tak menyangka ia berhasil memasuki istana dan bertemu seorang pria yang membuatnya meneteskan air liur. Begitu menggemaskan dan tampan. Entah karena perawatan atau memang warna kulit alami Pangeran Arjun adalah putih mulus, sangat kontras dengan sepasang bola matanya yang coklat muda, dinaungi oleh sepasang alis yang hitam lagi tebal. Sangat menggoda.
Tatapan mata Reyas turun ke bawah; membayangkan tubuh mulus yang duduk di depannya menjadi miliknya seutuhnya. Pipinya kembali panas ketika ia memandang stile semi formal yang di tunjukan Pangeran Arjuna. Pemandangan itu begitu menarik mata untuk di lihat. Kemeja merah yang di kenakannya membuat kulitnya tampak eksotis.
Ya, Tuhan, cukup. Mata Reyas perlahan-lahan kembali naik dan naik, memandangi dada bidang dan dagu indah, bibir penuh dan menuju mata elangnya. Reyas bahkan tidak pernah memimpikan prince charming se-charming Arjuna.
Ia membuka percakapan. Tapi, dekan sekejap Pangeran Arjun menguasai percakapan dan bersikap begitu santai padanya. Ia tak tau, apa pangeran juga bersikap demikian pada guru lamanya. Tapi jika demikian, atas alasan apa guru lamanya meninggalkan istana? Apa pangeran gay lalu menggodanya?
Ah! Pikirannya buru-buru disimpan. Mana mungkin calon Raja kerajaan Tallo adalah seorang gay seperti yang selalu di bayangkannya. Masih sedikit canggung, ia akhirnya mengalah dan menuruti perintah pangeran untuk memanggilnya dengan nama depannya -Andi- yang tak lain merupakan gelar kebangsawanan Bugis-Makassar.
~*~
Mereka akrab dengan cepat. Hampir tak ada lagi batasan saat mereka bersama. Tapi, tentu tak satupun dari mereka sadar bahwa mereka sama. GAY. Karena tak satupun dari mereka yang mau mengungkapkan perasaannya. Mereka tak mau merusak hubungan mereka. Mereka sudah seperti saudara. Begitu paham satu sama lain. Tak hanya dalam pembelajaran, Arjun juga sering bertandang ke faviliun utara tempat tinggal Reyas –Reyas diijinkan untuk tinggal di istana merupakan keistimewaan yang di berikan Raja Tallo Ke-27 atas petisi Putra Mahkota Arjun– sekedar untuk berbincang dan bercanda saat mereka berdua punya waktu luang tentunya.
~*~
“Daeng sedang apa?” Arjun memecah keheningan.
“Andi? Kau belum tidur?” Reyas memandang Arjun dan jam tangannya silih berganti. “Ini sudah lewat tengah malam.”
“Eh, aku menyiapkan hadiah untukmu.” Ucap Arjun akhirnya teringat dengan kadonya. Pemuda manis itu menyodorkan sebuah kotak berbungkus warna-warni pada Reyas. Pemuda manis itu tertawa geli ketika melihat ekspresi Reyas yang keheranan. “Jadi kau belum sadar?” Arjun melemparkan pertanyaan sambil duduk di samping reyas.
Reyas menggeleng pelan. Cahaya bulan yang menyinari taman belakang istana membuat nuansa terlihat begitu romantis. Remang. Dingin. Langit cerah bertabur bintang. Mereka duduk berdampingan. Begitu dekat. “Kau harusnya memakai pakaian tebal. Di sini sangat dingin.” Reyas melepaskan sweeter rajut miliknya dan di sanggahkan ke bahu Arjun.
Arjun tersenyum sambil mendekap dirinya sendiri. Menikmati aroma khas Reyas dari sweeter yang kini menyelimuti tubuhnya.
“Daeng tidak mau membukanya?!” matanya melirik kotak yang diberikannya tadi.
“Tentu” senyum menawan itu kembali tersimpul lengkap dengan lesung pipi yang membuat Arjun semakin jatuh cinta.
Srek! Srek! Srek!
“Wooow!” Reyas bergumam kagum melihat syal yang disiapkan untuknya, sebuah syal berwarna Merah menyala dengan inisial R di ujungnya.
“Aku membuatnya sendiri, loh…” ujar Arjun bangga. Sebenarnya tanpa berkata seperti itu pun Reyas sudah sangat tahu jika syal ini hasil buatan Arjun sendiri.
“Jadi inilah yang membuatmu kurang tidur dan malas belajar akhir-akhir ini?” sorot mata Reyas begitu teduh menatapnya.
Arjun mengangguk pelan sambil menunduk dan tersenyum puas. “Happy Birthday Daeng. Semoga daeng belum mau menikah dan lalu meninggalkanku”
Reyas tertawa geli melihat Arjuna mengucapkannya begitu serius. Sampai senyumnya berganti dengan bibir monyong pada akhir kalimatnya. Ia lalu mengacak rambut Arjun dengan mesrah. “Makasih ya!” katanya lalu megecup puncak kepala Arjun.
“Kembali Kasih Daeng” Arjun tersenyum manis.
“Aku coba pakai ya!” ucap Reyas langsung mengalungkan syal itu ke lehernya, “Awww!!!”
“Kenapa kau menjerit kesakitan?” tanya Arjun heran.
Reyas melepas syalnya dan melihat ada sesuatu yang tidak beres di dalam syal itu, “Syal ini… masih ada jarumnya…”
Arjun menggaruk belakang kepalanya-malu. “Sakit yah? Di mana?” Raut mukanya khawatir.
Reyas menunjuk pangkal lehernya. “Makanya jangan Terburu-...” kalimatnya terhenti. Nafasnya tercekat. Kaget. Tapi ia tak mau bergerak. Bulan purnama diatas mereka membisikkan simponi indah bersama daun pohon rindang di belakang mereka yang di terpa angin. Betapa tidak, saat ini Arjun mengecup pangkal lehernya -tepat pada bekas tusukan jarum tadi- dengan bibirnya yang terasa hangat. Sangat hangat di tengah cuaca yang cukup dingin.
Nafas Arjun jelas terasa di lehernya. Membuat nafsunya naik. Jantungnya berdegup kencang. Ia masih menatap nanar penuh rasa tak percaya.
Merasa tak mendapat perlawanan, Arjun mulai mencumbu leher Reyas dengan mesrah. Menjilat jakun Reyas yang sedari tadi naik turun menelan ludah. Tangannya melakukan gerakan sedikit seduktif dengan membelai pipi Reyas hingga turun ke lehernya. Guru pembimbingnya itu bergetar di bawah sentuhannya. Sang pangeran cukup senang dengan respon dari tubuh Reyas. Tangan Arjun membelai dada Reyas kemudian turun menuju perutnya yang memiliki abs.
Reyas menatap penuh arti ketika Arjun menghentikan lumatannya dan menatap matanya. Reyas seolah mengisyaratkan protes – mengapa kau berhenti?- Arjun menggenggam pergelangan tangan Reyas, membawa telapak tangan sang pemuda berlesung pipi menuju dadanya dan menyentuh putingnya di balik kaus yang tipis.
“Ohhh…” Arjun mendesah dengan mata terpejam dan bibir terbuka. Meski desahannya pelan, Reyas tetap bisa mendengar desahan surgawi Arjun itu, membuat kejantanannya di balik jeans semakin menegang.
“Hhhh… Ndi’…” Reyas memeluk Arjun hingga tubuh keduanya menempel sempurna, kemudian menangkap bibir Arjun kedalam ciuman panas penuh nafsu. Reyas menjilat-jilat bibir bawah Arjun, mengemut dan menghisapnya membuat bibir bagian bawah Arjun memerah. Arjun yang juga tidak mau diam saja ikut menjilat bibir atas Reyas, kemudian menjulurkan lidahnya untuk masuk ke dalam mulut Reyas.
Satu tangan Reyas menekan leher Arjun, sedangkan tangan lainnya merangkul pinggang ramping sang pemuda manis, membuat permukaan tubuh keduanya semakin menempel. Beberapa menit kemudian Reyas mendorong tubuh Arjun sedikit, membuat pautan bibir keduanya terlepas. Reyas merasa bersalah. Ia tak seharusnya begini, meski ia sangat menginginkannya.
Arjun menatap mata Reyas yang memancarkan penyesalan. Ia meletakkan kedua telapak tangannya pada kedua pipi Reyas. Lalu mereka saling memandang.
“Kau tidak salah. Tak ada yang salah. Bukankah Daeng juga menginginkanku? Lalu kenapa? Malam ini akan kuserahkan keperjakaanku hanya pada daeng.” Arjun membelai pipi Reyas dengan jari telunjuk. Lembut. Sangat lebut dan sensual.
“Benarkah? Kalau begitu, kau adalah syal teristimewa yang pernah ku miliki. Dan tentu kau punya jarum yang tak akan menusukku” Reyas tersenyum nakal lalu meremas gundukan di balik celana Arjun. Begitu juga Arjun.
Arjun merermas penis Reyas yang masih berbalut celana jeans. “Oooh… Shit!” erang Reyas sambil memejamkan matanya. “Give me everything tonight”
Arjun mendekatkan bibirnya di depan telinga Reyas, “Kalau begitu ayo kejar aku.” bisiknya dengan suara seduktif lalu mencium pipi Reyas dan berlari menuju kamarnya. Suasan istana sudah cukup sepi karena ia berada di faviliun belakang dan sekarang sudah lewat tengah malam itu artinya para pengawal sedang mengadakan jam pertukaran. Ia tersenyum bahagia melihat Reyas berlari dengan semangat di belakangnya. Menyusuri koridor istana tanpa peduli ada orang lain yang mendengar langkah penuh nafsu mereka. Toh takkan ada yang curiga pada mereka. Mereka memiliki jenis yang sama.
~*~
Reyas berjalan mendekat, menatap Arjun lekat-lekat yang kini sedang duduk di atas kasur. Pemuda tampan bertubuh atletis itu dalam waktu beberapa detik sudah berada tepat di hadapan Arjun, tangannya yang besar membelai leher jenjang si pemuda manis, memijat-mijat pada perpotongan lehernya, membuat Arjun mendesah dengan suara sensual.
Jantung Arjun berdebar tak karuan, wajahnya memanas dan tubuhnya serasa kaku. Reyas sendiri tidak jauh berbeda, hanya saja ia bergerak menuruti instingnya untuk memuaskan pria pujaannya.
Reyas mendekatkan wajahnya hingga berjarak kurang dari satu senti dengan wajah Arjun. Membelai bibir Arjun menggunakan lidahnya yang basah. Pemuda manis itu juga menjulurkan lidahnya hingga bertemu dengan milik Reyas yang sudah terlebih dahulu menari diatas bibirnya. Pemuda tampan berlesung pipi itu terlihat sangat ahli dan lihai mendominasi Arjun yang memilih untuk diam serta tidak berdaya.
“Uhhh…” Arjun mengerang saat lidah Reyas membelai langit mulutnya, tngan putih Arjun mencengkram erat kemeja yang dikenakan oleh Reyas, menarik Reyas utuk memperdalam jelajah lidahnya di mulut mungilnya. Reyas sendiri sebenarnya sedikit merasa ragu, hanya saja reaksi Arjun yang manis membuatnya lupa daratan.
Merasa Arjun sudah kehabisan napas, Reyas melepaskan pautan bibirnya sejenak, menciptakan sebuah benang dari liur terlihat diantara dua belah bibir yang tadinya saling menyatu itu.
Arjun berpindah keatas pangkuan Reyas. Membuka satu persatu kancing baju Reyas hingga memperlihatkan body Reyas yang cukup berotot. Reyas sendiri juga tidak mau kalah dan melakukan hal yang sama. Bahkan lebih. Reyas membuka celana Arjun. Betapa kagetnya ia ketika mengetahui bahwa Pangeran Cute itu ternyata tak memakai celana dalam. Ternyata dia memang niat melakukannya balam ini. Batinnya.
Arjun menyibukan diri dengan memeluk lawan mainnya erat-erat, mengakibatkan putingnya yang berwarna peach bergesekan dengan puting kecokelatan Reyas. Hawa di dalam ruangan itu semakin panas. Kulit seputih susu itu benar-benar membuat Reyas menjadi semakin mabuk kepayang.
Pipi Arjun sedikit merona kemerahan, baru kali ini dirinya telanjang karena dicumbu oleh seseorang. Karena tidak tahu apa-apa lagi yang harus dilakukan setelah ini, dirinya membiarkan Reyas meraba-raba tubuhnya, tangan besar lawan mainnya itu mengelus-elus punggung halusnya, sedangkan bibirnya mengecup-ecup leher jenjang si pemuda manis, membuatnya sedikit terkikik kegelian. Namun, lama-lama kecupan itu terus turun hingga ke puting Arjun.
“Ahhh!!!” Arjun menjerit kaget ketika Reyas melahap penisnya dengan hot. Lidahnya yang basah dan hangat membalut penis kecilnya dengan sempurna. Reyas memain-mainkan lidahnya menjilati kepala penis yang sudah mengeluarkan pre-cum itu menggunakan gerakan intens. Hasrat Arjun benar-benar sudah berada di ubun-ubun. Ia merubah posisi menjadi 69.
“Slrrp… Hmmmh…” Arjun mulai memanjakan penis besar reyas yang dari tadi menganggur di dalam mulutnya. Ia sedikit kaget saat kepala penis Reyas menyundul pipi gembulnya. Arjun menelan ludahnya sendiri gugup, penis Reyas benar-benar besar! Penis dengan warna gelap dengan ujung keunguan terlihat sangat keras. Penis yang sebentar lagi akan memperjakainya.
Lidah Arjun menyapu kepala penis Reyas, menjilatinya seperti lolipop. “Mmm…” Arjun mengerang saat Reyas memainkan twins ball-nya, membuat pemuda manis itu makin menggila. Rambut cokelatnya yang berkilauan kini terlihat berantakan namun berkesan seksi, bibir merahnya belepotan liur sedangkan penis mungilnya masih basah dan tegang karena Reyas belum menggiringnya sampai puncak.
Reyas menaruh tangannya di bawah sisi pantat Arjun, membimbing cowok itu ke atas wajahnya sampai holenya berada tepat di depan wajahnya. Aroma Arjun begitu seksi, dan Reyas menarik napas dalam. Jika ada seorang pria yang ingin Reyas cicipi, pria itu adalah Arjun. Reyas terus memutar lidahnya di sekitar hole Arjun, dan berjuang untuk berkonsentrasi karena Arjun telah memindahkan tangan ke bola-bolanya dan membelainya, dan bibir Arjun menutupi kepala ereksinya, naik turun perlahan-lahan sepanjang kejantanannya, bahkan ketika merasakan tangan Arjun sekarang bermain di atas nipple kecilnya. Sangat nikmat. Reyas nyaris berhenti bernapas ketika ia merasa kepala kejantanannya yang membesar menyentuh bagian belakang tenggorokan Arjun.
Tiga jari Reyas yang basah dengan liurnya langsung melesak masuk ke dalam lubang Arjun, meski berkesan terburu-buru, karena Reyas sudah tidak dapat lagi menahan nafsunya yang di ubun-ubun.
“Nggh…” Arjun mengerang kesakitan, tapi dirinya tidak ingin Reyas berhenti melesakkan jarinya yang besar dan panjang. Reyas sendiri juga tidak ingin Arjun merasa kesaitan, oleh karena itu tangannya yang lain memainkan puting Arjun.
“Ahh!!!” Arjun menjerit keras, tubuhnya seakan menegang dalam seper-sekian detik karena Reyas menumbuk satu titik spesial di dalam anusnya. Namun, detik itu juga, Reyas berhenti, yang mendapat erangan sebal dari Arjun karena detik itu juga lubangnya terasa kosong. Reyas merubah posisi, mendudukkannya kembali pada tubuh Reyas yang terlentang. Arjun tetap berusaha untuk rileks.
“GH!!!” Arjun menahan jeritannya, Reyas menurunkan tubuhnya dalam-dalam, sehingga lubangnya tepat menubruk penis Reyas yang sudah sekeras batu. Pemuda manis itu makin berkeringat, giginya mengatup rapat.
Sementara, Reyas memejamkan matanya, bibirnya sedikit terbuka merasakan kenikmatan yang begitu dalam. Kejantanannya serasa di sedot dan dipijat-pijat oleh anus Arjun yang sempit, basah, dan hangat. Setelah beberapa menit bersabar, Reyas memutuskan untuk mengangkat tubuh Arjun ke atas hingga penisnya hanya tersisa kepalanya saja, kemudian dengan penuh perasaan, Reyas menurunkan tubuh Arjun.
“Akkhh!!” Arjun mulai mendesah. Tusukannya konstan tapi tepat mengenai titik terdalamnya. Kenikmatan yang hebat juga mendera Reyas. Ia merasa begitu ketat di dalam sana.
“Eghh… Ah! Ah! Ah!” Arjun, mulai intens mendesah, kali ini bukan Reyas lagi yang menggerakkan tubuh Arjun naik-turun, sekarang pemuda manis itu sendiri lah yang melakukannya. Arjun menaik-turunkan tubuhnya menghadap Reyas.
“Ah! Ha-aah! Oh, so big! So long! Uhhh…” Gumam Arjun mulai merancau tidak jelas, bibirnya yang merah mulai melantunkan kata-kata kotor.
Reyas yang tangannya mulai tidak bisa diam kini bergerak mengusap-usap puting susu Arjun, menekan-nekan puting mungil yang kini memerah itu dengan ibu jarinya.
“Uuungg…. Ahhhh! Ahhh~!” Arjun mengerang dan mendesah semakin keras, dua kenikmatan yang menjalar di dua titik sensitifnya benar-benar membuatnya menjadi gila dan gelap mata.
Reyas membalikkan posisi Arjun menjadi di bawahnya, dipindahkannya kaki Arjun menjadi di pundaknya. “Ahh!! Uhh… Woonnhh… Ahhh!!” Arjun makin mendesah ketika tusukan Reyas makin cepat.
“Ghhh…. Kyuuu… Hhhh…. tight… So tight!” Reyas pun tak ayal terus mendesis keenakan, penisnya serasa dipijat-pijat oleh lubang anus Arjun yang basah dan hangat, tangannya yang besar kini tidak mau menganggur, tangannya kali ini bermain dengan twins ball Arjun, memeras-merasnya. “Ahhh!! Haaaah!! Won!!” Arjun memejamkan matanya seerat-eratnya, namun bibirnya tak henti mendesah, tangannya menuju selangkangannya sendiri kemudian mulai mengocok penis mungilnya itu dengan kecepatan konstan. “AHHH!!!” pemuda manis itu menjerit sejadinya begitu penis Reyas menghantam titik tersensitifnya di dalam sana.
Reyas mengangkat tubuh Arjun, membuat penisnya keluar dari lubang Arjun. “Uhhh….” Arjun mengerang pelan tidak suka saat lubangnya terasa kosong, tapi itu hanya beberapa detik saja. Dalam sekejab, Reyas membalikan posisi Arjun menjadi dogy style. “Agghh!!!” pemuda manis itu kembali menjerit saat Reyas menghujamkan penisnya dalam sekali tusukan. Penis Reyas yang besar dan panjang langsung menumbuk titik terdalamnya, membuat si pemuda manis itu terbang ke surga dunia. Arjun hanya bisa mendesah.
“Ggghhh… Slrpphh… Hmmm… Ugh…”
“Hhh… So tight… Hooh… So damn tight…!”
Kulit putih mulus Arjun kini mengkilap karena keringat, bibir merah yang bengkak itu terus mendesah menggoda, lihat dua nipples Arjun yang sudah memerah dan menegang karena dimainkan oleh Reyas, belum lagi lubang Arjun yang terus berkedut memijat dan menghisap lebih dalam penis Reyas.
“AHHH!!!” Arjun menjerit sejadinya ketika penis Reyas lagi-lagi menumbuk titik sensitifnya dengan kecepatan dan kekuatan di atas manusia normal, membuat tubuh si pemuda manis menegang, penis mungilnya serasa berdenyut-denyut, hingga akhirnya….
CROT! CROT! CROT!!
Penis Arjun memuntahkan sepermanya, cairan putih lengket berbau khas itu mengotori bedcover yang sebenarnya sudah basah akibat keringat. Mungkin karena kali ini adalah pengalaman pertama Arjun having sex, dirinya merasa begitu kelelahan ketika selesai ejakulasi. Reyas bisa merasakan dinding-dinding rectum Arjun mengapitnya erat. Reyas pun mengerang hebat seperti hewan buas ketika lubang Arjun menjepitnya begitu erat, seakan memeras spermanya untuk keluar.
“Nghh!!! Ogghh…!” Reyas mencengkram pinggul Arjun kuat-kuat, kemudian menusukan penisnya dalam-dalam. “AKHHH!!!”
“Ahhh…” gumamnya menikmati ejakulasinya. Selesai dengan klimaksnya, ia menarik penisnya lalu menyodorkannya kepada mulut Arjuna. Dengan lahap Arjuna mengemut penis besar dengan sisa sperma di puncaknya itu. Reyas kembali mendesah. Sangat sensual.
“Kau Jauh lebih hangat dari syal” Reyas mengusap pipi Arjuna. Lembut.
“Tentu.” Ia melingkarkan lengannya pada leher Reyas dan menariknya untuk kembali berciuman. Hot.
~*~
“Pangeran! Ini Sudah Pagi. Mohon untuk bangun Tuan” suara yang di barengi dengan ketukan pintu dan samar terdengar pukulan gendang paturung sumange’ membuat mata Arjuna terbuka. Mengerjap. Lalu menatap sekeliling. Menatap dinding kamarnya yang dilapisi walpaper walasuji berwarna merah. Matanya menangkap sosok tampan di sampingnya. Wajahnya begitu tenang. Teduh. Masih terlelap dalam tidurnya.
Suara ketukan kembali terdengar, mengganggu keasikannya menatap pria yang telah memacunya ke lautan kenikmatan tanpa tepi dan memperjakainya.
“Diam. Pergilah. Biarkan aku beristirahan sejam lagi. Ini perintah” katanya setengah berteriak. Takut pujaan hatinya terbangun.
Ia kembali menatapnya. Menatap tubuh bugilnya. Sama seperti dirinya yang masih bugil. Begitu seksi dengan penisnya yang terkulai di antara bulu-bulu yang begitu eksotis.
Dikecupnya kedua mata Reyas yang masih tertutup itu. Lalu ia mendekatkan bibirnya ke telinga Reyas. Menjilatnya lalu berbisik “Good Morning. Bangunlah, Syalmu ini butuh di mandi setelah menghangatkanmu semalam” ia kembali menjilat telinga Reyas.
Karena geli, Reyas terbangun. Arjun tersenyum nakal. Reyas melingkarkan lengannya pada pinggang Arjun lalu menariknya pada pelukan hangatnya. Bibir mereka kembali bertemu. Lalu dengan sangat perkasa, Reyas menggendong Arjun menuju kamar mandi sambil terus berciuman.
END
Produced By : YI, CKP, KPU

0 komentar:

Posting Komentar