Persembahan Terakhir (Oneshoot)



By : Ali alvent phoenix
Admin : Revan
Jangan Lupa Like dan Comentnya yaa Kawan
Jangan jadi pembaca gelap...
Daffa duduk di pojokan kamarnya sambil menangis tersedu-sedu. Sesekali dia memegangi dada sebelah kirinya. Tangan Daffa mengusap air mata yang membasahi pipinya kemudia dia mengeluarkan HP-nya. Dia tampak sedang memandangi foto-foto yang ada dalam album HP-nya itu. Ya. Itu adalah foto-fotonya bersama Arga, belahan jiwanya, dan cinta sejatinya. Dalam foto itu Daffa dan Arga terlihat sangat bahagia. Senyum manis mereka selalu ada pada setiap foto yang ada. Daffa pun mengingat kembali saat pertama dia bertemu dengan Arga.
***
Suatu ketika Daffa pergi ke sebuah toko buku. Daffa ini sangat suka baca buku. Dia memilih jalan-jalan ke toko buku ketimbang jalan-jalan ke mall. Banyak sekali buku yang ada disana. Mulai dari novel, majalah, kamus, buku cerita, dan lain-lain. Nah! Kalau Daffa ini paling suka baca novel. Hampir semua jenis novel dia suka. Di rumahnya pun banyak sekali koleksi novel hasil karangan penulis-penulis besar.
“Mantap banget nih, novelnya kece-kece,”gumam Daffa. “Boleh dibaca nggak, ya?”tanya Daffa pada dirinya sendiri. “Mbak, novelnya boleh dibaca dulu nggak ?”tanya Daffa pada seorang Mbak-Mbak penjaga toko buku itu.
“Maaf, mas! Sayangnya nggak boleh,”ternyata Mbak pelayan toko itu tidak memperbolehkan.
“Ayolah, Mbak! Boleh, ya,”Daffa memohon-mohon.
“Aduh, mas! Ini itu toko buku, bukan perpustakaan,”si Mbak tetep nggak mengizinkan. Daffa pun meninggalkan si Mbak itu dan kembali melihat-lihat buku.
Daffa mendapatkan buku yang sangat bagus menurutnya. Dia pun membawanya ke kasir. Braakkk….Daffa menabrak seseorang. Tampaknya tabrakan itu terjadi karena Daffa asyik memandangi bukunya tanpa melihat ke depan, sedangkan orang yang menabrak Daffa juga asyik dengan bukunya. Buku yang mereka pegang berserakan di lantai. Ada beberapa orang yang memerhatikan mereka, namun orang-orang tersebut kembali sibuk dengan buku yang ada di rak.
“Aduh! Sorry! Gue nggak sengaja,”cowok di depan Daffa meminta maaf padanya.
“Nggak apa-apa. Tadi gue juga nggak lihat lo ada di depan gue,”sambung Daffa.
“Lo suka baca buku juga, ya?”tanya cowok itu.
“Ya gitu, deh,”jawab Daffa.
“Eh! Ini kan novel terbaru,”cowok itu mengembalikan buku Daffa yang tadi dia pungut.
“Iya, nih. Gue ngefans banget sama penulisnya. Karya-karyanya itu luar biasa banget,”kata Daffa setelah menerima kembali novelnya.
“Gue juga ngefans abis sama penulis itu. Menurut gue novel karyanya itu beda sama novel-novel lain. Eh! Menurut lo maksud dari judulnya itu apa, ya? Gue penasaran banget,”jawab cowok itu.
“Nggak tau juga sih. Gue juga penasaran abis. Tadi ada dua judul buku, tapi yang ini bikin gue penasaran. Makanya gue langsung ambil, deh,”jelas Daffa.
“Sebenarnya sih, gue juga ngincer itu buku, tapi sudah keduluan sama lo, jadi gue lepas aja lah buat lo,”kata cowok itu.
“Heem…kalau lo mau, lo ambil aja!”kata Daffa.
“Nggak usah. Nanti biar gue nyari sendiri di toko buku lain,”cowok itu menolak tawaran dari Daffa.
Daffa hanya tersenyum sambil manggut-manggut, sedangkan cowok itu tersenyum sambil membetulkan kacamatanya.
“Lo beli buku dongeng? Banyak banget lagi,”tanya Daffa.
“Selain novel dan kumpulan cerpen, gue juga suka banget sama buku dongeng. Gue beli banyak buku dongeng, soalnya mau gue sumbangin ke panti asuhan,”jelas cowok berkacamata itu.
“Ini cowok sudah manis, hatinya baik banget lagi,”bisik Daffa dalam hati.
“Eh! Kita belum kenalan, kan? Kenalin gue Arga Syahreza”cowok itu mengajak jabat tangan.
“Jadi dari tadi kita ngobrol panjang lebar, kita belum kenalan, ya. Gue Daffa Wijaya,”kemudian Daffa menjabat tangan Arga.
Mereka pun berjalan bersama menuju kasir untuk membayar buku yang mereka beli. Kebetulan mereka searah, jadi Daffa mengajak Arga untuk pulang bareng naik mobilnya. Akhirnya sampailah mereka di rumah Arga.
“Makasih, ya, Daff, sudah dianterin pulang,”kata Arga.
“Sama-sama, Ga,”sambung Daffa. Arga pun bersiap untuk turun. Dia melepas sabuk pengaman yang dia pakai. Saat dia hendak turun, tiba-tiba Daffa menghentikannya dengan memegang tangannya.
“Maaf, Ga! Gue nggak bermaksud macam-macam,”Daffa melepaskan genggamannya terhadap tangannya Arga.
“Nggak apa-apa lagi,”kata Arga.
“Nih! Buat lo, Ga,”Daffa menyodorkan buku yang baru saja dia beli pada Arga.
“Beneran buat gue? Terus lo gimana? Katanya lo penasaran sama buku ini?”tanya Arga.
“Sudahlah, ambil aja!”bujuk Daffa.
“Makasih banget, ya, Daff,”Arga pun menerima buku pemberian Daffa itu.
“Ga, kalau lo ke panti asuhan, gue ikutan, ya,”kata Daffa.
“Oke. Eh! Gue minta nomor lo, dong,”seru Arga sambil menebar senyum pada Daffa. Daffa pun memberikan nomor HP-nya pada Arga, begitu juga dengan Arga, dia pun turut memberikan nomor HP-nya pada Daffa.
Semenjak itu Daffa dan Arga jadi sangat akrab. Ternyata mereka itu kuliah di kampus yang sama, jadi mereka selalu berangkat dan pulang bareng. Mereka juga sering ngobrol berdua di taman. Sampai-sampai teman kuliah mereka beranggapan kalau mereka adalah pasangan yang sangat serasi. Banyak sekali yang ngiri sama mereka. Soalnya dimana ada Daffa disitu pasti ada Arga. Selain berduaan di kampus, Arga dan Daffa juga sering jalan bareng, makan bareng, nonton bareng, dan ke toko buku juga bareng.
***
Arga tampak sedang asyik bergurau dengan Tania, Sammy, dan Dinda. Mereka tertawa bersama. Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Pip..pip..ada SMS yang masuk ke HP Arga dan SMS itu dari Daffa.
“Ga, gue minta sekarang lo temuin gue di kebun belakang kampus! Ada yang mau gue omongin ke lo,”kata Daffa dalam SMS itu.
“SMS dari siapa sih? Serius banget bacanya,”tanya Dinda.
“Pasti dari Daffa, ya?”goda Tania. Arga hanya tersenyum. “Tuh, kan, bener,”tambah Tania.
“Gue cabut dulu, ya,”Arga bangkit dari duduknya.
“Mau kemana lo?”tanya Sammy.
“Ada, deh,”jawab Arga singkat kemudian meninggalkan teman-temannya.
“Si Daffa kayak kurang kerjaan aja, sini-sono aja pakai SMSan segala,”gerutu Sammy.
“Lo cemburu, ya? Iya, kan? Ngaku deh!”Tania menggoda Sammy.
“Apaan coba maksud dari kata-kata lo itu?”Sammy tak mengerti dengan ucapan Tania.
“Nggak usah berlagak bego deh, Sam! Lo cemburu kan sama Daffa? Soalnya semenjak Arga deket sama Daffa, lo jadi dicuekin sama si Arga. Padahal dulu sebelum Arga kenal sama Daffa, lo sama Arga kan lumayan deket,”jelas Tania.
“Ada kisah cinta segi tiga di antara kalian. Wah! Seru nih,”ceplos Dinda.
“Sudahlah! Kalian ini seperti anak kecil aja,”Sammy meninggalkan Dinda dan Tania.
Memang. Dulu Arga dan Sammy cukup dekat sebagai sahabat, namun kedekatannya dengan Arga dikalahkan oleh Daffa. Kedekatan Arga dengan Daffa memang membuat Sammy sedikit cemburu.
Di sisi lain, Arga menemui Daffa di kebun belakang kampus. Daffa sudah menunggu disana.
“Sorry, Daff! Lama ya, nungguin gue,”Arga langsung duduk di samping Daffa.
“Nggak apa-apa, Ga,”sahut Daffa.
“Lo mau ngomong apa ke gue? Kayaknya penting banget,”tanya Arga.
“Gini, Ga! Sebenarnya gue mau ngomongin ini ke lo sejak lama, tapi nggak pernah kesampaian, soalnya gue masih takut ngomong ke lo. Tapi sekarang gue sudah berani ngomong ke lo, kalau gue sebenarnya suka sama lo, gue sayang sama lo, dan gue cinta sama lo. Lo mau nggak jadi pacar gue?”Daffa meluapkan semua unek-uneknya. Arga tak langsung menjawab. Suasana jadi hening. Yang terdengar hanyalah suara kicauan burung di antara cabang-cabang pohon.
“Gue juga sayang dan cinta sama lo, Daff. Gue mau jadi pacar lo,”akhirnya Arga memberikan jawaban yang ditunggu-tunggu oleh Daffa sedari tadi. Dengan bahagianya Daffa memeluk Arga. Pelukan Daffa begitu erat ke Arga.
Daffa menatap Arga dengan mata yang berbinar-binar, begitu juga dengan Arga. Senyum mereka mengukir di wajah mereka yang tampan. Daffa membelai lembut rambut hitam Arga, kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Arga, lalu dengan perlahan Daffa mencium bibir Arga. Ciuman Daffa untuk Arga ini begitu penuh perasaan. Ciuman itu bukan ciuman yang berdasarkan nafsu, tapi ciuman yang berdasarkan cinta yang benar-benar tulus.
Tanpa mereka sadari Sammy sudah ada disana menyaksikan dua insan yang sedang memadu kasih itu. Hancur sudah hati Sammy. Ingin rasanya Sammy berlari ke sana dan menonjok muka Daffa, tapi Sammy mengurungkan niatnya itu. Dia hanya diam di tempat dan tangannya mengepal dengan kuatnya, tampak siap untuk menonjok seseorang. Jeduakk…Sammy menonjok diding dengan sepenuh tenaganya. Sampai-sampai tangannya itu berdarah. Rasa sakit yang dirasakan oleh tangannya saat ini tidak seberapa dengan rasa sakit yang dirasakan oleh hatinya. Air matanya mengalir menganak sungai. Untuk pertama kalinya Sammy menangisi seseorang dan sedihnya orang yang dia tangisi takkan pernah tau kalau dia menangis karenanya. Sammy pun meninggalkan dua insan itu dalam kebahagian mereka, sedangkan dia sendiri merasa hancur dan sakit.
Suatu hari Daffa tidak masuk kuliah. Entah sakit apa yang tengah dideritanya. Sudah seminggu ini dia nggak masuk kuliah. Arga sudah menengok ke rumahnya. Berdasarkan keterangan Daffa, dia hanya sakit flu biasa. Walau Daffa bilang hanya sakit flu aja, tapi Arga merasa ada yang aneh dengan penyakit Daffa ini.
***
“Ga, mana Bf, lo?”tanya Sammy dengan nada yang sedikit menyindir. Tania dan Dinda yang mendengar pertanyaan itu hanya melotot tak mengerti.
“Pasti yang Sammy maksud itu Daffa, tapi bagaimana dia bisa tau kalau Daffa pacarku,”kata Arga dalam hati.
“Eh! Sam, siapa yang lo maksud?”Tania penasaran.
“Ya, Daffa lah,”jawab Sammy. Masih dengan nada menyindir. Tania dan Dinda langsung menoleh ke Arga dengan tatapan penuh tanda tanya.
“Eh, Ga! Beneran lo Bf-an sama Daffa?”Dinda penasaran.
“Mungkin ini saatnya gue jujur sama kalian. Gue ini gay dan Daffa memang Bf gue. Gue harap kalian nggak jijik sama gue yang gay ini. Cuma kalian temen gue. Kalau kalian jijik sama gue, terus kalian jauhin gue, terus gue temenan sama siapa, dong?”jelas Arga pada Dinda dan Tania.
“Ya, ampun, Ga! Kita sudah tau lagi kalau lo itu gay. Dan satu lagi, Ga, kalau kita jijik sama lo, mungkin sudah dari dulu kali, Ga, kita ninggalin lo,”jelas Tania. Dan Arga pun terkejut mendengar penjelasan dari Tania tadi.
“Nggak mungkin lah, Ga, kita ninggalin lo Cuma gara-gara lo gay. Kita kan bestfriend forever,”tambah Dinda. Arga menangis haru dan langsung mereka bertiga pun berpelukkan.
“Sam, kamu nggak ikutan?”tanya Arga pada Sammy yang tidak ikut berpelukkan.
“Gue juga mau dipeluk,”Sammy langsung ikut bergabung dalam pelukan itu.
Tak berapa lama kemudian pelukan pun selesai. Mereka kembali duduk lagi.
“Selamat ya, Ga, lo sudah jadian sama Daffa,”Tania menjabat tangan Arga.
“Iya, Ga, selamat, ya. Kalian berdua memang best couple deh. Kita akan selalu dukung hubungan lo sama Daffa. Ya, kan, Tan?”kata Dinda. Tania mengangguk dan tersenyum.
Arga benar-benar tidak menyangka kalau dia diberi sahabat yang sangat baik padanya oleh Tuhan. Arga benar-benar bersyukur dengan pemberian Tuhan itu.
Tiba-tiba Arga yang tengah berbincang-bincang dengan temannya, merasakan sakit yang teramat sangat di seluruh tubuhnya, hingga dia pun jatuh tersungkur. Langsung saja teman-temannya pun panik dan Sammy langsung mengangkat Arga ke mobilnya dan membawanya ke rumah sakit. Tania dan Dinda juga ikut. Dokter yang memeriksa Arga mengatakan bahwa Arga mengidap kanker darah stadium 3. Tania, Dinda, dan Sammy sangat terkejut dengan keterangan dokter itu, namun yang mereka sangat sayangkan adalah kenapa Arga bisa menyembunyikan penyakitnya itu dari mereka. Tak lama kemudian Arga sadarkan diri.
“Ga, kenapa lo nggak pernah cerita ke kita kalau lo sakit, Ga?”tanya Sammy sambil menggenggam tangan Arga yang terasa sangat dingin.
“Iya, Ga. Lo bilang kita best friend forever, tapi lo sudah nutupin sesuatu dari kita,”kata Tania.
“Daffa udah tau belum, Ga, kalau lo sakit,”tanya Dinda.
“Belum. Gue nggak mau ngasih tau dan gue harap dia nggak bakalan tau soal penyakit gue. Please, jangan kalian kasih tau Daffa soal penyakit gue ini! Soalnya Daffa juga kan lagi sakit, jadi gue nggak mau bikin dia khawatir sama kesehatan gue, sedangkan kesehatannya sendiri dia abaikan,”jelas Arga dengan suara yang sedikit pelan.
Kini giliran Arga yang nggak masuk kuliah. Daffa mulai khawatir dengan Bf-nya itu.
“Tan, lo liat Arga?”tanya Daffa.
“Nggak tuh, gue nggak liat dia seharian ini,”jawab Tania.
“Coba deh, hubungi HP-nya!”saran Dinda.
“Udah, Din. Puluhan kali gue SMS dia, puluhan kali pula gue nelpon dia, tapi nggak ada jawaban,”jelas Daffa.
“Kenapa lo nggak pergi ke rumahnya aja?”saran Tania.
“Kalau gitu, gue ke rumah Arga dulu, ya,”Daffa pun pergi.
***
“Ga, gue mau jujur sama lo. Gue cinta sama lo, Ga. Udah lama gue suka sama lo, Ga, tapi gue nggak pernah punya keberanian buat nyatainnya,”Sammy menyatakan perasaannya pada Arga.
“Sorry, Sam! Gue nggak bisa nerima lo, soalnya gue udah ada Daffa. Gue udah nganggep lo kayak kakak gue sendiri, Sam,”jelas Arga.
“Tapi gue cinta banget sama lo, Ga. Tolong buka hati lo buat gue, Ga!”Sammy memohon.
“Hati gue Cuma satu dan itu Cuma buat Daffa seorang, tapi kalau sebagai sahabat, hati gue masih ada banyak ruang,”jelas Arga lagi.
Sammy menggenggam tangan Arga dengan eratnya. “Sam, bisa lo lepasin tangan gue?”kata Arga.
“Ga, kalau gue nggak boleh nyentuh hati lo, seenggaknya lo izinin gue nyentuh bibir lo dengan bibir gue untuk pertama dan terakhir kalinya,”Sammy memohon sambil menatap Arga dengan tatapan sendunya. Perlahan-lahan Sammy mendekati Arga, Arga berusaha menjauh dari Sammy, tapi Sammy langsung menariknya dan memasukkan Arga dalam dekapannya. Sammy menciumi leher Arga dengan penuh perasaan. Arga hanya diam. Setelah menciumi leher Arga, Sammy mencium bibir Arga yang merah. Arga berusaha menolak ciuman Sammy itu, tapi Sammy tak membiarkannya lepas. Arga pun hanya bisa menerima ciuman mesra dari Sammy. Sambil masih menciumi bibir Arga, Sammy melepas kemejanya. Dibaringkanlah Arga di ranjangnya, namun Arga mendadak bangkit. Saat Arga bangkit dari tidurnya itu, wajahnya jadi dekat dengan wajah Sammy dan Sammy pun langsung menyambar leher Arga dengan bibirnya yang tipis. Arga kembali terbaring dan Sammy masih menciumi lehernya. Dibukanya satu persatu kancing kemeja Arga lalu dihempaskanlah kemeja itu di lantai. Ciuman Sammy berpindah ke bibir Arga.
“Kenapa lo jadi kayak gini sih, Sam?”tanya Arga sambil mendorong Sammy menjauh.
“Jawabannya Cuma satu, Ga. Karena gue cinta sama lo, Ga,”jawab Sammy kemudian mencium bibir Arga lagi.
Tanpa mereka sadari, Daffa sudah berdiri di depan pintu kamar Arga dan menyaksikan percintaan antara Sammy dan Arga. Sakit rasanya hati Daffa melihat kekasihnya selingkuh dengan sahabatnya sendiri. Daffa pun memilih meninggalkan mereka berdua.
“Daffa tunggu!”panggil Arga, tapi Daffa tak mau berhenti. “Tunggu, Daff! Biar gue jelasin semuanya!”kata Arga.
“Semuanya udah jelas, Ga. Nggak ada yang perlu lo jelasin lagi,”Daffa meninggalkan Arga sendiri. Arga berlinangan air mata. “Sorry, Ga! Kalau gue kayak giniin lo, tapi mungkin Sammy memang orang yang tepat buat lo. Soalnya bentar lagi gue kan udah mati. Semoga lo bahagia sama Sammy, Ga,”kata Daffa dalam hati. Berkali-kali Arga memanggil nama Daffa, tapi Daffa tak menghiraukannya.
“Maafin, gue, Ga! Gue nggak bermaksud buat lo sama Daffa berantem kayak gini,”kata Sammy.
“Udahlah, Sam! Mending sekarang lo balik, gue mau istirahat,”Arga mengusir Sammy dari rumahnya. Sammy pun pergi dari rumah Arga.
***
Selang beberapa hari setelah kejadian itu, Arga masuk rumah sakit. Ibunya sangat sedih. Kata dokter Arga hanya punya waktu dua bulan untuk hidup. Sammy, Tania, dan Dania merasa sangat terpukul dengan kabar itu. Selagi Arga berjuang melawan kanker tulangnya, Daffa harus bertahan dengan penyakit jantungnya.
“Ga, lo jangan sedih, ya! Bf lo, juga lagi sakit. Dia sakit gagal jantung, Ga. Dia juga dirawat di rumah sakit ini,”berita dari Tania itu membuat hati Arga sedih.
Pada suatu malam Arga membangunkan Ibunya. “Ma, bangun, Ma! Arga mau ngomong sesuatu,”kata Arga dengan suara lirih.
“Ada apa, sayang?”tanya Ibu Arga.
“Ma, Arga pengen donorin jantung Arga buat Daffa, Ma. Arga pengen berguna untuk orang yang Arga cintai, Ma. Boleh kan, Ma?”jawab Arga. Ibu Arga tak menjawab. Air matanya mengalir menganak sungai. “Mama, jangan nangis! Nanti Arga jadi sedih,”Arga menghapus air mata Ibunya. “Ma, Arga minta kertas sama polpen,”Mama pun mengambilkan. Arga mulai menulis. Setiap kata yang Arga tulis dibarengi dengan menetesnya air matanya.
Malam itu tepat pukul dua belas malam Arga menutup mata untuk selama-lamanya. Arga berpulang ke rahmatullah saat ulang tahunnya yang ke dua puluh satu. Ibu Arga sangat sedih. Tak henti-hentinya dia menangis. Selain Ibu Arga, Sammy, Tania, Dinda, dan teman-teman Arga yang lain juga ikut sedih atas meninggalnya Arga.
Seperti permintaan terakhir Arga, jantung Arga satu-satunya itu didonorkan untuk orang yang Arga cintai, yaitu Daffa. Keluarga Daffa sangat berterimakasih pada Ibu Arga. Daffa tak tau siapa orang yang mendonorkan jantungnya untuknya. Sampai akhirnya, Tania, Dinda, dan Sammy datang menjenguk Daffa pasca operasi. Daffa sedikit terganggu dengan kehadiran Sammy.
“Daff, ada yang mesti lo tau. Baca ini, Daff! Ini dari Arga,”Sammy menyerahkan surat yang pernah ditulis oleh Arga.
Dear, my sunshine, Daffa,
Daff, mungkin saat lo baca surat gue ini, gue udah nggak ada di dunia ini, gue udah ada di tempat yang hampa, tapi menentramkan.
Gue udah lama sakit, Daff. Gue mengidap kanker darah stadium 3. Maaf! Kalau gue nggak pernah ngasih tau ke lo kalau gue sakit. Soalnya gue juga tau kalau lo juga lagi sakit, makanya gue nggak ngomong ke lo. Gue takut lo jadi khawatirin gue.
Gue sama sekali nggak mau liat lo menderita. Gue nggak mau liat lo mati, jadi gue persembahin jantung gue ini buat lo, supaya lo tetep hidup. Ngelakuin ini buat gue bahagia dan bangga, Daff. Akhirnya gue bisa berguna buat orang yang gue cintai, yaitu lo, Daff.
Semoga dengan adanya jantung gue di dalam tubuh lo, lo jadi bisa inget sama gue terus.
Gue di sini tersenyum bahagia, Daff, karena lo udah sembuh. Semoga hidup lo selalu bahagia.
Your moonshine, Arga
Daffa tersadar dari lamunannya, karena ada seseorang yang memeluknya dari belakang. Dia adalah Samuel, pacar barunya. Kehadiran Samuel dalam hidup Daffa, sudah membuat Daffa sedikit bisa melupakan cinta lamanya yang telah beristirahat dalam damai. Daffa menghapus air matanya kemudian membalikkan tubuhnya menghadap Samuel. Kemudian sebuah senyum mengukir di wajah Samuel. Melihat senyum yang mengembang di bibir Samuel, bagai terhipnotis, Daffa pun mengukir senyum di bibirnya juga. Arga yang kini berada di surga pun tersenyum bahagia, melihat orang yang sangat dia sayangi bisa tersenyum kembali.
*****TAMAT*****
Hayoooo
Kritik dan Sarannya yang membangun dibutuhkan lhoo
Jangan cuek setelah baca yaa..
Admin Revan

0 komentar:

Posting Komentar