Kupikir Manis Ternyata Ribet (Oneshoot)



By.Lian48
Hayooo...
Siapa yang lagi menikmati makan siangnya ?? Sambil makan siang , nih admin beri cerpen buat kalian
Jangan lupa like dan komentnya yaa..
Jangan jd pembaca gelap..
Happy reading \^0^/
-Rio POV-
Street Fighter adalah profesiku sekarang, dimana ada suatu gang besar perkumpulan para pejudi yang menjadikan kami para fighters diadu. Uang upahnya memang menggiurkan, tapi euforianya yang sangat aku nikmati, dimana kami disoraki, didukung dan berbagai reaksi penonton membuatku terhibur, aku memang agresif dari kecil, selalu berkelahi tanpa prestasi sehingga jalan yang aku pilih memang tepat, karena melukai orang lain itu sangat menyenangkan.
Tapi hari ini mungkin akan sedikit berbeda, karena lawanku adalah Haikal.. mantan pacarku. Dia duduk si seberangku, melilit tangannya dengan kain pengaman, dia tersenyum manis sambil mengayun-ayunkan kakinya di kursi. “Kakak ini hari yang aku nanti-nanti sejak dulu!!!” teriaknya girang sambil duduk di pangkuanku.
Aku langsung mendorongnya, menatap ke arah lain, berusaha tidak perduli, “Jahat... masih saja dingin. Ayo kita bertarung dengan sportif hari ini! aku sangat bersemangat! Hehe...” Haikal melompat-lompat girang.
Kini aku mengambil handpone, hanya membuka game berusaha mengusir kebosanan selagi menunggu giliran. Haikal memanjangkan lehernya berusaha menghintip Hpku, “Kaka lagi apa?” tanyanya penasaran.
Aku berusaha menjauhkan HP-ku dari tatapannya, “Main game...”
Haikal menghembuskan nafasnya, membuat pipinya menggembung, “Fuuuh syukurlah.. kirain sms-in pacarnya.”
Aku meliriknya, “Memangnya kenapa kalau aku sms pacarku?” sebenarnya aku belum punya pacar baru.
“Gapapa sih... paling aku Cuma nangis gulung-gulung..” ucapnya dengan wajah tanpa dosa.
“Ngapain nangis?” aku menaikkan kening.
“Siapa yang nangis kak?” matanya membulat menatapku
Aku memutar bola mata, “Gaah dasar uke lola! Baru aja ngomong masa lupa.” Ucapku dengan nada kasar.
Haikal memasang wajah sedih, “Kakak kok jahat sih sama aku!!!”
“Kalau aku jahat kenapa cinta?” tanyaku ketus.
“Kakak nyebelin! Aku kan gak suka digalakin. Kaka nah..” rengeknya sambil mencubit perutku, aku sedikit kesakitan.
“Kamu itu manisnya kalau digalakin doang, giliran aku baik aja semena-mena.” Aku kembali menatap HP-ku.
Haikal tersenyum dengan bibir melengkung imut, dia duduk di pahaku sambil melingkarkan tangannya di leherku, “Kaka~ aku lagi mood manja-manjaan.”
“Iya... entar aku manjain di ring dengan tinjuan maut.”
Haikal memukul-mukul dadaku manja, “Jahat..”
Aku tidak luluh dengan rayuannya, paling ini trik yang disarankan menejernya agar aku luluh dan tidak tega menyerangnya. Tapi jangan khawatir, aku profesional, dia tidak pernah menang melawanku karena semasa pacaran dulu pun aku sering menghajarnya saat sparing.
Melihat hubungan kami yang santai santai saja, pasti ada banyak tanda tanya di benak kalian. Bagaimana bisa kami putus? Aku akan menceritakannya dari awal.
Hari itu cukup buruk, lagi-lagi aku bangun terlambat karena menonton bola sampai subuh, aku harus melompati pagar sekolah lagi dan lagi. Tidak ada bosannya guru memarahiku tapi dengan santainya aku kembali duduk ke kursiku dengan tangan yang ada di dalam kantong celana, berjalan dengan cool-nya. Biarlah guru itu mengomel.
Tapi jujur, omelannya hari ini membuatku cukup lelah, aku tidak bisa menikmati tidurku seperti biasa. Membuatku terpaksa pergi ke perpustakaan saat jam istirahat. Perpustakaan adalah tempat yang cukup sempurna buatku, selain sepi nilai plusnya ada AC, membuatku nyaman menikmati siang yang terik ini.
Aku mencoba tidur di pojokan, di sela-sela rak buku matematika, aku rasa rak ini jarang di kunjungi. Aku memejamkan mata, melipat tanganku di depan dada dan bersendar di dinding. Sayangnya ada suara yang kembali menggangguku, aku membuka sebelah mataku, hmm? Seseorang yang sedang melompat-lompat mencoba meraih buku di rak teratas.
Aku menguap lebar, aku berdiri di belakang cowok itu. Dia mungil, aku tersenyum tipis. Aku mengarahkan tanganku ke suatu buku yang firasatku mengatakan ini yang dia incar, “Ini?” tanyaku sambil menunjukkan buku matematika berwarna merah.
Dia membalik tubuhnya ke arahku dan menatapku dengan mulut terbuka, tapi dia menggeleng, aku kembali mengambil buku lain, memanjangkan tanganku tepat di depan mukanya membuat posisiku seolah ingin memeluknya. hingga salah berkali-kali aku mengambil buku baru mendapatkan apa yang dia mau. Dia tersenyum imut sambil meremas buku yang aku berikan, dia menunduk sedikit canggung, aku menggaruk kepala akan reaksinya yang aneh, seperti cewek salting.
Aku kembali beranjak dari tempat itu tapi dia menarik dasiku dan mengendus tubuhku, “Wangi.. eh.. salah, anu.. emmm thanks bukunya..” dia tertawa manis sambil menjulurkan lidah.
Dengan mata ngantuk aku hanya mengangguk dan melanjutkan tidurku. Benar-benar tidur.. yeah sampai-sampai semua pelajaran habis termakan tidurku, aku nyaris terkunci di perpustakaan ini, untungnya penjaga perpustakaan menemukanku dan membuatku terbangun.
Aku gelabakan sambil mengelap iler, petugas itu menatapku risih. Sial sudah jam tiga sore saja sekarang. Yeaah apa boleh buat, yang penting orang tuaku tau bahwa aku sekolah.
Aku memutuskan pergi saja ke parkiran, sudah lumayan sepi namun ada seseorang yang sibuk mengengkol motornya. Tau engkol? Itu menginjak penghidup motor yang ada di samping motor, ketika starter tidak bisa digunakan, itu hanya dialami motor-motor butut. Aku ingin tertawa tapi karena kasihan akhirnya aku hampiri. “Mogok?” tanyaku basa-basi.
Saat dia mengangkat wajah, rupanya dia cowok di perpus tadi. “Iya hehe.. aki motornya kayanya bermasalah.” Ucapnya dengan senyum manis.
Aku mengangguk mengerti, aku mulai menggeser posisinya kemudian mengengkol motornya. Hanya sekali, langsung hidup. Dasar lemah. Aku langsung pergi saat motornya hidup, tapi dia menahan lenganku, dan kejadian itu terjadi begitu saja, sekejab dan tidak bisa aku cegah ketika dia mengecup bibirku, “Thank hehehe..” ucapnya girang kemudian pergi dengan motornya.
Aku hanya terdiam kaku, aku membatu dengan muka merah. SIAL CIUMAN PERTAMAKU DIREBUT COWOK!!!!
-Haikal POV-
Aku pikir aku cowok yang sempurna. Saat sekolah dulu, prestasi akademikku bagus, ekskul aku exis dan dapat banyak prestasi, wajah tampan, attitude bagus dan juga popularitas yang bagus, padahal baru setengah tahun memasuki SMA tapi segalanya sudah aku dapatkan, kecuali kepuasan. Semua kesempurnaan itu membosankan, tidak ada konflik yang menarik hingga akhirnya aku melihat sebuah perkelahian di koridor sekolah.
“Masalah lu apa hah!!!” teriaknya dengan nada menantang. Aku lirik seksama ternyata dia cowok yang aku cium semalam, cowok yang sering menolongku akhir-akhir ini.
“Lu kalau jalan pake mata jangan pake dengkul!!!” jawab cowok yang ada di depannya.
“Dimana-mana jalan itu pake kaki, bego!!!” teriaknya. Aku kebingungan, kemudian berbisik-bisik pada siswa random Cuma berusaha mencari info. Oh rupanya terjadi tabrakan tanpa sengaja sehingga membuat para cowok tempramen ini meledak. Hah sangat sepele. Ini membuatku muak.
Tapi ternyata ada hal menarik yang terjadi, cowok itu memberikan tendangan memutar yang sangat tinggi, tinjuannya sangat matang, tubuhnya lincah dan tangguh. Aku benar-benar terpana detik itu.
Aku terus mencari info tentangnya, ternyata dia dari club karate, hari itu juga aku langsung bergabung karena aku belum pernah mencobanya. Seperti yang aku bilang, aku orang yang berbakat dalam semua bidang, jurus-jurus karate mampu aku kuasai dengan cepat, aku mampu mengalahkan beberapa senior tapi hanya Rio yang membuatku selalu tumbang. Iya nama pemuda kasar dan pemalas itu Rio, dia benar-benar kuat. Saking kuatnya dia mampu menghidupkan motor bututku hehe.. padahal aku yang cukup kuat saja kewalahan. Berarti Rio ekstra kuat!
BRUKK
Aku terbanting, “Ah menyenangkan! Ayo berikan tendangan lagi!!!” ucapku girang. Rio terus menghajarku, tidak perduli seberapa tampan aku, rupanya dia tidak mau mengalah walaupun aku juniornya.
Akhirnya ketua memaksa kami berhenti, padahal aku masih sangat antusias dengan Rio karena dia sangat menakjubkan. Aku benar-benar tergila-gila dengannya. Aku selalu berusaha menarik perhatiannya. Tapi sepertinya Rio tidak menyukai kehadiranku.
-Rio POV-
“Ini aku yang masak, hebat kan? Cowok tampan kaya aku bisa masak lagi..” ucapnya sombong sambil menyodorkan kotak bekal padaku. Haikal, juniorku ini cukup berani masuk kelasku meskipun dilihat banyak temanku. Tanpa banyak tanya aku langsung memakannya, mendadak dadaku terasa berbunga-bunga dan mulutku terasa hangat, makanan lezat dari mana ini? aku kembali melanjutkan makanku tergesa-gesa karena aku sangat menyukai makanannya yang terasa gurih, manis dan pedas ini. aku sampai tersedak karena terlalu cepat makan, dengan tertawa dia menyodorkanku minum.
Aku rasa aku mulai menyukai kehadirannya.
Semakin hari kami semakin akrab, dia sampai menginap di kosanku yang berantakan, dia membuat kosanku bersih dan rapi. Aku belum pernah tinggal di tempat serapi ini, dia juga mengerjakan tugas matematikaku yang memuakkan itu, dia sangat nyambung ketika aku ajak mengobrol bola, game maupun anime. Aku benar-benar tidak percaya ada orang sehebat dia, dia sempurna.
Kami tidur di kasurku yang kecil, dia tidak protes. Dengan senyuman indah dia merapatkan tubuhnya denganku, “Kak Rio, kok kuat sih?”
“Banyak-banyak latihan..” jawabku singkat, entah kenapa aku tidak mampu menghentikan tanganku yang mulai bergerak mengusap kepalanya.
“Kaka juga ganteng, aku suka banget hehe..” dia menyusupkan wajahnya di dadaku. Aku terdiam kaku, rasanya nafasku sesak. Di dekat gadis pun aku tidak pernah segugup ini. aku benar-benar dibuat pasrah malam itu, dia memainkan daguku yang kasar, “Jenggotnya baru dicukur ya?” tanya Haikal. Aku hanya mengangguk.
Tapi betapa manisnya ketika dia menggesekkan pipinya ke daguku, “Hehe geli..” ucapnya cekikikan. Aku masih kaku dengan posisiku. Haikal justru memelukku, melingkarkan kakinya pada pahaku sedangkan tangannya memainkan dadaku. “Kaka aku mau selalu di dekat kaka ya? Aku gak mau pisah. Kaka mau jadi pacar aku?”
Mataku semakin membulat, rasanya aku mau pingsan, dadaku mengembang seolah meletus dan mengeluarkan banyak bunga. Apa aku jatuh cinta? Aku tidak berani menjawab tapi yang pasti gestureku menjawab semua. Aku semakin perhatian dengannya, memberikan kecupan mesra atau membalas senyumnya.
Aku juga sering membawakannya bunga, dia sangat manja, membuatku gemas. Hubungan kami manis, sangat manis.. penuh kemanisan tapi ternyata manisnya dia lama-lama bikin enek, Haikal itu terlalu rumit.
*Ketika mau berangkat sekolah.*
“Kakak gak jemput aku? Kak nanti aku telat!!!” teriaknya dari telepon.
Aku yang mengendarai motor terpaksa mengangkat HP-ku karena puluhan kali berdering dan itu memuakkan, dia sangat tidak sabaran, “Iya iya sayang sabar. Ini sudah di jalan.”
“Kakak gimana sih!! Kemarin janjinya gak telat lagi!!! Kaka ingkar janji ya.. kaka ini kok ngeselin. Kak kalau janji itu harus di tepati!!!”
PRWEEETTT
Suara peluit polisi.
Dan sialnya, karena menelepon sambil mengendarai motor, aku kena tilang! Gak pakai helem lagi, pasal berlapis, uang terkuras.
*Ketika di kantin.*
Aku membawa dua mangkok bakso ke meja kantin, biasanya jam begini aku tidur tapi Haikal memaksaku menemaninya, mau gimana lagi si raja ini tidak mau dibantah, “Ini kok ada daun sopnya?” protes Haikal.
Aku menaikkan kening, “Emangnya kenapa dek?”
Wajahnya seolah shock, “Kakak, aku itu kan gak suka daun sop! Baunya gak suka.”
Aku mengangkat bahu, “Ya aku gak tau, dek..” jawabku santai.
“Loh kok gak tau kak! Kakak itu kan pacar aku harusnya kaka tau tentang aku kan!!!” ucapnya nyolot. Sumpah ini membuat wajahku memerah karena kesal, orang-orang di kantin jadi menyorot kami.
“Yaa yaa..” aku hanya menjawab malas-malasan.
“Gitu ya kaka! Kakak gak ada rasa bersalahnya sama sekali.” Ucapnya dengan nada kecewa.
Aku menggebrak meja dengan kesal, aku ganti baksonya dari pada bawelnya semakin kumat.
*Ketika telat balas sms*
-Kak aku kangen..- bunyi smsnya.
-yaampun dek, baru aja pulang sekolah.. baru aja ketemu di sekolah.-
-jadi kaka gak kangen aku? TwT –
-Kangen kangen..- jawabku malas.
-Masa?-
-Yee yee..-
-Kaka jawabnya gak niat banget sih? Kaka berubah nih!-
Aku yang melepas seragamku mulai pergi ke kamar mandi, berusaha membersihkan badan dan juga pikiranku yang tertekan.
Ternyata itu membuat inboxku penuh.
-Kak!! Kok gak di bales sih?!!-
-Kak?-
-KAK RIO!!!-
-Aaaarghh nyebelin ya kakak nih!-
-kaka sms-an dengan uke lain ya? QAQ tega!!! Kaka tega!!!-
-KAKA RESE!!!-
-Kak ayo balasss balassss-
-NYEBELIN SUMPAH MAU AKU CEKEK HAH!-
-Oh gitu ya kaka, nyuekin aku. Aku udah gak tahan lagi kak diginiin terus. Kita putus...-
Selesai mandi rasanya aku seolah terkena serangan jantung membaca sms terakhirnya, mataku terasa panas. Putus? Hanya karena hal sepele? Sumpah labil banget, baru kali ini aku ketemu orang yang hidupnya terlalu drama.
Aku meremas rambutku kesal, aku tidak bisa menahan tangisku karena bagaimana pun aku terlanjur cinta dengannya. Tapi dengan santai aku balas, -OK-
Gak sampai tiga detik langsung dapat balasan, -Jadi kakak mau putus? Gak ada bujukin aku? Aku Cuma ngambek kak!!! Kaka nih ga pengertian ya. Bujukin kek, apa kek bikin aku luluh gitu... tega kaka ini, jangan-jangan ada uke lain.-
Aku lelah, aku pun berbohong, -Ya ada uke lain.- balasku singkat. Dan semenjak saat itu aku tidak menerima lagi pesan darinya.
Sesak memang, rasanya hilang... aku tidak mengerti kenapa aku bisa segalau ini hanya karena orang yang drama dan labil kaya dia? Kaya cewek sumpah. Aku baru pertama kali patah hati dan saat itu aku benar-benar bingung bagaimana cara mengatasinya sehingga aku berkelahi setiap hari, aku jadi jauh lebih sensitif, aku tidak suka bicara, tapi hanya memukul, nilaiku anjlok, hidupku hancur. BENAR-BENAR HANCUR KARENA CINTA!!! Aku benci sikapnya, benar-benar benci tapi aku menangis meraung karena aku tidak bisa menyembunyikan perasaanku bahwa bagaimana pun dia, aku mencintainya.
Aku lihat dia santai saja dengan teman-temannya, kami tetap bertemu di club karate, dia baik-baik saja. Bahkan dia bersikap manis seolah tidak terjadi apa-apa, ini membuatku nyeri. Tapi aku bisa lihat matanya yang sembab karena banyak menangis. Aku kembali jatuh cinta jika dia semanis ini, entahlah... kenapa dia bisa serumit ini? kenapa ketika pacaran dia tidak semanis ini? kenapa dia tidak belajar menghargaiku sebagai kekasihnya, aku justru lebih betah menjadi temannya karena ketika kami pacaran dia terlalu rumit, banyak perintah, sensitif, labil, drama.. pokoknya benar-benar bikin kepala mau meledak.
Apa mungkin perasaanku yang salah? Mungkin sifat dasar manusia, ketika tidak memiliki, rasa antusias itu sangat besar. Tapi ketika sudah dimiliki justru tidak semenyenangkan dulu. Manusia selalu menginginkan apa yang tidak dimiliki.
Aku yang tangguh kini rapuh, hanya bisa menatap foto-foto kami di handphoneku, dan lagu-lagu di radio itu sangat mewakili perasaanku.
Aku yang lemah tanpamu
Aku yang rentan karena
Cinta yang tlah hilang darimu
Yang mampu menyanjungku
Selama mata terbuka
Sampai jantung tak berdetak
Selama itu pun aku mampu
Untung mengenangmu
Darimu, kutemukan hidupku
Bagiku, kau lah cinta sejati
Bila yang tertulis untukku
Adalah yang terbaik untukmu
Kan kujadikan kau kenangan
Yang terindah dalam hidupku
Namun tak kan mudah bagiku
Meninggalkan jejak hidupku
Yang tlah terukir abadi
Sebagai kenangan yang terindah
-Samsons, Kenangan terindah-
Tapi kami tidak pernah balikan meski sebesar apapun cintaku, hingga aku harus menghabiskan empat tahun dalam kesendirian, aku belum mampu menerima orang lain memasuki hatiku.
-Haikal POV-
Empat tahun yang lalu memang manis, padahal hanya setengah tahun masa jadian kami tapi aku tidak mengerti apa yang membuatku terlalu mencintainya dan tidak mampu menerima cinta lain. Dia hanya pemuda kasar yang tidak mengerti cara menghargaiku, dia selalu melakukan kesalahan, dia tidak mengerti aku. Tapi aku tetap mencintainya..
Aku sadar, aku mungkin terlalu rumit untuknya, dia pasti tertekan di dekatku. Andai saja diberi kesempatan, aku akan berubah. Tapi sayangnya dia memiliki uke lain, aku paling tidak bisa terima jika ada orang lain dalam hidupnya.
Aku benci dia dan sangat bersemangat untuk menghajarnya hari ini. tanganku berbunyi saat aku perenggangan, dan nama kami pun disebutkan si pembawa acara.
Tapi mendadak di atas tas Rio ada HP yang berbunyi. Aku tidak mungkin memanggilnya karena dia sudah di ring lebih dulu. Karena penasaran aku pun membuka HP itu, ternyata sebuah note yang bertuliskan ‘4th anniversary Rio Haikal’ mataku langsung berkaca-kaca, dan aku lebih terkejut saat melihat wallpapernya ada foto kami berdua yang terlihat mesra saat masih SMA dulu, aku bongkar album fotonya penuh dengan foto-fotoku yang terunggah di instagram.
Aku buka sms dan teleponnya, hanya ada sms-sms dan bbm yang berurusan kampus, bahkan ada bbm dari gadis-gadis cantik atau uke cakep hanya dia read. Aku menangis sambil menutup mulutku dengan tangan. Apa Rio masih mencintaiku seperti dulu? Jangan-jangan dia single? Tapi kenapa dia tidak mengatakannya? Kenapa dia tidak berusaha mempertahankanku?
Sialnya si menejer menyeretku untuk segera ke ring. Wajahku benar-benar suram, moodku hilang. Kupingku berdengung, tidak bisa mendengar apa yang diucapkan orang-orang. Tau-tau Rio sudah menendangku hingga terpelanting, aku bangkit tapi tidak mampu membalas, dia kembali meninjuku, “Apa kau mencintaiku?” teriakku.
“Kau gila, ini bukan waktu yang tepat!” tendangan Rio kembali membuatku tersungkur.
“Aku mencintaimu, kau mencintaiku kan!” tanyaku dengan mata berkaca-kaca.
“Profesional! Jangan kecewakan menejermu, lakukan tugasmu layaknya fighter sejati.”
Dengan bringas aku menghantamnya, menindihnya kemudian melumat bibirnya, orang-orang terperangah, “Kau mencintaiku?” tanyaku antusias.
“Kau rumit, kau membuatku lelah.”
“Waktu itu aku hanya remaja labil! Itu wajar kan? Aku masih mencari pelajaran. Aku bisa berubah, semua perpisahan ini menyakitkan.”
“Oh ya? Memangnya sekarang sudah gak labil?’’
Aku meremas pipi Rio, “Aku pasti bisa berubah! Kau cinta aku kan kak? aku lihat semuanya di Hpmu. Kenapa kau tidak berusaha mempertahankan hubungan kita?”
“Kau pangeran yang tidak pernah mau dibantah. Aku hanya menuruti semua perintahmu.”
Aku memukul dada Rio kesal dan tangisku mulai berhamburan, “Kalau begitu aku perintahkan kau menjadi pacarku lagi!”
“Yes, My lord...”
Senyumku merekah, seolah dunia hanya milik kami berdua. Astaga butuh empat tahun bagi kami mampu memetik hikmah ini. meskipun dia tidak bisa memenuhi segala mauku, dia selalu membuatku kesal, ataupun aku yang kelewat bawel dan drama, kenyataannya kami saling mencintai. Hanya saja satu kelemahan kami, tidak bisa menerima kejelekan masing-masing.
Dan detik ini juga kami belajar saling mengerti dan memperbaiki.
END
Beri kritik dan saran yang membangun yaa..
Beri like nya juga
Revan

0 komentar:

Posting Komentar