The Day Before Oneshoot


By: Choi Ha Soo
happy reading guys kasih like and komentnya yah ‪#‎choi‬
TURN ON
Wekend sudah usai , hari ini Gian masuk sekolah lagi. Seperti biasanya perjalanan kesekolah ia tempuh dengan motor matic kesayangannya, kebetulan hari itu musim hujan. Saat Gian berangkat ke sekolah gerimis turut mengantar keberangkatan Gian kesekolah. Tapi aneh Gian tidak pernah mengeluh dengan gerimis dia sangat menyukain gerimis. “gerimis itu lembut, walau saat kita mengendarai motor dengan kecepatan tinggi ia tak pernah menyakiti. Beda dengan hujan” alasannya menyukai gerimis.
Sesampainya di sekolah dengan seragam putih abu-abu yang lembab terkena gerimis tadi, Gian melenggang dilorong sekolahnya yang konon katanya sekolah itu adalah bekas Rumah sakit Umum di daerahnya. Tlepak.. tlepak.. bunyi sepatu Gian dia lebih suka mengangkat kakinya saat berjalan ketimbang harus diseret seperti kebanyakan orang ketika berjalan bising dan mengganggu katanya.
Dikelas langsung saja Gian duduk di bangku nomor dua dari belakang kolom 2 dari kiri pintu masuk sekolah, teman –temannya dikelas menyebut kolom-kolom bangku itu dengan RT kelas, jadi setiap RT memiliki Pak Rt dan Bu Rt masing-masing. Kelas Gian memang kelas yang paling kompak diantara kelas-kelas XII IPA yang ada disekolahnya, mereka menyebut kelas mereka dengan sebutan KOPLO (komplotan IPA *loro) loro dalam b.jawa adalah dua. Dan seperti biasa Gian datang paling pagi hal ini ia lakukan karena ia menjabat sebagai sekretaris kelas sekaligus pengabsen.
“Ian lu gak pake mantel apa?? Tuh seragam ampek basah kuyup gitu??” tanya Dimas teman sebangkunya.
“tadi tuh gerimis Dim gak ujan kok, lagian aku g suka ribet pake mantel tuh ribet tau” jawab Gian sekenanya.
“gerimis sih gerimis emang lu mau ntar kedinginan dikelas” ujar Dimas lagi.
“ealah Dim Dim wong yang basah kuyup aku kok kamu yang ribet sih hehe” jawab Gian tak mengubris pernyataan Dimas.
Lama- kelamaan kelas makin penuh, makin ramai. Apalagi ada Ratu KOEL sebutan bagi murid yang banyak ngomong dikelas. TET… TEEETTT…. TEEETT… bel masuk berbunyi mungkin hampir lengkap murid yang hadir, Gian melihat dengan seksama seisi kelas tampak seperti dia mencari-cari seseorang.
“heh cari sapa lu??” tanya Dimas saat melihat Gian kebingungan.
“si Andik mana???” jawabnya
“cie ngapain lu cari Andik?? Jangan-jangan kamu…”
“hasem lu!! Emang lu nggak tau aku disini peabsen, wajar donk??”
Tiba-tiba PRAK!! GUBRAK!! WADAWWW… suara dari sebelah pintu kelas, tampak Andik disana sedang duduk sambil memegang pahanya yang tadi terbentur meja sangat keras. Semua murid dikelas tertawa melihatnya, tanpa terkecuali Gian Bfnya.
Sambil meringis kesakitan dan malu, andik berjalan gontai menuju tempat duduknya di RT 4. Gian hanya melihatnya sambil tersenyum kecil. Pelajaran bahasa Indonesia mengawali hari itu, secara sembunyi-sembunyi ternyata sobat Gian, yaitu Nicko menaruh handycam di bagian jendela belakang jadi tampak seisi kelas terambil gambarnya dari handycam itu.
PLAY
“oke anak-anak untuk tugas akhir dan sebagai kenang-kenangan, saya minta kalian membuat sebuah novel terserah tentang apa dan dikumpulkannya bulan depan tanggal 7 januari yah? Novel terbaik nanti insyaallah ibu bantu untuk menerbitkannya.” Jelasnya saat memberikan tugas tersebut.
Gian mendengarkan dengan seksama dan tampak dari raut wajahnya dia sangat antusias dengan tugas itu. Karena menulis adalah salah satu hobbynya. Sepulang sekolah Gian tak langsung menuju parkir motor namun ia pergi ke ruang guru dan berharap Guru pembimbing Bahasa indonesia tadi belum pulang. Namun sangat disayangkan, beliau sudah pulang, akhirnya dengan berjalan lemas ia menuju parkir motor. Ternyata Andik Bfnya menunggunya disana.
“dari mana aja yank??” tanya Andik pada Gian.
“mau tanya and mau konsultasi sama Bu Siti, tapi dianya malah sudah pulang” jawab Gian sambil menunjukkan wajah melasnya.
“ya udah kan masih ada besok?”
“uda kepikir buat judul novel kamu nggak yank??”
“hehe aku g tw deh yank mau nulis apa, g jago nulis kayak kamu..”
“ayank seumpama judul novel aku ntar BILA SANG PENGABSEN, ABSEN SELAMANYA keren nggak yank?”
“eh jangan ngacok kamu yank, udah-udah jangan yang itu judulnya serem tau!!”
Mendengar ide Gian tadi Andik seperti mencuriga sesuatu, namun karena tak ingin ia membahas masalah tugas novel itu. Andik mengalihkan pembicaraan.
“eh iya yank tanggal 7 januari kan hari jadian kita, ehm aku dah buat beberapa kegiatan nie buat menyabut hari jadi kita ntar yank” sela Andik saat Gian melamun sedari tadi.
“oh ya apa aja kegiatannya yank” tanya Gian penasaran.
“rahasia dunk, mulai besok kegiatannya kita mulai, uda yuk uda sore ntar keburu ujan lagi”
Mereka berdua pun pulang, dirumah Andik tengah menyiapkan beberapa kegiatan yang akan mereka lakukan bersama. Sedangkan Gian dikamarnya ia mulai menulis beberapa paragraf yang akan ia susun menjadi sebuah novel untuk memenuhi tugasnya.
“Gian, hayoo makan dulu nak. Dari tadi belum makan kan kamu.” Panggil Ibu Gian yang menyuruh Gian makan.
“ia bu, bentar lagi, lagi nanggung nie bu..”
Jam 19.00, Gian keluar kamar, karena lapar ia langsung saja mengabil beberapa nasi dipiring dan 2 lauk ayam goreng kesukaannya. Dilahapnya dengan nafsu makanan itu, ayah Gian yang melihat sampai geleng-geleng.
“nak nak, kamu itu loh makannya banyak. Tapi kok ya nggak gemuk-gemuk” ujar ayah Gian ketika melihat anaknya dengan lahap makan.
“biarin lah yah, memang sudah dari sananya begini.. yang penting kan sehat, n g sampek mati” jawabnya
“eh hush!! Ngomong apa kamu Gian!! Uda dimakan terus langsung tidur dari tadi ayah liat kamu nulis terus di kamar nulis apa emang??”
“itu yah tadi Gian dapat tugas buat novel”
“oh ya uda kalo capek istirahat nak, jangan dipaksain.”
“siap komandan”
Setelah selesai makan dan selesai mencuci piring nya tadi, Gian langsung kembali ke kamarnya berbaring dan menarik selimutnya.
Sementara Andik, dengan giat dia bermain futsal bersama teman-temannya, Andik sangat menyukai olahraga, oleh karena itu badannya tegap dan lumayan kekar, 23.27 Andik dan kawan-kawannya pulang.
FORWARD
“Bu mau tanya dong bu,…”
Gian menanyakan beberapa hal tentang bagaimana membuat sebuah novel yang bagus dan menarik untuk dibaca kepada guru pembimbingn bahasa indonesianya.
“gian, baru kamu loh yang bela-belain dateng nyari ibu minta penjelasan tentang tugas novel ini. Semoga kamu bisa menciptakan sebuah novel yang bagus yah?”
“ea bu, amien mohon bantuannya juga yah bu”
“pasti nak, sudah disiapkan judul yang menarik?”
“sudah bu”
“kamu sudah bikin inti-inti dari cerita yang akan kamu buat seperti tahap perkenalan, permasalahan, klimaks, penyelesaian dan penutup cerita??”
“sudah juga,”
“bagus ya sudah kamu tinggal kembangkan, inti-inti cerita kamu itu nanti kalo ada kesulitan kamu bisa cari ibu lagi. Kamu juga boleh kalau kepingin maen kerumah ibu.”
“ia bu terima kasih banyak”
Sepulang dari sekolah, Gian dan Andik menjalankan misi kegiatan yang dirancang Andik selama beberapa hari untuk menyambut hari jadian mereka yang pertama.
“yank kita mulai kegiatannya dari huruf A” pernyataan Andik membuat Gian bingung.
“maksudnya yank?”
“ea huruf A kita melakukan beberapa kegiatan ditempat yang berawalan A tau melakukan kegiatan yang berawalan A”
“ehm gmana kalo kita ke Alun-alun kota yank??, kan huruf A.”
“ea sipz tempat pertama kali aku nyatain cinta ma kamu”
Mereka pun pulang kerumah masing-masing, diperjalanan pulang hujan mengguyur menghambat mereka berteduh disebuah rumah kosong dipinggir jalan disitu ada sebuah kursi kayu panjang yang sudah lapuk. Gian kedinginan, Andik mengambil jaket yang dia letakkan di jog motornya. Kemudian jaket itu ia berikan kepada Gian.
“ini pake jaketnya” kata Andik sambil memberikan jaketnya.
“kenapa nggak kamu pake aja, kamu juga butuhkan?”
“badan kamu lebih rentan kena penyakit sayang, aku nggak mau kamu sakit lagi”
“ehm.. makasih ya yank?”
“biasa aja akh sini aku peluk”
Tanpa malu-malu Andik memeluk Gian karena memang Cuma da mereka berdua disana,hujan sebenarnya belum reda tapi tinggal gerimis-gerimis saja. Gian meminta Andik untuk segera menstarter motornya dan berangkat pulang. Awalnya Andik menolak, tapi saat Gian bilang “kalau kita nggak cepet sampai rumah acara kita pergi ke alun-alun ntar malem g bakal jadi” Andik pun mengiyakan dan langsung membonceng Gian pulang.
Dengan seragam yang terlihat basah itu, Gian melenggang masuk kekamarnya. Setelah berganti pakaian ia berbaring dikasurnya, jam 16.45. Gian masih terlelap dikasurnya, suara Ibu Gian membangunkannya.
“Gian, tadi Andik telpon katanya abis magrib kalian mau pergi ya?”
“iya bu,”
“sudah mandi nak?? Kalo sudah cepat makan nak”
“ea bu Gian belum mandi ini mau mandi dulu”
“pake air hangat nggak nak? Ini dipake dulu air adek kamu, dia masih tidur”
“ea udah bu Gian pake dulu air hangatnya hehe”
Selesai mandi, 17.20 sehabis adzan magrib berkumandang.
“assalamualaikum” salam Andik dari pintu rumah Gian
“walaikum salam eh nak Andik, mari masuk nak. Ibu panggilkan Gian dulu”
Tak lama kemudian Gian muncul, dengan kemeja abu-abu, celana panjang dan sweter abu-abu yang masih ia pegang ditangan kanannya. Sejenak Andik menatap Gian dengan raut wajah keheranan.
“heh napa liat aku kayak gitu?” sapa Gian saat melihat Andik menatapnya.
“hehe, tumben kamu dandan serapi ini. Biasanya pake kaos oblong n celana tiga perempat aja kalo lagi jalan ma aku”
“Ibuuuu!!! Gian keluar dulu ya bu??” “iya nak hati-hati dijalan”
Mereka berdua berangkat, jam 18.30, mereka sampai di alun-alun nganjuk. Mereka berdua duduk di kursi taman tepat dibawah sorot lampu yang berwarna orange. Disana sejanak mereka terdiam, lalu tiba-tiba ada seorang pengamen datang menghampiri mereka.
“kebetulan bang, boleh request g bang??”
“ea mau lagu apa?”
“lagunya seventen yang judulnya hal terindah bang”
“oke siap”
Jreng. Jreng. Sampai saat ini rasaku bertahan disini rasa yang tak akan hilang oleh waktu.. saat pengamen itu menyanyi Andik ikut menyanyi sambil berjoget-joget bersama abang pengamen itu.. Gian yang melihatnya ikut tersenyum.. dan ketika liriknya sampai pada reff. Andik menarik Gian sambil menyanyi dengan kerasnya “tak terkira disampingmu adalah hal terindah yang pernah kuinginkan, tak terkira dipelukmu adalah hal terindah yang pernah kurasakan tak terkira memilikimu adalah hal terindah yang pernah kudambakan, tak terkira dekapanmu adalah hal yang pernah kudapatkan,tak kan rela melepasmu walau dihadapanmu ku kan terus menangis bahagia.” Seiring selesainya lagu itu Andik memeluk Gian dan Gian meresa malu karena dilihat abang pengamen itu. Lantas Gian memberi beberapa uang kepada pengamen itu.
“bentar ya aq beli makanan dulu” kata andik pada Gian.
“oke”
Sekembalinya andik, Gian tengah asyik berkutat dengan laptopnya. Bincang-bincang seputar sekolah mereka lakukan mulai dari ngebicarain tentang Guru Kimia yang killer dan ketakutan-ketakutannya saat pelajaran kimia berlangsung.
Sudah larut malam merekapun pulang, sebelum tidur Gian menulis kegiatannya bersama Andik tadi dalam tulisan novelnya. keesokan harinya jam pelajaran pertama yaitu Kimia. Pelajaran yang sebenernya menyenangkan namun karena gurunya yang killer suasana lebih mencekam dan menenggangkan. Seminggu yang lalu mereka diberi tugas untuk mengfalkan Sistem Periodik Unsur.
“Golongan IA Hari LIbur NAik Kuda RAbu CAmis Free” Gian berkomat-kamit menghafalkan SPU itu.
“Golongan IIIA Beli ALmond GAk INgat TeLur” Dimas teman sebangkunya tidak mau kalah.
Kemudian dari arah belakang bangku Gian.
“Golongan IVA Cewek SIapa GErangan SedaNg PuBer”
Nicko teman Gian juga tidak mau kalah tapi gara-gara itu teman-teman cewek dikelas pada ngeliat.
“ngapain pada ngeliat gue??” nicko bicara dengan polosnya.
Tiba-tiba guru kimia datang dan suasana yang tadi gaduh dengan sekejap menjadi hening. Semua duduk rapi, pandangan mereka tertuju pada guru kimia itu.
“gimana? Sudah siap??” suara guru kimia itu mengagetkan mereka.
“kok malah diam?!! Saya tanya sama kalian, sudah siap??” suaranya tampak meninggi sepertinya beliau marah, karena tak ada jawaban dari murid-muridnya.
“Siap bu” jawab serentak.
“tutup bukunya semua masukkan kelaci meja kalian, dimeja tidak ada barang apapun, lipat tangan kalian di atas meja, tidak ada suara lagi.”
Deg.. deg.. deg.. hhmmm hfuuu hmmm hfuuu yang terdengar hanya suara detak jantung dan hembusan nafas yang tidak beraturan.
“andik, sebutkan golongan VA” tanya guru kimia itu menganggetkan Andik.
“Nini Pelet ASal SuBuh Bingung” jawab Andik dengan cepat.
Semua siswa menahan tawa mereka, tampak wajah bu nanik guru Kimia itu memerah.
“ngomong apa kamu ndik??, maju kedepan”
Andik jalan menuju depan kelas, kemudian tanpa dikomando lagi ia mengangkat satu kakinya dan meletakkan tangannya diatas kepalanya, Gian yang melihat tampak iba. Satu persatu pertanyaan dilayangkan kepada masing-masing siswa dan tentu pertanyaanya semakin lama semakin sulit sehingga semakin banyak siswa yang berdiri didepan kelas.
“Gian, berapa nomor atom Zn” tanya bu nanik
Sebenarnya Gian tau tentu 30 jawabannya namun Gian ingin sama-sama dihukum bersama Andik didepan kelas.
“ehmm.. 23 bu” jawab Gian sekenanya
“goblok, maju kedepan”
Gian berjalan kedepan sambil tersenyum-senyum, ia berdiri disamping Andik dan melakukan hal yang sama dengan Andik. Mereka berdua tersenyum. Tett…. Tettt… tet… bel istirahat. Pelajaran Kimia selesai, semua siswa bernafas lega. Dan kembali melakukan aktivitas sewajarnya. Andik dan Gian pergi ke kantin. Namun ditengah jalan.
“eh yank shalat Dhu’ha dulu yuk” ajak Gian
“ide bagus yuk”
Mereka mengambil wudhu, dan shalat dhu’ha berjama’ah.
“ya allah berikanlah kemudahan dalam mengahadapi ujian nasional nanti dan berikanlah kesehatan pada kami ya allah..amien”
Setelah shalat mereka pergi ke kantin, Andik membeli 2 es krim untuk dimakan bersama. Mereka pergi ke belakang halaman sekolah disana mereka selalu menghabiskan jam istirahat. Berbagi cerita, bertukar ilmu pengetahuan. Kadang mengerjakan PR bersama disana.
“sepulang sekolah kegiatan yang berawalan B gmana kalo kita ke Bendungan Kali bening??” tawar Andik pada Gian.
“oke setuju,”
Untung hari itu cerah, dan setibanya mereka di Bendungan Kali Bening sangat tepat waktunya untuk melihat matahari terbenam, Andik memarkirkan motornya dan Gian berlari ke bebatuan dipinggiran bendungan itu. Duduk di batu besar, kemudian Andik menyusul. Mengalungkan tangannya pada bahu Gian menikmati indahnya matahari tenggelam, dan Gian memberi usul.
“foto-foto yuk” tawar Gian sambil mengambil hape jadulnya dan berfoto bersama dengan Andik.
Gian mengangkat kamera handphonenya dan Andik berpose piss!! Jepret!!!
Matahari tenggelam merekapun pulang, seperti biasa. Gian menuliskan kegiatannya bersama Andik dalam tulisan novelnya. Kali ini sambil memainkan jemarinya di keyboard Gian meneteskan airmata, entah apa yang dipikirkannya dan entah mungkin kebersamaanya bersama andik membuat terharu.
FAST-FORWARD
Keesokan harinya untuk Inisial C Gian dibuat penasaran oleh Andik, tentang kegiatan yang berhubungan dengan inisial C ini. Sepulang sekolah dihalaman belakang sekolah Gian dan Andik duduk direrumputan yang lumayan tinggi itu. Kemudian Andik berbaring, disusul Gian.
“liat deh, tampaknya langit akhir-akhir ini sangat bersahabat yah dengan kita” singgung Andik tentang suasana langit saat itu.
“iya yah, tiap hari selalu cerah. Eh apa sich yank untuk inisial C hari ini??”
“mau tau jawabannya?”
“iya dunk”
Andik mendekatkan kepalanya ke kepala Gian dan kemudian mendekatkan bibirnya ke bibir Gian, mereka berdua Ciuman. Dan ini pertama kali mereka lakukan selama mereka BF’an. Begitu mesra, sacara bergantian Gian mengecup bibir bagian bawah Andik dan kemudian Andik pun melakukan hal yang sama. Setelah cukup lama mereka ciuman, tiba-tiba gerimis datang dan semakin menambah keromantisan. Mereka berdua basah kuyup, dan akhirnya memutuskan untuk pulang saja. Sesampainya dirumah Gian menuliskan hal-hal tersebut. Dalam novelnya itu 2 tokoh utamanya bukan laki-laki semua namun cewek dan cowok. Dalam akhir bait pada paragraf tersebut tertulis, Dangsin ttaemune eonjena haengbokhal subakke eomneun na…
Aku yang hanya bisa bahagia karenamu, kapanpun itu…
Untuk Inisial D hari ini, Gian dan Andik sama-sama bingung untuk menentukan kegiatan dengan inisial D. Tiba-tiba Gian menyampaikan idenya pada Andik.
“yank ehm untuk inisial D hari ini gimana kalau DAMAI”
“maksudnya yank??”
“kita cari tempat yang damai, yang tenang yang indah yang sejuk yank..”
“gimana kalo ke air terjun roro kuning??”
“oke siap langsung aja berangkat??”
“yank kalo kesana g boleh pake baju atau barang warna kuning itu kata temen-temen sich”
“terus kenapa??” “kamu kan lagi pake jaket kuning??”
“ayank percaya sama mitos yang begituan??”
“nggak juga sich tapi ambil amannya aja yank?” “ngak akh aku pengen pake jaket ini, ini jaket pemberian kamu kan yank.. yuk uda berangkat aja”
Mereka berangkat mencari tempat DAMAI, sesuai inisial untuk hari ini. Mereka sampai dengan selamat, dan tidak seperti mitos yang dikatakan teman-teman Andik tadi.
“owh iya yank di belakang air terjun ini kan ada DEER hehe”
“yuk kesana”
Mereka memberi makan Deer, foto-foto bersama dengan hewan yang satu ini. Saat Gian dan Andik duduk di bebatuan, Gian menyodorkan sebuah Flash disc.
“yank ehm ini flash dics aku itu ada novel aku yang belum jadi, hmm aku minta pendapat kamu. Dan kalo kamu bisa dikit-dikit tulis aja beberapa cerita disitu biar cepet jadinya hehe”
“oke-oke”
tiba-tiba gerimis. Mereka berdua berteduh disebuah gubuk kecil, tanpa sengaja Andik terpeleset dan tangan kanannya terkilir waktu menahan badannya. Gian mengurut-urut pelan tangan kanan Andik, ketika sudah reda. Mereka memutuskan untuk pulang. Kali ini Gian yang membonceng Andik.
“yank gak apa-apa kamu yang bonceng??”
“tenang gak apa-apa kok”
“kamu bisa kan? Aku takut”
“bismilahirohmanirohim”
Mereka pun pulang, ditengah perjalanan Gian kehilangan kendali saat turunan, dan didepan ada tikungan tajam. Gian mengerem karena jalanan licin mereka berdua tepental keras, Gian terpelanting menabrak pohon beringin dan Andik terkapar di pinggir jalan. Keadaan Gian tepat di bagian Pipinya tertembus sebuah ranting. Darah mengucur deras, untung ada yang langsung menolong. Mereka berdua dibawa kerumah sakit dan ditengah perjalanan karena darah yang dikeluarkan Gian terlalu banyak Gian tidak bisa diselamatkan. Dan andik belum sadarkan diri.
PAUSE
Dipemakaman Gian gerimis mengguyur, para pelayat memakai pakaian serba hitam. Andik dengan duduk disebuah kursi roda menahan tangis melihat pemakaman kekasihnya. Ia seperti menyesali ketidak percayaan akan sebuah mitos. Dia menyesali kemanjaannya karena hanya tidak bisa menahan sakit ditangan kanannya. Kali ini ia benar-benar menangis, tak bisa lagi ia tahan.
Seminggu setelah kejadian, kelas tidak lagi ber pengabsen, pengabsen yang selama ini selalu setia berangkat lebih awal dan selalu menanyakan “ada yang nggak masuk nggak teman-teman” atau terkadang “sapa yang membolos jam pelajaran ini”. Sekarang pengabsen itu benar-benar absen untuk selamanya.
Sebagai penghibur, setiap hari setiap waktu Andik menghabiskan waktu berkutat dengan laptopnya ia lanjutkan novel Gian yang belum sempat ia selesaikan. Sepulang sekolah Andik selalu pergi ke belakang halaman sekolah ia mengenang kejadian waktu pertama kali ia ciuman dengan Gian.
STOP
Tepat tanggal 7 januari sesuai jadwal. Novel karya Gian dan Andik berhasil diselesaikan, dan tepat saat itu adalah hari jadi yang pertama untuk kisah asmara mereka. Andik menatap nanar foto mereka berdua saat melihat matahari terbenam di bendungan kali bening. Hari demi hari terlewat Andik tak bisa melupakan Gian hingga akhirnya ia jatuh sakit. Ia terserang Demam Berdarah sekaligus Typus. Dirumah sakit ia tak mau makan, setiap ia memakan sesuap saja perutnya tidak bisa menerima. Seorang temannya datang menjenguk.
“Bro novel kalian udah terbit, yang ini kan novel kalian masuk best seller bro. Laku banyak dipasaran selamat ya bro??” sambil menunjukan sebuah novel berjudul BILA SANG PENGABSEN, ABSEN SELAMANYA dengan gambar sebuah pena dan sebuah buku absen, dengan latar belakang warna abu-abu.
Andik tersenyum, ia hanya melihat dan membaca bagian belakang yang ia tulis.
Dangsin ttaemune eonjena haengbokhal subakke eomneun na…
Aku berharap kita bisa bertemu lg secepatnya…
Andik tersenyum manis walau bibirnya pucat sekali. Malam hari Andik tidur mengadap kekanan, sambil memeluk novel itu dibibirnya terukir senyum manis dan ia menghembuskan nafas terakhir.
Happy reading kawan like dan komentnya jgn lupa #choi

0 komentar:

Posting Komentar