By Ali alvent phoenix
Selamat membaca Like dan Koment yah.. #choi
“Malem Kak, ”Aku memulai obrolanku dengan seseorang yang kukenal dari facebook.
Tak berapa lama kemudian, orang yang aku chat tadi membalas,”Malem juga, Dek,”
Dari pukul delapan malam hingga tengah malam, aku dan teman chatingku itu terus berchatting ria. Sampai akhirnya aku harus pamit untuk tidur pada temanku, karena mataku sudah mulai berat. Itu karena siang tadi aku harus menghabiskan waktuku di ruang musik bersama teman-temanku untuk berlatih paduan suara.
***
Kakiku melangkah masuk ke dalam kelas. Aku dikejutkan oleh Sham yang tiba-tiba berdiri di depan pintu kelas sambil cengar-cengir. Aku sempat terlonjak kaget.
“Kenapa kamu?”tanya Sham seperti tak berdosa saja. Kalau saja dia bukan sahabatku, sudah aku bikin pepes dia. Ya. Aku suka sekali makan pepes. Apalagi pepes cowok ganteng.
“Kenapa, kamu bilang? Aku kaget tahu nggak. Aku kira kamu tuyul,”rutukku pada Sham. Sedangkan dia hanya mengerutkan keningnya seperti nenek-nenek.
“Ihhh… masa aku disamain sama tuyul. Emang ada gitu tuyul segede gini udah gitu ganteng plus cute banget lagi,”penyakit Sham kambuh lagi. Sahabatku ini memang sangat membanggakan kegantengan dan ke-cute-annya itu, terkadang aku merasa jengkel padanya, tapi aku juga tidak bisa memungkiri kalau dia memang ganteng dan cute. Oh, aku benar-benar labil tingkat dewa.
“Ngapain sih, tadi pakai cengar-cengir kayak kuda ambeyen gitu?”kata-kataku memang selalu pedas dan tidak enak didengar telinga, apalagi dirasakan dengan hati. Tapi, Sham ini sudah biasa dengan semua kata-kata kotor yang keluar dari mulutku.
“Nanti malam, aku mau ngedate sama bfku. Tadi dia baru aja ngasih taunya, makanya aku seneng banget. Dan rasanya itu sesuatu,”Sham mulai bertingkah ala Sahrini yang menurutku sangat berlebihan.
“Yaelah Sham, kirain kamu habis dapat undian liburan ke Thailand gitu buat ketemu gay-gay yang kece badai ulala,”perasaan tadi aku baru saja menyindir soal gaya Sahrini yang berlebihan, tapi kenapa aku malah ikut-ikutan. Hadeh… emang ya, apa yang kita benci justru yang akan melekat pada kita.
Satu persatu siswa kelas X IPA 3 mulai mengisi bangku-bangku kosong yang ada dalam kelas. Bel tanda masuk juga sudah berdering dengan lebay-nya. Mana ada bel sekolah bunyinya kayak kentutnya babi. Bel di sekolahku ini aneh banget. Kadang nanti bunyinya kayak kentut babi, kadang kayak kentutnya gajah, kadang juga kayak klakson truk sampah. Mungkin Cuma aku saja yang memikirkan masalah bel itu samapai seperti ini. Aku benar-benar kurang kerjaan. Tapi, itulah diriku. Di dunia maya saja aku suka banget nguntit akun facebook milik gay yang kece-kece. Sampai-sampai aku dijuluki “The Queen of Fujoshi” oleh teman-teman fujoku. Predikat itu benar-benar menambah kepercayaan diriku. Bagiku, predikat sebagai ratu para fujoshi ini sangat membuatku bangga. Bahkan aku berniat membuat sebuah pin yang bertuliskan “Queen of Fujoshi”, tapi aku tidak tahu kapan itu akan terwujud. Soalnya aku lagi kanker alias kantong kering.
Dari sekian banyak gay kece yang aku stalk akunnya, ada satu yang aku anggap paling spesial dan istimewa. Setiap malam aku selalu menyapanya melalui inbox. Sampai sekarang, dia belum tahu kalau aku suka ngestalk akunnya dia. Diam-diam hatiku ini juga menaruh rasa padanya.
“Elisa!!!!”sialan. Lagi-lagi Sham membuat jantungku berhenti sepersekian detik. Kalau saja aku Lord Voldemort, pasti sudah aku siksa dia dengan mantra crucio. Dan saat menyiksanya aku akan tertawa bahagia.
“Kamu bisa nggak sih, sekali aja jangan bikin aku kaget? Lama-lama aku bisa mati tahu nggak,”gerutuku. “Eh, pelajarannya sudah selesai ya?”
“Selesai apaan. Gurunya aja belum masuk kok. Ini tuh jam kosong,”ternyata dari tadi pelajaran belum dimulai sama sekali. Aku sampai tidak tahu. Tentu saja aku tidak tahu, wong dari tadi aku lagi sibuk –sibuk nglamunin seseorang.
Perasaanku terhadap seseorang disana yang hanya bisa kusapa dan kutatap wajahnya melalui facebook saja, kian hari kian mendesak kalbuku. Kurasakan langkahku semakin pasti untuk menghampirinya. Sudah aku putuskan akan menyatakan apa yang selama ini aku rasakan terhadapnya. Walaupun aku tahu dia gay, tapi aku harap dia juga bisa menerimaku sebagai kekasihnya.
Aku tidak akan menceritkan uneg-unegku ini padanya. Pasti si kunyuk satu itu pasti akan menertawakanku. Seumur hidupku, aku sama sekali tak berkeinginan untuk mendengar tawanya untuk yang kedua atau ketiga kalinya. Karena tawanya itu lebih mirip seperti panci yang diseret di atas tanah berkerikil. Berisik pakai bingitzzzz. Sebenarnya dulu aku pernah mendengarnya tertawa sekali, dan saat itu aku langsung pusing tujuh keliling. Kendang telingaku rasanya mau pecah.
“Nglamunin apaan sih, El?”Sham mulai kepo. Dan aku paling tidak suka dikepoin.
“Nglamunin seseorang dan yang pasti orang itu bukan SITU,”aku menekankan telunjukku yang lentik di dadanya.
***
_Sham’s POV_
“Sham….. Shamela!!! Ada yang nyariin tuh. Buruan turun!!!”suara mamaku yang merdu dan lembut merambat melalui udara dan masuk ke telingaku. Suaranya begitu indah bagaikan suara dari surga.
“Iya, Ma…. Aku lagi ganti baju. Sebentar lagi aku turun,”seruku sambil mengancingkan kemeja garis-garisku.
Malam ini adalah malam dimana aku dan pacarku akan menghabiskan waktu bersama. Ini kan malam minggu, jadi malam ini aku bebas dari tugas sekolah. Malam ini aku harus tampil semaksimal mungkin. Biar nanti kalau pacarku melihat, dia langsung kleper-kleper. Kurasa penampilanku sudah cukup memukau. Sekarang, tahap terakhirnya adalah menyemprotkan parfum andalanku di beberapa titik yang biasa di kunjungi oleh hidung pacarku. Kusemprotkan beberapa kali parfumku di tengkuk, punggung, dan dadaku.
“Shamela, kau benar-benar tampan,”aku bergumam memuji diriku sendiri di depan cermin sambil tersenyum pada bayanganku yang terpantul di cermin.
Setelah berpamitan pada mama, aku dan pacarku langsung memulai perjalanan kami. Baratha Nialda Halimun, itulah nama pacarku, tapi aku biasa memanggilnya Kak Bara. Dia adalah mahasiswa di salah satu universitas yang ada di kotaku ini. Orangnya sangat berpendidikan. Dia sangat menyayangiku, begitu pun aku. Selain pandai di bidang akademik, dia juga pandai menyanyi dan bermain beberapa alat musik seperti gitar, piano, dan biola. Dan, lagu yang dia nyanyikan selalu membuat hatiku berbunga-bunga saat mendengarnya. Suaranya benar-benar indah. Menurutku dia orang kedua yang bersuara indah setelah mamaku dalam versiku sendiri tentunya. Satu lagi point plus pada Kak Bara, tubuhnya atletis dan dia juga punya wajah yang tampan. Aku benar-benar bahagia, saat Tuhan mengirimnya untuk menemani hari-hariku yang dulu sepi.
Entah akan dibawa kemana aku kali ini oleh Kak Bara. Kemanapun dia pergi aku akan ikut dengannya. Walaupun itu ke neraka sekalipun asal bersamanya aku pun tak akan menolak. Kalau bersamanya, neraka pun akan terasa seperti surga. Gurun pun akan terasa seperti padang rumput yang penuh bunga. Semua akan tampak indah bila bersamanya. Mungkin ini terdengar berlebihan, tapi itulah yang aku rasakan. Mungkin kalian harus merasakan sendiri berada di sisi Kak Bara, agar kalian bisa mengerti kalau yang aku rasakan ini benar adanya. Dan tidak berlebihan.
Ternyata malam ini aku dibawa ke sebuah taman. Indah. Itulah yang aku lihat disana. Di taman itu sudah dihiasi dengan lilin dan lampu warna-warni. Selain itu juga, ada taburan bunga mawar di atas tanah yang membentuk red karpet. Aku serasa jadi seorang putri malam ini. Sekarang aku dan Kak Bara berdiri di depan hamparan bunga mawar yang membentuk tulisan I LOVE YOU. Rasanya aku mau terbang ke langit ketujuh. Kak Bara romantis sekali. Ahhh.. aku semakin mencintainya saja.
“Apa kau menyukainya?”tanya Kak Bara sambil menggenggam erat tanganku.
“Sham suka, Kak. Ah, tidak, Sham sangat-sangat-sangat suka,”aku balas menggenggam tangan Kak Bara. Aku tersenyum manis padanya. Dan tidak lupa aku juga memasang mata sayuku.
Dan seperti yang aku harapkan. Kak Bara meraih leherku dan mendekatkan wajahku dengan wajahnya. Basah dan hangat, itulah yang aku rasakan saat bibirku dan bibir Kak Bara saling bertautan. Kuharap momen ini tak cepat berlalu. Tuhan, kumohon hentikanlah waktu, agar kebahagian yang kudapatkan ini bisa terus aku rasakan. Yang aku khawatirkan pun terjadi, ciuman kami berakhir. Walaupun sesaat, tapi sangat berkesan di hatiku.
“Kenapa cemberut? Apa kau tak suka dengan ciumanku?”Kak Bara menangkup wajahku dengan telapak tangannya yang hangat dan lembut.
“Aku tidak suka karena Cuma sebentar,”jawabku.
“Dasar!!! Lain kali kita lakukan lebih lama lagi, mau kan?”dia mencoba untuk membuatku kembali ceria. Dan itu berhasil.
“Dengan senang hati,”jawabku diselingi dengan senyumku yang super manis.
***
_Elisa’s POV_
Kan kujadikan raja dalam hatiku. Engkau yang disana, pangeran berkuda sembrani. Tatap mata tajammu telah mengoyak relungku. Senyum bagai malaikat surgawi yang menawan hati. Aku disini menanti uluran tangan kokohmu. Datang dan rengkuhlah hatiku dengan cinta kasihmu. Biarkan aku terlarut dalam buaian nada cinta.
Setelah selesai menulis puisi itu, aku langsung mengklik tombol kirim. Dan inbox-ku yang berisi puisi itu pun telah terkirim pada teman yang biasa menemaniku chatting. Ya, dia adalah Kak Alda. Orang yang diam-diam kusukai. Entah kenapa setelah tahu kalau pesanku itu sudah dibaca oleh Kak Alda, debar jantungku jadi tak karuan. Selain itu, aku juga sangat penasaran dengan balasannya nanti.
“Puisinya bagus, Dek. Feelnya dapet banget,”akhirnya aku mendapatkan juga balasan dari Kak Alda.
“Makasih, Kak. Tapi apa aku boleh ngomong sesuatu?”balasku lagi.
“Mau ngomong apa, Dek?”
“Sebenarnya aku pengen ngomongin ini udah lama, tapi akunya nggak berani. Jujur, aku suka sama Kak Alda. Aku sayang sama Kaka Alda. Aku harap, Kak Alda juga punya perasaan yang sama sepertiku. Dan, aku juga berharap kita bisa pacaran,”
Setelah aku mengirim pesan itu, ternyata Kak Alda sudah off. Damn!!! Jadi aku masih harus menunggu sampai besok. Tak apalah, kalaupun harus menunggu lima puluh tahun lagi pun aku sanggup. Yang penting kan aku sudah mengutarakan isi hatiku. Semoga saja jawaban Kak Alda sesuai dengan yang kuharapkan.
***
Ternyata Kak Alda off lebih dari satu hari. Mungkin dia sedang sibuk dengan tugas kuliah yang menumpuk bagaikan gunung. Kini aku sedang dalam penantian yang cukup panjang. Dan, masa menunggu ini terkadang membuatku kehilangan fokus, sehingga aku sering bengong. Tak kusangka akan menunggu selama ini. Tapi kuharap penantianku ini takkan sia-sia.
“Elisa!!!”aku tersedak. Ada orang yang mengagetkanku selagi aku sedang menikmati teh botolku. Tak perlu kutanyakan siapa orang itu. pastilah si brengsek Sham.
“Shit!!! Kerjaanmu ngagetin mulu ya,”gerutuku sambil mengelap bibirku dengan tissue.
“Lagian kamu suka banget bengong sih. Kayak kerbau autis tau gak,”orang ini benar-benar membuatku geram. Aku dibilang kerbau autis. F*ck you, Sham!!!!
“Njaluk tak cakar-cakar raimu piye? Wus ngageti wong, ngece sisan,”aku sudah lelah berbahasa Indonesia dengan makhluk yang satu itu.
“Sensi banget sih, hari ini. Lagi dapet ya?”kekesalanku semakin memuncak. Tapi aku harus menahan kemarahanku. Aku tak mau kulitku yang mulus ini berubah jadi keriput gara-gara marah.
“Enggak tau kenapa ya, Sham, semenjak aku menyatakan perasaanku pada orang yang aku suka, aku jadi nggak karuan kayak gini,”
“Apa? Jadi kamu nembak cowok? Buset, mosok wong wadon kok, nembak ndisiki to? Rak gengsi opo?”sekarang Sham pun berbicara dengan bahasa jawa juga.
“Ngapain gengsi? Nggak ada salahnya kan nembak duluan?”
“Tapi dia udah punya pacar belum? Dia normal apa gay?”Sham menurunkan volume suaranya.
“Dia gay yang akun fbnya suka aku stalk. Kayaknya sih, dia masih single, soalnya nggak ada status hubungannya di fb,”
“Nekat banget kamu, El. Masa kamu nembak cowok gay sih? Udah kehabisan stok cowok normal apa?”
“Walaupun aku tau dia gay, tapi yang namanya cinta mau gimana pun tetep cinta. Aku akan berusaha membuatnya kembali normal,”
“Good luck aja deh,”
Tak berapa lama kemudian, orang yang aku chat tadi membalas,”Malem juga, Dek,”
Dari pukul delapan malam hingga tengah malam, aku dan teman chatingku itu terus berchatting ria. Sampai akhirnya aku harus pamit untuk tidur pada temanku, karena mataku sudah mulai berat. Itu karena siang tadi aku harus menghabiskan waktuku di ruang musik bersama teman-temanku untuk berlatih paduan suara.
***
Kakiku melangkah masuk ke dalam kelas. Aku dikejutkan oleh Sham yang tiba-tiba berdiri di depan pintu kelas sambil cengar-cengir. Aku sempat terlonjak kaget.
“Kenapa kamu?”tanya Sham seperti tak berdosa saja. Kalau saja dia bukan sahabatku, sudah aku bikin pepes dia. Ya. Aku suka sekali makan pepes. Apalagi pepes cowok ganteng.
“Kenapa, kamu bilang? Aku kaget tahu nggak. Aku kira kamu tuyul,”rutukku pada Sham. Sedangkan dia hanya mengerutkan keningnya seperti nenek-nenek.
“Ihhh… masa aku disamain sama tuyul. Emang ada gitu tuyul segede gini udah gitu ganteng plus cute banget lagi,”penyakit Sham kambuh lagi. Sahabatku ini memang sangat membanggakan kegantengan dan ke-cute-annya itu, terkadang aku merasa jengkel padanya, tapi aku juga tidak bisa memungkiri kalau dia memang ganteng dan cute. Oh, aku benar-benar labil tingkat dewa.
“Ngapain sih, tadi pakai cengar-cengir kayak kuda ambeyen gitu?”kata-kataku memang selalu pedas dan tidak enak didengar telinga, apalagi dirasakan dengan hati. Tapi, Sham ini sudah biasa dengan semua kata-kata kotor yang keluar dari mulutku.
“Nanti malam, aku mau ngedate sama bfku. Tadi dia baru aja ngasih taunya, makanya aku seneng banget. Dan rasanya itu sesuatu,”Sham mulai bertingkah ala Sahrini yang menurutku sangat berlebihan.
“Yaelah Sham, kirain kamu habis dapat undian liburan ke Thailand gitu buat ketemu gay-gay yang kece badai ulala,”perasaan tadi aku baru saja menyindir soal gaya Sahrini yang berlebihan, tapi kenapa aku malah ikut-ikutan. Hadeh… emang ya, apa yang kita benci justru yang akan melekat pada kita.
Satu persatu siswa kelas X IPA 3 mulai mengisi bangku-bangku kosong yang ada dalam kelas. Bel tanda masuk juga sudah berdering dengan lebay-nya. Mana ada bel sekolah bunyinya kayak kentutnya babi. Bel di sekolahku ini aneh banget. Kadang nanti bunyinya kayak kentut babi, kadang kayak kentutnya gajah, kadang juga kayak klakson truk sampah. Mungkin Cuma aku saja yang memikirkan masalah bel itu samapai seperti ini. Aku benar-benar kurang kerjaan. Tapi, itulah diriku. Di dunia maya saja aku suka banget nguntit akun facebook milik gay yang kece-kece. Sampai-sampai aku dijuluki “The Queen of Fujoshi” oleh teman-teman fujoku. Predikat itu benar-benar menambah kepercayaan diriku. Bagiku, predikat sebagai ratu para fujoshi ini sangat membuatku bangga. Bahkan aku berniat membuat sebuah pin yang bertuliskan “Queen of Fujoshi”, tapi aku tidak tahu kapan itu akan terwujud. Soalnya aku lagi kanker alias kantong kering.
Dari sekian banyak gay kece yang aku stalk akunnya, ada satu yang aku anggap paling spesial dan istimewa. Setiap malam aku selalu menyapanya melalui inbox. Sampai sekarang, dia belum tahu kalau aku suka ngestalk akunnya dia. Diam-diam hatiku ini juga menaruh rasa padanya.
“Elisa!!!!”sialan. Lagi-lagi Sham membuat jantungku berhenti sepersekian detik. Kalau saja aku Lord Voldemort, pasti sudah aku siksa dia dengan mantra crucio. Dan saat menyiksanya aku akan tertawa bahagia.
“Kamu bisa nggak sih, sekali aja jangan bikin aku kaget? Lama-lama aku bisa mati tahu nggak,”gerutuku. “Eh, pelajarannya sudah selesai ya?”
“Selesai apaan. Gurunya aja belum masuk kok. Ini tuh jam kosong,”ternyata dari tadi pelajaran belum dimulai sama sekali. Aku sampai tidak tahu. Tentu saja aku tidak tahu, wong dari tadi aku lagi sibuk –sibuk nglamunin seseorang.
Perasaanku terhadap seseorang disana yang hanya bisa kusapa dan kutatap wajahnya melalui facebook saja, kian hari kian mendesak kalbuku. Kurasakan langkahku semakin pasti untuk menghampirinya. Sudah aku putuskan akan menyatakan apa yang selama ini aku rasakan terhadapnya. Walaupun aku tahu dia gay, tapi aku harap dia juga bisa menerimaku sebagai kekasihnya.
Aku tidak akan menceritkan uneg-unegku ini padanya. Pasti si kunyuk satu itu pasti akan menertawakanku. Seumur hidupku, aku sama sekali tak berkeinginan untuk mendengar tawanya untuk yang kedua atau ketiga kalinya. Karena tawanya itu lebih mirip seperti panci yang diseret di atas tanah berkerikil. Berisik pakai bingitzzzz. Sebenarnya dulu aku pernah mendengarnya tertawa sekali, dan saat itu aku langsung pusing tujuh keliling. Kendang telingaku rasanya mau pecah.
“Nglamunin apaan sih, El?”Sham mulai kepo. Dan aku paling tidak suka dikepoin.
“Nglamunin seseorang dan yang pasti orang itu bukan SITU,”aku menekankan telunjukku yang lentik di dadanya.
***
_Sham’s POV_
“Sham….. Shamela!!! Ada yang nyariin tuh. Buruan turun!!!”suara mamaku yang merdu dan lembut merambat melalui udara dan masuk ke telingaku. Suaranya begitu indah bagaikan suara dari surga.
“Iya, Ma…. Aku lagi ganti baju. Sebentar lagi aku turun,”seruku sambil mengancingkan kemeja garis-garisku.
Malam ini adalah malam dimana aku dan pacarku akan menghabiskan waktu bersama. Ini kan malam minggu, jadi malam ini aku bebas dari tugas sekolah. Malam ini aku harus tampil semaksimal mungkin. Biar nanti kalau pacarku melihat, dia langsung kleper-kleper. Kurasa penampilanku sudah cukup memukau. Sekarang, tahap terakhirnya adalah menyemprotkan parfum andalanku di beberapa titik yang biasa di kunjungi oleh hidung pacarku. Kusemprotkan beberapa kali parfumku di tengkuk, punggung, dan dadaku.
“Shamela, kau benar-benar tampan,”aku bergumam memuji diriku sendiri di depan cermin sambil tersenyum pada bayanganku yang terpantul di cermin.
Setelah berpamitan pada mama, aku dan pacarku langsung memulai perjalanan kami. Baratha Nialda Halimun, itulah nama pacarku, tapi aku biasa memanggilnya Kak Bara. Dia adalah mahasiswa di salah satu universitas yang ada di kotaku ini. Orangnya sangat berpendidikan. Dia sangat menyayangiku, begitu pun aku. Selain pandai di bidang akademik, dia juga pandai menyanyi dan bermain beberapa alat musik seperti gitar, piano, dan biola. Dan, lagu yang dia nyanyikan selalu membuat hatiku berbunga-bunga saat mendengarnya. Suaranya benar-benar indah. Menurutku dia orang kedua yang bersuara indah setelah mamaku dalam versiku sendiri tentunya. Satu lagi point plus pada Kak Bara, tubuhnya atletis dan dia juga punya wajah yang tampan. Aku benar-benar bahagia, saat Tuhan mengirimnya untuk menemani hari-hariku yang dulu sepi.
Entah akan dibawa kemana aku kali ini oleh Kak Bara. Kemanapun dia pergi aku akan ikut dengannya. Walaupun itu ke neraka sekalipun asal bersamanya aku pun tak akan menolak. Kalau bersamanya, neraka pun akan terasa seperti surga. Gurun pun akan terasa seperti padang rumput yang penuh bunga. Semua akan tampak indah bila bersamanya. Mungkin ini terdengar berlebihan, tapi itulah yang aku rasakan. Mungkin kalian harus merasakan sendiri berada di sisi Kak Bara, agar kalian bisa mengerti kalau yang aku rasakan ini benar adanya. Dan tidak berlebihan.
Ternyata malam ini aku dibawa ke sebuah taman. Indah. Itulah yang aku lihat disana. Di taman itu sudah dihiasi dengan lilin dan lampu warna-warni. Selain itu juga, ada taburan bunga mawar di atas tanah yang membentuk red karpet. Aku serasa jadi seorang putri malam ini. Sekarang aku dan Kak Bara berdiri di depan hamparan bunga mawar yang membentuk tulisan I LOVE YOU. Rasanya aku mau terbang ke langit ketujuh. Kak Bara romantis sekali. Ahhh.. aku semakin mencintainya saja.
“Apa kau menyukainya?”tanya Kak Bara sambil menggenggam erat tanganku.
“Sham suka, Kak. Ah, tidak, Sham sangat-sangat-sangat suka,”aku balas menggenggam tangan Kak Bara. Aku tersenyum manis padanya. Dan tidak lupa aku juga memasang mata sayuku.
Dan seperti yang aku harapkan. Kak Bara meraih leherku dan mendekatkan wajahku dengan wajahnya. Basah dan hangat, itulah yang aku rasakan saat bibirku dan bibir Kak Bara saling bertautan. Kuharap momen ini tak cepat berlalu. Tuhan, kumohon hentikanlah waktu, agar kebahagian yang kudapatkan ini bisa terus aku rasakan. Yang aku khawatirkan pun terjadi, ciuman kami berakhir. Walaupun sesaat, tapi sangat berkesan di hatiku.
“Kenapa cemberut? Apa kau tak suka dengan ciumanku?”Kak Bara menangkup wajahku dengan telapak tangannya yang hangat dan lembut.
“Aku tidak suka karena Cuma sebentar,”jawabku.
“Dasar!!! Lain kali kita lakukan lebih lama lagi, mau kan?”dia mencoba untuk membuatku kembali ceria. Dan itu berhasil.
“Dengan senang hati,”jawabku diselingi dengan senyumku yang super manis.
***
_Elisa’s POV_
Kan kujadikan raja dalam hatiku. Engkau yang disana, pangeran berkuda sembrani. Tatap mata tajammu telah mengoyak relungku. Senyum bagai malaikat surgawi yang menawan hati. Aku disini menanti uluran tangan kokohmu. Datang dan rengkuhlah hatiku dengan cinta kasihmu. Biarkan aku terlarut dalam buaian nada cinta.
Setelah selesai menulis puisi itu, aku langsung mengklik tombol kirim. Dan inbox-ku yang berisi puisi itu pun telah terkirim pada teman yang biasa menemaniku chatting. Ya, dia adalah Kak Alda. Orang yang diam-diam kusukai. Entah kenapa setelah tahu kalau pesanku itu sudah dibaca oleh Kak Alda, debar jantungku jadi tak karuan. Selain itu, aku juga sangat penasaran dengan balasannya nanti.
“Puisinya bagus, Dek. Feelnya dapet banget,”akhirnya aku mendapatkan juga balasan dari Kak Alda.
“Makasih, Kak. Tapi apa aku boleh ngomong sesuatu?”balasku lagi.
“Mau ngomong apa, Dek?”
“Sebenarnya aku pengen ngomongin ini udah lama, tapi akunya nggak berani. Jujur, aku suka sama Kak Alda. Aku sayang sama Kaka Alda. Aku harap, Kak Alda juga punya perasaan yang sama sepertiku. Dan, aku juga berharap kita bisa pacaran,”
Setelah aku mengirim pesan itu, ternyata Kak Alda sudah off. Damn!!! Jadi aku masih harus menunggu sampai besok. Tak apalah, kalaupun harus menunggu lima puluh tahun lagi pun aku sanggup. Yang penting kan aku sudah mengutarakan isi hatiku. Semoga saja jawaban Kak Alda sesuai dengan yang kuharapkan.
***
Ternyata Kak Alda off lebih dari satu hari. Mungkin dia sedang sibuk dengan tugas kuliah yang menumpuk bagaikan gunung. Kini aku sedang dalam penantian yang cukup panjang. Dan, masa menunggu ini terkadang membuatku kehilangan fokus, sehingga aku sering bengong. Tak kusangka akan menunggu selama ini. Tapi kuharap penantianku ini takkan sia-sia.
“Elisa!!!”aku tersedak. Ada orang yang mengagetkanku selagi aku sedang menikmati teh botolku. Tak perlu kutanyakan siapa orang itu. pastilah si brengsek Sham.
“Shit!!! Kerjaanmu ngagetin mulu ya,”gerutuku sambil mengelap bibirku dengan tissue.
“Lagian kamu suka banget bengong sih. Kayak kerbau autis tau gak,”orang ini benar-benar membuatku geram. Aku dibilang kerbau autis. F*ck you, Sham!!!!
“Njaluk tak cakar-cakar raimu piye? Wus ngageti wong, ngece sisan,”aku sudah lelah berbahasa Indonesia dengan makhluk yang satu itu.
“Sensi banget sih, hari ini. Lagi dapet ya?”kekesalanku semakin memuncak. Tapi aku harus menahan kemarahanku. Aku tak mau kulitku yang mulus ini berubah jadi keriput gara-gara marah.
“Enggak tau kenapa ya, Sham, semenjak aku menyatakan perasaanku pada orang yang aku suka, aku jadi nggak karuan kayak gini,”
“Apa? Jadi kamu nembak cowok? Buset, mosok wong wadon kok, nembak ndisiki to? Rak gengsi opo?”sekarang Sham pun berbicara dengan bahasa jawa juga.
“Ngapain gengsi? Nggak ada salahnya kan nembak duluan?”
“Tapi dia udah punya pacar belum? Dia normal apa gay?”Sham menurunkan volume suaranya.
“Dia gay yang akun fbnya suka aku stalk. Kayaknya sih, dia masih single, soalnya nggak ada status hubungannya di fb,”
“Nekat banget kamu, El. Masa kamu nembak cowok gay sih? Udah kehabisan stok cowok normal apa?”
“Walaupun aku tau dia gay, tapi yang namanya cinta mau gimana pun tetep cinta. Aku akan berusaha membuatnya kembali normal,”
“Good luck aja deh,”
_Author’s POV_
Sore ini Sham dan Elisa jalan-jalan ke simpang lima untuk menghilangkan kepenatan. Sebenarnya, Elisa sedang tidak mood untuk jalan-jalan, namun karena Sham memaksanya, dia pun ikut juga.
Mata mereka sibuk melirik kesana kemari. Mereka sedang mengamati cowok-cowok yang lagi jalan-jalan juga di simpang lima. Elisa dan Sham main tebak-tebakkan apakah cowok yang mereka lihat itu normal atau gay. Sebagai Ratu para Fujo, tentu saja Elisa sudah hafal betul ciri-ciri dari cowok yang gay dan tidak. Karena itu dia unggul dalam permainan itu. Dan, Sham pun harus mentraktirnya makan dan menuruti semua yang Elisa perintahkan.
Setelah mentraktir makan ini dan itu, sekarang Elisa meminta pada Sham untuk berfoto bersamanya dengan pose yang romantis kemudian Sham harus mengupload foto tersebut di fbnya. Awalnya tentu Sham menolak, tapi Elisa mengancamnya dan Sham pun menurut juga.
Ada sekitar delapan foto yang mereka ambil dan semuanya terlihat romantis. Pasti orang akan mengira kalau mereka adalah sepasang kekasih. Sham langsung mengupload foto-foto tersebut ke fbnya. Sebenarnya Sham merasa kesal dengan semua ini, tapi mau bagaimana lagi, kalau Elisa sudah mengancam, maka dia takkan bisa berkutik lagi.
***
Di rumah, Bara sedang duduk di depan laptopnya. Mukanya terlihat sangat suntuk. Sepertinya tugas-tugas kuliah sudah membuatnya seperti sekarang ini. Dia pun memutuskan untuk rehat sebentar dari tugasnya. Dia merangkak ke tempat tidurnya dan merenggangkan tubuh-tubuhnya. Setelah itu dia meraih smartphone-nya dan mulai masuk ke facebook. Ya, beberapa bulan ini dia tidak membuka facebooknya. Entah sudah terjadi apa saja di dunia maya yang satu itu, namun kali ini dia tidak masuk ke akun facebooknya sendiri, melainkan akun facebook milik kekasihnya, Sham. Dulu, saat mereka baru jadian, mereka memutuskan untuk saling bertukar email dan password facebook mereka. Setelah mengetikkan email dan password dari facebook milik Sham, Bara menekan tombol sign in. Loading pun mulai berputar dengan cepat.
Saat pertama kali masuk ke facebook milik Sham, yang Bara tuju adalah album foto milik Sham. Ya, Bara memang suka sekali memandangi foto kekasihnya itu. Bara melihat album yang sebelumnya tidak ada, yaitu ada album baru berjudul “AKU DAN EL”. Muncul tanda tanya besar dalam benak Bara. Untuk menjawab semua pertanyaan dalam benaknya, Bara pun membuka album itu dan betapa terkejutnya Bara saat dia melihat ada delapan foto yang membakar amarahnya. Bagaimana tidak, dalam foto-foto itu, Sham berpose mesra dan romantis bersama seorang gadis. Bara memperbesar foto-foto itu satu per satu. Kepala Bara serasa dijatuhi beban ribuan kilogram, jantungnya nyeri bukan main, perutnya serasa ada yang meninju-ninju, matanya mulai mendung dan akhirnya tumpah juga air mata yang mengumpul di pelupuk matanya.
Yang membuat Bara tak habis pikir adalah orang yang ada dalam foto itu bersama Sham. Dia adalah pemilik akun facebook Queen Fujo Elisabeth –orang yang biasanya selalu menemaninya ngobrol di facebook. Bara benar-benar tak menyangka ternyata Elisa kenal dekat –bahkan sangat dekat dan sedekat ini dengan Sham. Bara merasa dibodohi oleh Sham dan Elisa. Hatinya terluka.
***
Mata Sham terbelalak saat membaca inbox yang ada di facebook Bara. Inbox itu berisi tentang ungkapan hati seorang gadis fujo pada Bara. Gadis fujo ini telah menyatakan cinta pada Bara, kekasihnya. Yang membuat Sham tak habis pikir, gadis fujo itu adalah temannya sendiri, yaitu Elisa si Ratu fujoshi.
Hati Sham terbakar oleh api kecemburuan dan kekecewaan. Dia tak menyangka Elisa tega berbuat ini padanya. Dalam hati, Sham terus mengutuki Elisa. Seandainya Sham bisa meminta, dia ingin temannya itu diseret oleh malaikat maut dan dibawa ke hadapannya saat ini juga. Namaun apa daya, Sham hanya manusia biasa yang tak luput dari api kemarahan.
Dengan tak meninggalkan amarahnya, Sham langsung menelpon Elisa.
Elisa: “Tumbenan, Sham, nelpon aku. Mau traktir aku lagi?”
Sham: “Dasar rubah lo!!!! Gue nggak nyangka lo kayak gitu”Sham meninggalkan sopan santunnya.
Elisa: “Apa sih, Sham, maksudmu? Nggak ngerti aku”
Sham: “Lo jangan berlagak bego deh!!! Lo kira, gue nggak tau kebusukan lo, hah?”
Elisa: “Kebusukan apa sih, Sham?”
Sham: “Kayaknya otak lo itu bener-bener dangkal ya. Maksud lo tuh apa pakai nembak pacar gue hah? Dasar rubah betina lo!!!! Kerjaannya godain cowok orang”
Elisa: “Aku nggak pernah nembak cowok lo, Sham. Jadi, jaga ya, ucapan kamu!!!”
Sham: “Ehhh, lo itu yang mesti jaga ucapan lo!!! Yang lo tembak itu pacar gue. Barata Nialda Halimun itu pacar gue tau gak?”
Elisa: “Nggak mungkin, Sham! Itu nggak mungkin!!!”
Sham: “Apanya yang nggak mungin? Ini gue lagi pakai fbnya dia dan gue nemu inbox dari lo”
Tutttttt….. tiba-tiba saja sambungan terputus. Pulsa Sham habis. Sialan. Kalau tahu dia mau marah-marah, seharusnya dia mengisi full pulsanya. Rasanya Sham belum puas marah-marah pada Elisa. Masih ada yang belum terucap.
***
Di lain sisi, Bara mulai menginbox akun facebook dari Qeen Fujo Elisabeth.
Bara: “Gue nggak nyangka, ternyata lo itu musuh dalam selimut ya, El,”
Elisa: “Maksud kakak apa?”
Bara: “Selama ini lo pacaran kan sama pacar gue?”
Elisa: “Aku nggak tau maksudmu, Kak”
Bara: “Jangan berlagak bodoh deh, El!!! Gue udah liat foto mesra lo sama pacar gue si Sham”
Elisa: “Jadi bener? Kakak sama Sham itu pacaran?”
Bara: “Iya”
Elisa: “Sumpah demi Tuhan, Kak, aku nggak tau kalau kalian pacaran”
Bara: “Nggak usah bawa-bawa Tuhan lah, El!!! Udah, sekarang lo nggak usah ngechat gue lagi, El!!! Gue udah eneg ngeliat muka lo itu”
Walaupun sudah marah panjang lebar, tetap saja amarahnya masih belum terpuaskan. Mungkin kalau sudah bisa melihat penjaga neraka menyeretnya ke dalam neraka barulah dia puas.
***
_Elisa’s POV_
Aku benar-benar tak tahu kalau Kak Alda itu adalah Kak Bara pacarnya Sham. Tapi mau bagaimana lagi, semuanya sudah terjadi. Dan waktu tak bisa berputar mundur, dan bubur pun tak bisa jadi nasi. Aku hanya bisa menyesali semua yang telah terjadi. Aku menyesal semenyesal-menyesalnya. Aku terus mengutuki diriku atas semua kebodohanku.
Tapi semua itu tak berguna. Yang seharusnya kulakukan adalah minta maaf pada keduanya. Itu harus. Mereka adalah temanku, jadi aku tak mau kehilangan mereka sebagai temanku.
Kemarin, aku sudah minta maaf pada Sham atas ketidaktahuanku akan hubungannya dengan Kak Bara. Dan Sham pun mau memaafkanku. Dia juga tak menyalahkanku atas ketidaktahuanku. Aku benar-benar bersyukur Sham mau memaafkanku. Sebenarnya bisa saja Sham marah padaku dan tak mau lagi berteman denganku, tapi untunglah dia masih memberikanku kesempatan untuk memperbaiki sikapku. Kesempatan kedua yang Sham berikan adalah sangat berharga.
Selain meminta maaf pada Sham, aku juga akan meminta maaf pada Kak Bara. Namun yang terjadi tidak seperti yang kuharapkan. Kak Bara ternyata tak mau memaafkanku begitu saja. Tampaknya dia benar-benar marah dan membenciku sekarang ini. Aku tak menyangka, foto yang Cuma untuk bersenang-senang saja bisa jadi malapetaka seperti ini. Seharusnya waktu itu aku berpikir ratusan kali sebelum melakukan itu. Kini aku semakin menyesali semua yang terjadi. Tuhan, kenapa kau berikan cobaan ini padaku? Jesus, please help me!!!
Kak Bara tak suka dengan kedekatanku dengan Sham. Dan dia akan benar-benar memaafkanku kalau aku mau menjauhi Sham untuk selamanya. Entah apa yang Kak Bara takutkan dari hubungan pertemananku dengan Sham. Toh, Sham juga hanya mencintai Kak Bara sendiri. Seandainya Kak Bara tahu kalau Sham masih mencintainya. Kini aku dilema. Mendapatkan maaf dari Kak Bara atau berhenti berteman dengan Sham. Aku sama sekali tak ingin mengorbankan salah satunya. Kalau bisa aku mau mendapatkan kembali keduanya. Aku harus merekatkan kembali hubungan Kak Bara dan Sham.
Sampai saat ini, aku masih berusaha merekatkan kembali hubungan Kak Bara dan Sham yang patah karena kebodohanku. Sampai saat ini aku juga belum mendapatkan maaf dari Kak Bara dan aku juga masih terus mengemis maaf darinya.
Sore ini Sham dan Elisa jalan-jalan ke simpang lima untuk menghilangkan kepenatan. Sebenarnya, Elisa sedang tidak mood untuk jalan-jalan, namun karena Sham memaksanya, dia pun ikut juga.
Mata mereka sibuk melirik kesana kemari. Mereka sedang mengamati cowok-cowok yang lagi jalan-jalan juga di simpang lima. Elisa dan Sham main tebak-tebakkan apakah cowok yang mereka lihat itu normal atau gay. Sebagai Ratu para Fujo, tentu saja Elisa sudah hafal betul ciri-ciri dari cowok yang gay dan tidak. Karena itu dia unggul dalam permainan itu. Dan, Sham pun harus mentraktirnya makan dan menuruti semua yang Elisa perintahkan.
Setelah mentraktir makan ini dan itu, sekarang Elisa meminta pada Sham untuk berfoto bersamanya dengan pose yang romantis kemudian Sham harus mengupload foto tersebut di fbnya. Awalnya tentu Sham menolak, tapi Elisa mengancamnya dan Sham pun menurut juga.
Ada sekitar delapan foto yang mereka ambil dan semuanya terlihat romantis. Pasti orang akan mengira kalau mereka adalah sepasang kekasih. Sham langsung mengupload foto-foto tersebut ke fbnya. Sebenarnya Sham merasa kesal dengan semua ini, tapi mau bagaimana lagi, kalau Elisa sudah mengancam, maka dia takkan bisa berkutik lagi.
***
Di rumah, Bara sedang duduk di depan laptopnya. Mukanya terlihat sangat suntuk. Sepertinya tugas-tugas kuliah sudah membuatnya seperti sekarang ini. Dia pun memutuskan untuk rehat sebentar dari tugasnya. Dia merangkak ke tempat tidurnya dan merenggangkan tubuh-tubuhnya. Setelah itu dia meraih smartphone-nya dan mulai masuk ke facebook. Ya, beberapa bulan ini dia tidak membuka facebooknya. Entah sudah terjadi apa saja di dunia maya yang satu itu, namun kali ini dia tidak masuk ke akun facebooknya sendiri, melainkan akun facebook milik kekasihnya, Sham. Dulu, saat mereka baru jadian, mereka memutuskan untuk saling bertukar email dan password facebook mereka. Setelah mengetikkan email dan password dari facebook milik Sham, Bara menekan tombol sign in. Loading pun mulai berputar dengan cepat.
Saat pertama kali masuk ke facebook milik Sham, yang Bara tuju adalah album foto milik Sham. Ya, Bara memang suka sekali memandangi foto kekasihnya itu. Bara melihat album yang sebelumnya tidak ada, yaitu ada album baru berjudul “AKU DAN EL”. Muncul tanda tanya besar dalam benak Bara. Untuk menjawab semua pertanyaan dalam benaknya, Bara pun membuka album itu dan betapa terkejutnya Bara saat dia melihat ada delapan foto yang membakar amarahnya. Bagaimana tidak, dalam foto-foto itu, Sham berpose mesra dan romantis bersama seorang gadis. Bara memperbesar foto-foto itu satu per satu. Kepala Bara serasa dijatuhi beban ribuan kilogram, jantungnya nyeri bukan main, perutnya serasa ada yang meninju-ninju, matanya mulai mendung dan akhirnya tumpah juga air mata yang mengumpul di pelupuk matanya.
Yang membuat Bara tak habis pikir adalah orang yang ada dalam foto itu bersama Sham. Dia adalah pemilik akun facebook Queen Fujo Elisabeth –orang yang biasanya selalu menemaninya ngobrol di facebook. Bara benar-benar tak menyangka ternyata Elisa kenal dekat –bahkan sangat dekat dan sedekat ini dengan Sham. Bara merasa dibodohi oleh Sham dan Elisa. Hatinya terluka.
***
Mata Sham terbelalak saat membaca inbox yang ada di facebook Bara. Inbox itu berisi tentang ungkapan hati seorang gadis fujo pada Bara. Gadis fujo ini telah menyatakan cinta pada Bara, kekasihnya. Yang membuat Sham tak habis pikir, gadis fujo itu adalah temannya sendiri, yaitu Elisa si Ratu fujoshi.
Hati Sham terbakar oleh api kecemburuan dan kekecewaan. Dia tak menyangka Elisa tega berbuat ini padanya. Dalam hati, Sham terus mengutuki Elisa. Seandainya Sham bisa meminta, dia ingin temannya itu diseret oleh malaikat maut dan dibawa ke hadapannya saat ini juga. Namaun apa daya, Sham hanya manusia biasa yang tak luput dari api kemarahan.
Dengan tak meninggalkan amarahnya, Sham langsung menelpon Elisa.
Elisa: “Tumbenan, Sham, nelpon aku. Mau traktir aku lagi?”
Sham: “Dasar rubah lo!!!! Gue nggak nyangka lo kayak gitu”Sham meninggalkan sopan santunnya.
Elisa: “Apa sih, Sham, maksudmu? Nggak ngerti aku”
Sham: “Lo jangan berlagak bego deh!!! Lo kira, gue nggak tau kebusukan lo, hah?”
Elisa: “Kebusukan apa sih, Sham?”
Sham: “Kayaknya otak lo itu bener-bener dangkal ya. Maksud lo tuh apa pakai nembak pacar gue hah? Dasar rubah betina lo!!!! Kerjaannya godain cowok orang”
Elisa: “Aku nggak pernah nembak cowok lo, Sham. Jadi, jaga ya, ucapan kamu!!!”
Sham: “Ehhh, lo itu yang mesti jaga ucapan lo!!! Yang lo tembak itu pacar gue. Barata Nialda Halimun itu pacar gue tau gak?”
Elisa: “Nggak mungkin, Sham! Itu nggak mungkin!!!”
Sham: “Apanya yang nggak mungin? Ini gue lagi pakai fbnya dia dan gue nemu inbox dari lo”
Tutttttt….. tiba-tiba saja sambungan terputus. Pulsa Sham habis. Sialan. Kalau tahu dia mau marah-marah, seharusnya dia mengisi full pulsanya. Rasanya Sham belum puas marah-marah pada Elisa. Masih ada yang belum terucap.
***
Di lain sisi, Bara mulai menginbox akun facebook dari Qeen Fujo Elisabeth.
Bara: “Gue nggak nyangka, ternyata lo itu musuh dalam selimut ya, El,”
Elisa: “Maksud kakak apa?”
Bara: “Selama ini lo pacaran kan sama pacar gue?”
Elisa: “Aku nggak tau maksudmu, Kak”
Bara: “Jangan berlagak bodoh deh, El!!! Gue udah liat foto mesra lo sama pacar gue si Sham”
Elisa: “Jadi bener? Kakak sama Sham itu pacaran?”
Bara: “Iya”
Elisa: “Sumpah demi Tuhan, Kak, aku nggak tau kalau kalian pacaran”
Bara: “Nggak usah bawa-bawa Tuhan lah, El!!! Udah, sekarang lo nggak usah ngechat gue lagi, El!!! Gue udah eneg ngeliat muka lo itu”
Walaupun sudah marah panjang lebar, tetap saja amarahnya masih belum terpuaskan. Mungkin kalau sudah bisa melihat penjaga neraka menyeretnya ke dalam neraka barulah dia puas.
***
_Elisa’s POV_
Aku benar-benar tak tahu kalau Kak Alda itu adalah Kak Bara pacarnya Sham. Tapi mau bagaimana lagi, semuanya sudah terjadi. Dan waktu tak bisa berputar mundur, dan bubur pun tak bisa jadi nasi. Aku hanya bisa menyesali semua yang telah terjadi. Aku menyesal semenyesal-menyesalnya. Aku terus mengutuki diriku atas semua kebodohanku.
Tapi semua itu tak berguna. Yang seharusnya kulakukan adalah minta maaf pada keduanya. Itu harus. Mereka adalah temanku, jadi aku tak mau kehilangan mereka sebagai temanku.
Kemarin, aku sudah minta maaf pada Sham atas ketidaktahuanku akan hubungannya dengan Kak Bara. Dan Sham pun mau memaafkanku. Dia juga tak menyalahkanku atas ketidaktahuanku. Aku benar-benar bersyukur Sham mau memaafkanku. Sebenarnya bisa saja Sham marah padaku dan tak mau lagi berteman denganku, tapi untunglah dia masih memberikanku kesempatan untuk memperbaiki sikapku. Kesempatan kedua yang Sham berikan adalah sangat berharga.
Selain meminta maaf pada Sham, aku juga akan meminta maaf pada Kak Bara. Namun yang terjadi tidak seperti yang kuharapkan. Kak Bara ternyata tak mau memaafkanku begitu saja. Tampaknya dia benar-benar marah dan membenciku sekarang ini. Aku tak menyangka, foto yang Cuma untuk bersenang-senang saja bisa jadi malapetaka seperti ini. Seharusnya waktu itu aku berpikir ratusan kali sebelum melakukan itu. Kini aku semakin menyesali semua yang terjadi. Tuhan, kenapa kau berikan cobaan ini padaku? Jesus, please help me!!!
Kak Bara tak suka dengan kedekatanku dengan Sham. Dan dia akan benar-benar memaafkanku kalau aku mau menjauhi Sham untuk selamanya. Entah apa yang Kak Bara takutkan dari hubungan pertemananku dengan Sham. Toh, Sham juga hanya mencintai Kak Bara sendiri. Seandainya Kak Bara tahu kalau Sham masih mencintainya. Kini aku dilema. Mendapatkan maaf dari Kak Bara atau berhenti berteman dengan Sham. Aku sama sekali tak ingin mengorbankan salah satunya. Kalau bisa aku mau mendapatkan kembali keduanya. Aku harus merekatkan kembali hubungan Kak Bara dan Sham.
Sampai saat ini, aku masih berusaha merekatkan kembali hubungan Kak Bara dan Sham yang patah karena kebodohanku. Sampai saat ini aku juga belum mendapatkan maaf dari Kak Bara dan aku juga masih terus mengemis maaf darinya.
0 komentar:
Posting Komentar