Who Says? | 7.2

‬ AUTHOR: Otsu Kanzasky

PS: aahhkk males ngetiknya hahaha.
kalau postingan ini gak sampai 80 yg nge-LIKE, postingan berikut akan muncul 4 hari lagi. hargai dong Writernya
Malam tiba menambah suasana riang di London saat musim panas. Cantiknya ibukota Inggris ini tak lekang oleh waktu, kota yang penuh akan bangunan penting bagi Britania Raya.
Tak kalah pentingnya dengan pargelaran London Fashion Week yang berlangsung meriah dan penuh tamu-tamu penting pelaku Dunia Fashion. Desainer-desainer kenamaan menampakan diri dengan pakaian terbaik mereka, selebritis, pelaku bisnis, model, dan dari pihak-pihak yang tak kalah penting.
Sebuah moment penting bagi Desainer yang ikut serta dalam LFW tahun ini. Dan dari sekian banyak tamu dan penonton yang datang, serta berbagai media yang meliput akan melancarkan jalan para Desainer.
Semua orang sangat antusias, termasuk Vanessa yang datang seorang diri dan kedua pengawalnya. Wanita cantik itu tampil anggun dengan gaun putih panjang karya desainer terkenal, terdapat belahan hingga ke paha, tubuh langsingnya tercetak jelas, potongan leher V mempertegas leher indahnya yang di hiasi kalung berlian hitam.
Sedikit banyaknya sosok itu dapat menarik perhatian tamu-tamu lain, sementara Vanessa sendiri tampak sibuk dengan iPhonenya.
"Memangnya Julian ada pertemuan malam ini?" tanyanya, menengok pada Pedro.
"Saya tidak tahu Nona" jawab pria berusia 30 tahun itu.
"Kenapa sih dia, atau jangan-jangan ada masalah?" Vanessa beralih menengok pada Jack.
"Saya--"
"Ah sudahlah, kau juga pasti tidak tahu" sela Vanessa kesal.
"Maaf Nona"
Vanessa berlalu, melanjutkan langkahnya menuju ruangan pargelaran busana tahunan ini di gelar. Dan orang yang di kenalinya saat masuk ke dalam adalah sosok Kelly yang berdiri di salah sisi ruangan yang lain mengenakkan dress selutut berwarna peach yang segar.
"Hai, mana Kiel?" sapa Vanessa ramah, Kelly pun mengalihkan tatapannya.
"Oh hai, dia ambil bagian di peragaan ini. Datang sendirian?" Kelly melirik pada Jack dan Pedro yang berada di belakang Vanessa.
"Seperti yang kamu lihat, Julian sudah kabur sebelum aku mengajaknya tadi" ucapnya mengangkat bahu kecil.
"Ah ya, apa kamu tahu sesuatu tentang Kiel dan adikmu?"
"Sesuatu?" ulang Vanessa dengan menyipitkan mata.
"Siang tadi saat aku kembali ke apartment Kiel, suasananya sangat tidak enak. Mereka berdua tidak mengatakan apapun"
Vanessa mengernyit mendengarnya. "Aku tidak tahu, tapi nanti akan ku cari tahu" ucapnya.
"Baiklah, karena Kiel tidak menceritakan apapun padaku, tidak biasanya"
"Tenang saja, mau duduk?"
Kedua wanita itu pun memisah karena tempat duduk mereka yang berjauhan. Dan 10 menit kemudian pargelaran busana itupun di mulai.
Suasana terasa hening, musik pengiring mulai mengalun, dan pembukaan LFW tahun ini dibuka oleh desainer wanita bernama Anne Orchie. Vanessa yang duduk disisi kiri catwalk tampak serius memperhatikan para model yang melenggang cantik memperagakan busana. Dan sekitar 15 menit kemudian sosok cantik Kiel yang memperagakan gaun malam berwarna hitam muncul,langkahnya tak kalah anggun dengan model wanita.
Pargelaran berjalan lancar, sekitar sejam lamanya dan mendapat applause yang meriah di akhir pargelaran. Dan seperti biasa, para model dan desainer yang terlibat melakukan pesta kecil untuk merayakan kesuksesan mereka.
Suasana di backstage pun jadi meriah, celotehan dan tawa terdengar di ruangan tersebut. Tapi rona bahagia tak tampak di wajah cantik Kiel yang masih terduduk di depan meja rias yang telah berganti baju.
Sorot mata biru jernih itu tampak redup, dan jelas jika dirinya tidak sedang baik-baik saja sejak apa yang telah terjadi diantara dirinya dan Julian ketika di apartment. Sampai detik ini hal itu mengusik pikiran dan hatinya. Bahkan dirinya yang paling exicted saat Veuve Clicquot(minuman yang di sajikan setelah peragaan) mulai di tuangkan pun ia diam saja.
"Ini gelasmu Kiel" ucap Angel, menyodorkan gelas berisi cairan bening. Kiel menoleh, tersenyum singkat dan tak lupa mengucapkan `terima kasih' saat mengambil gelasnya.
"Setelah ini kita mau melanjutkan party di Rainbows Night, kau ikut?" tanya model berambut ikal itu. Kiel menegak minumannya sejenak.
"Semuanya ikut?" tanyanya balik.
"Tentu saja, para pria juga"
"Kau lupa kalau aku juga pria huh?" Kiel menyipitkan mata.
"Oh God, sungguh aku lupa, untung kau mengingatkanku lagi" Angel memegangi keningnya tampak kaget. Sepertinya wanita muda itu benar-benar lupa jika teman seprofesinya itu adalah laki-laki tulen.
"Sudahlah, kapan kita berangkat?" Kiel telah menghabiskan minumannya, lalu mengemasi barang-barangnya.
"Setelah ini, kita berangkat menggunakan limo milik Christopher. Cool huh?"
"Dia pasti puas dengan hari ini"
"Pastinya, aku siap-siap dulu"
Angel pun beranjak dari meja rias Kiel, karena model-model yang lain telah bersiap. Dan Kiel bergabung dengan para model pria yang berkumpul di sudut ruangan membicarakan hal seru lainnya.
Dan seperti yang di katakan Angel, mereka berangkat menuju ke sebuah club malam yang cukup terkenal. Ya, Kiel memang ikut bersenang-senang karena pikirnya, dirinya harus melupakan apa yang telah terjadi antara dirinya dan Julian.
Meski tetap saja apa yang ada di dalam kepalanya tidak bisa hilang begitu saja meski suara musik club yang memekakan telinga serta meriahnya suasana di dalam club. Tapi setidaknya hal itu dapat membuanya untuk sejenak tidak memikirkan hal tersebut.
Kiel baru saja keluar dari toilet club, kembali ke tempat teman-teman modelnya berada. Meski butuh perjuangan keras untuk mencapai tempat duduk karena beberapa pria menggodanya dan tidak sedikit yang memaksa.
Tapi seorang Kiel yang blak-blakkan dapat dengan mudah menyingkir berkat kata-katanya yang terkadang cukup tajam. Lolos dari beberapa pria cukup mudah baginya, tapi tidak semudah itu ketika secara tak sengaja ia melihat sosok Julian yang duduk di sebuah sofa merah dengan 2 wanita sexy di samping kiri-kanannya, di sisi ruangan club yang lain.
Lagi-lagi dadanya terasa sesak, melihat betapa lancangnya kedua wanita itu memegang tubuh Julian. Ada letupan amarah yang tak di mengertinya, dan rasa itu memuncak saat pria tampan itu tak sengaja menatapnya.
"Masher"(Hidung belang) desis Keil. Wajah cantiknya bak boneka itu berubah agak dingin.
Dadanya bergemuruh hebat, dengan suasana hati yang memburuk ia berjalan kearah teman-temannya duduk. Dan dengan kasar menghempaskan pantatnya ke sofa, menyambar gelas bir Jonathan yang ada di dekatnya.
"Hei hei, pelan-pelan saja, minumannya masih banyak Kiel" celetuk kakak Naill Horan KW super itu. Si perak tak menyahut, merogoh ponselnya dan ternyata ada 3 pesan masuk.
Sender: Kelly
Berhati-hatilah di club, jangan sampai mabuk lagi!
Satunya,
Sender: Bobby Emerald Agency
Aku dengar dari Heidi kamu pingsan saat pemotretan di Hyde Park, kamu sakit? Beberapa hari ini aku tidak bisa main ke agency mu, kabari aku jika terjadi sesuatu.
Dan yang terakhir,
Sender: Vanessa
Sayang ku Kiel. Kamu sangat cantik tadi, sungguh! Aku ingin menemuimu tapi sayangnya aku tidak boleh masuk. Bagaimana kalau besok kita bertemu? Suamiku Adrien akan datang dari Australia dan aku ingin mengenalkannya padamu, akan ku kabari lagi besok
Tak ada satu pesan pun yang di balas Kiel, ia segera menyimpan iPhone putihnya kembali ke dalam tas. Dan tepat saat ia mengangkat wajahnya, sosok tegap Julian berdiri di depan meja.
"Bukankah pria itu yang di kabarkan dengan Kiel?" bisik Inca, pada teman-temannya.
Wajah dingin pria tampan itu di acuhkan oleh Kiel yang langsung menegak minumannya. Rasanya tak sudi ia menatap pria yang kini menatapnya lekat itu, seperti dapat kapan saja melahapnya.
"Tertarik bergabung dengan kami?" tanya Monica genit.
Kiel masih tak mempedulikannya. Pria bermata abu-abu itu pun menarik pergelangan tangan Kiel, yang membuat kaget beberapa model pria yang duduk di samping si perak itu.
"Lepaskan!" ucap Kiel berusaha melepaskan tangannya. Tapi karena Julian terus menarik tangannya, otomatis ia menyambar tasnya dan terpaksa meninggalkan teman-temannya yang mulai berkasak-kusuk.
"Lepaskan tanganku!" teriak Kiel ketika telah berada diluar club. Julian tak bergeming, dan tiba-tiba menarik pundak Kiel hingga--mendorongnya ke badan mobil Porsche hitamnya.
Untuk sesaat mereka hanya beradu pandang dengan suasana yang aneh.
"Kau marah?" tanya Julian. Kiel mengernyit.
"Untuk apa aku marah?" balasnya sengit.
"Menurutmu apa seharusnya aku membawa lebih banyak wanita ke dalam sana?"
"Ah ya, bawalah lebih banyak lagi dan puaskan mereka"
"Kau cemburu?" Julian semakin mendekatkan wajahnya. Kiel membuang muka.
"Cemburu? Yang benar saja. Kau bersenang-senang, aku juga" ucap Kiel memberi tekanan di tiap kata.
"Kalau begitu mari kita bersenan-senang" kata Julian seduktif.
Pria tampan itu tak menjelaskan apa maksut dari perkataannya dan tak memberi kesempatan bagi Kiel, karena dia lebih dulu membuka kunci mobil hitamnya dan mendudukkan si perak itu ke kursi samping kemudi.
"Apa yang--" Kiel tak melanjutkan kalimatnya karena Julian sudah menutup pintu cepat.
Pria itu berjalan memutar dan naik ke mobil, tanpa memasang safety belt mulai menghidupkan mesin. Nyaris tanpa suara, mobil sport itu melaju di keheningan, di ikuti mobil sedan yang di kemudikan pengawalnya kemudian.
Kiel lelah akan permintaannya yang ingin turun di abaikan oleh Julian yang tak bergeming sedikit pun mengemudikan super carnya. Dan Kiel sama sekali tidak berkesan meskipun dirinya berada di dalam mobil super mahal.
Hening yang aneh. Kiel kekeuh dengan amarah membingungkannya dan Julian tetap pada sifat kerasnya yang tak terkalahkan. Bahkan pada seseorang yang saat ini berarti untuknya.
Tapi rasa lega muncul saat Kiel melihat gedung apartmentnya di depan mata. Well, disaat seperti ini ternyata Julian memikirkan perasaannya juga, dan mengantarnya pulang. Kiel bersiap turun saat super car yang di tumpanginya telah terparkir di basement.
"Kenapa pintunya di kunci?" tanya Kiel tak sabar, menoleh pada Julian yang diam saja memandang lurus ke depan.
"Buka pintunya" pintanya lagi. Kali ini Julian mengalihkan pandangannya, tetap dengan tatapan dinginnya.
"Ku bilang kita akan bersenang-senang" ujarnya.
"Apa maksut--"
Julian meringsek mendekat, membuat Kiel seketika menghentikan kalimatnya. Dan si perak itu dibuat terkejut saat tiba-tiba Julian menarik lengannya kuat hingga menggeser tubuhnya ke tempat pria itu duduk, yang kini tepat duduk di pangkuannya.
"Apa yang k--" bibir merah itu telah di bungkam oleh bibir Julian.
Kiel membelalak kaget, dan dirinya telat bertindak karena Julian telah memegangi kedua tangannya erat. Ia ingin berontak, tapi ia tak leluasa bergerak di dalam mobil itu, terlebih saat ini dirinya berada di pangkuan Julian yang duduk di kursi kemudi.
Dadanya bergemuruh hebat saat lidah Julian mengintimidasi rongga mulutnya, mempermainkan fantasynya yang tak dapat di tahan untuk melambung tinggi. Pria tampan itu sangat pintar membuat tubuhnya lemas hingga tak bergerak, dan sadar atau tidak jika kedua tangannya tak lagi di tahan.
Julian membimbing tangan ramping Kiel merangkul lehernya dan si perak itu menurut, tak mengurangi intensitas ciumannya. Nafas Kiel terdengar berat ketika merasakan sentuhan di balik sweaternya. Sentuhan hangat yang menyapa tubuhnya membuatnya terlena.
"Mmh..." Kiel mengerang. Wajahnya kini merah padam.
Julian menyudahi ciuman mereka, dan mendaratkan bibirnya yang basah di leher halus Kiel, menjilatnya dan memberi tanda disana. Si perak itu mendesis kecil, meremas pundak Julian. Dan dirinya terhenyak ketika merasakan sentuhan diatas celananya, tepat di bagian tengah.
"Tidak, berhenti" pintanya, berusaha mendorong pria itu. Tapi Julian masih berkutat di lehernya.
"Katakan kalau kau cemburu" perintahnya, tak melepaskan diri dari leher Kiel. Semakin turun, dan menjelajahi pundaknya.
"Aah..tidak...berhenti.." Kiel tak kuasa menahan desahannya.
"Katakan" Julian mendesak. Tangannya kini bergerilnya di dada Kiel, membuat sentuhan yang menggetarkan tubuh itu.
"Aah! Nnh...Julian~" Kiel meremas rambut Julian gemas, tak kuasa menahan perasaan aneh yang meluap-luap.
Julian mengangkat sweater serta kemeja yang di kenakan Kiel, menjilati dadanya dan menggigit nipple mungilnya kecil.
"Akh! Stt...stop.." Kiel semakin erat meremas rambut Julian.
"Katakan semuanya" Julian tak berhenti mendesak.
"Aahh...i-iya, aku tidak...suka-aahh~"
"Hanya itu?"
Kiel menggigit bibrinya kuat, namun meskipun begitu tetap tak dapat mencegah desahannya, karena Julian tak berhenti menyerang tubuhnya dengan kenikmatan.
"Aku tidak tahu, apa aku menyukaimu atau tidak" sengal Kiel di sela-sela nafasnya yang tergengah.
"Kau harus menyukai ku, karena pada akhirnya kau tetap akan jadi milikku" ucap Julian, berhenti menjilati dada Kiel dan menatap ke dalam mata biru yang sayu itu.
Mulutnya sudah terlalu lelah karena mendesah, bahkan saat bibir Julian kembali mendarat di bibirnya dan melakukan french kiss.
Satu yang tidak di ketahui Kiel, jika kenikmatan yang di berikan oleh Julian akan berlanjut hingga di kamar apartmentnya.
Dan kata siapa jika menaklukan seseorang yang berarti bagi kita cukup dengan kata-kata manis dan perhatian? Hal itu tidak berlaku bagi Kiel, dan mungkin orang seperti Julian lah yang tepat menaklukan si perak dengan caranya.
Sifat pemaksa, arogan, keras kepala, dingin dan kekejamannya sebagai pemimpin kelompok mafia Red Society.
...to be continue...

0 komentar:

Posting Komentar