Author: Lian48 (fb: Lian seme)
Admin : Revan
Admin : Revan
Genre: Romance, frienship, angsT
Rate: Teen
Hope u like it~
Jangan jadi pembaca gelap yaa
Jangan jadi pembaca gelap yaa
-Kiky POV-
Tanpa memperdulikan pendapat orang lain, sepanjang jalan di desa ini aku menggenggam tangannya, tersenyum sambil menyapa beberapa petani yang ingin pergi ke sawah. Aku dan kekasihku, Indra memulai hari-hari baru yang lebih berwarna, meskipun satu kenyataan pahit... kami sama-sama kere, yaah susah bersama-sama biasa kami jalani.
Indra berlari pelan ke pinggir jalan, dia mengambil setangkai bunga liar kemudian dia serahkan dengan wajah ceria, “Untukmu...”
Aku tersenyum manis saat mengambil bunga itu, tapi mendadak aku merintih, “Aduh...” aku lirik tanganku berdarah, rupanya bunga hutan yang berwarna ungu ini berduri, entah mengapa firasatku langsung buruk tentang kelangsungan hubungan kami... ah Cuma perasaanku saja mungkin. Aku sedikit kesal akan kecerobohan Indra tapi saat dia memasang wajah bersalah aku menjadi iba, dia menarik tanganku untuk dihisapnya. Wajahku memerah, jariku di mulut Indra. Astaga astaga apa yang aku pikirkan! Wakeup Kiky, ini sudah pagi.
Aku mulai menarik tanganku, “Aku gapapa kok, Dra.. kita lanjutin ya jalannya, nanti telat sampai sekolah.” Ucapku kemudian melanjutkan gandengan kami.
Tiba-tiba terdengar suara motor dan motor itu berhenti di depan kami, saat dia melepas helm terlihat cowok tampan keturunan bule campur Indonesia, Namanya Nathan murid baru di sekolahku, “Hei, kamu..” ucapnya sambil menunjukku. “Kita kayanya sekelas ya hehe..” ucapnya ramah.
Aku membalas senyumnya, “Iya, Nathan kan?”
Dia menyodorkan tangannya menyalamiku dan Indra secara bergantian, “Iya, aku Nathan. Kamu?”
“Aku Kiky dan dia Indra.”
Nathan mengangguk-angguk seolah mengerti, “Oh ya... bareng Yuk, Kiky? Sekolah masih cukup jauh loh..” tawarnya dengan nada ramah.
Aku melirik Indra, “Gak, makasih, Than. Aku bareng Indra.” Ucapku sambil berjalan lurus.
Tapi Nathan menjalankan motor Ninjanya itu pelan mengikuti kami, dia perlihatkan jamnya, “Sudah mepet loh, nanti kamu telat..”
Indra meremas bahuku, “Kamu ikut Nathan saja, lagian tadi kamu belum sarapan takutnya pingsan lagi waktu upacara kalau kejauhan jalan.”
Aku merengut, “Tapi, gak mau ah!” rajukku.
Sayangnya Indra mendorongku mendekati motor Nathan, “Hati-hati ya Than bawa motornya, titip Kiky..” desisnya pelan.
Nathan tertawa, “Sipp bro, jangan khawatir.” Ucapnya ceria. Aku masih terpaku menatap Indra yang ada di belakangku, ada perasaan tidak nyaman, aku merasa seolah berhianat dari kesengsaraan. Tapi Indra hanya tersenyum melambai ke arahku.
Semua kemirisan itu bertambah ketika upacara bendera di mulai, terlihat Indra yang bajunya basah karena keringat berlari namun ketahuan petugas sekolah bahwa dia terlambat, dia terpaksa di jemur di depan kami, dipermalukan di depan ratusan murid. Harusnya aku ada di sampingnya, sengsara dan malu bersama-sama. Saat aku mencoba maju, ada tangan yang menangkapku, “Hei mau kemana? Hormat.. benderanya mulai dinaikan.” Perintah Nathan. Aku hanya menghela nafas berat dan melakukan penghormatan pada bendera.
Indra adalah kakak kelasku, dia berada di kelas tiga sedangkan aku kelas dua SMA sekarang. Di sekolah hanya saat jam istirahat kami bisa bersama, sedangkan Nathan kini menjadi teman sekelasku yang entah kenapa terus merapat denganku. Aku akui dia memang sangat tampan, dengan wajahnya yang bule asia mirip Keanu Reeves, bertubuh tinggi, beraroma harum dan juga kaya raya tapi aku menyukai Indra yang memiliki wajah asli Indonesia, kulitnya yang coklat, matanya yang bulat dan tubuhnya yang standar.
Aku merasa lucu sendiri ketika mengingat kejadian minggu lalu, Indra mentraktirku makan batagor, dia menggenggam tanganku sambil berbisik, “Aku menyayangimu, Ky..”
Jantungku rasanya mau meledak, awalnya aku hanya sekedar kagum dengan Indra yang menjadi kapten sepak bola, ya kedekatan kami terjalin karena kami satu tim dalam club sepak bola di desa kami. Aku tidak bisa menjawab saat itu karena aku tidak bisa mengerti cinta sejenis, tapi aku hanya mengganggam tangannya dan meletakkannya di dadaku dengan senyuman malu. Indra tersenyum puas saat dia mengerti gestureku.
Ditembak di depan gerobak batagor. Aneh sekali.
Tapi Indra cukup sibuk, sepulang sekolah dia harus bekerja sambilan membuat batu bata di desaku, katanya untuk memberi tambahan makan untuk adik-adiknya. Kebersamaan kami sangat jarang, padahal dimasa-masa kasmaran ini aku memiliki emosi yang cukup labil karena aku selalu kangen dan kangen, rasanya sakit jika berjauhan dengannya terlalu lama.
Dan malam itu aku terlalu rindu dengannya, nekat menggunakan obor aku berjalan menyusuri jalanan sepi yang disamping-sampingnya banyak pepohonan dan rumput, sedangkan rumah warga jaraknya renggang-renggang.
Setelah lima belas menit berjalan di kesunyian, akhirnya aku sampai juga di rumahnya, aku mengetuk perlahan, cukup lama aku mengetuk tapi tidak ada respon, aakh aku benar-benar kesal sehingga aku gedor pintunya dengan keras. Muncul seorang wanita yang lebih dewasa dariku sambil mengucek-ngucek mata, “Eh ding Kiky, kanapa ding?” tanya Kak Diang dengan logat Banjarnya. (Ding = adek)
Aku tersenyum memaksa, “Ada leh Indra-nya ka?” tanyaku.
“Guring inya, ding ai.. kelapahan bagawi seharian..” (Dia tidur dek, capek kerja seharian..)
“Kada bisa dibangunkan kah, kak?”
Terlihat Kak Diang menggaruk pipinya sambil berpikir, “Tunggu dulu lah, kaka cubai banguni..”
Saat kakanya Indra masuk ke dalam, aku Cuma duduk di depan pintunya, tidak lama kemudian terdengar langkah kaki, aku langsung menoleh. Aku lirik wajah Indra kurang bersahabat, “Ngapain?” tanyanya singkat.
Aku langsung menggembungkan pipi dengan kesal, “Mau ketemu kamunya lah..” jawabku ketus.
Terlihat Indra melirik jam, “Malam-malam begini? Udah jam setengah sebelas, ky. Kamu mendingan tidur ya..”
Mataku berkaca-kaca karena kesal, “Bentar nah..” lirihku.
Indra berjongkok di depanku sambil menguap, “Ngantuk ky, udah malem..”
Aku pukul bahunya kesal, “Kamu gak hargain kedatangan aku jauh jauh hah! Aku juga ngantuk tapi aku gak bisa tidur sebelum ketemu kamu!!”
Indra tertawa pelan sambil mencolek daguku, “Chiee yang kangen, chiee..” ejeknya.
Aku membuang muka kesal, “Nyebelin.. Kamunya pasti gak kangen.” gerutuku.
Tapi secara mendadak Indra menarik daguku, kemudian mengecup bibirku pelan, aku terdiam kaku. Aku menjauhkan wajah karena mukaku terlalu panas, astaga.. begini kah rasanya ciuman? Dia ciuman pertamaku! Aku menunduk malu sambil meremas-remas tanganku, “Ko-kok gitu sih! Kan harusnya ijin dulu!”
Indra tersenyum lembut, dia genggam tanganku sambil menciumnya, “Iya my prince, boleh cium lagi gak?” eh? Dia benar-benar izin, dan ini sukses membuatku terdiam membatu. Aku tidak tau harus menjawab apa, “Diam artinya boleh nih..” desisnya di dekat kupingku, aku merinding dan terpejam. saat itu lah dia jadikan kesempatan untuk kembali menciumku, bukan sekedar ciuman namun juga lumatan yang halus, hangat dan lembab, semakin lama semakin panas membuat ada yang bangun sehingga celanaku menyempit.
“Su-sudah! Aku mau tidur!” ucapku salah tingkah, aku kembali mengambil obor yang aku tancapkan di tanah, saat aku menoleh aku bisa lihat Indra tertawa yang membuatnya semakin manis.
Tapi rasa manis ini tidak berlangsung lama, Nathan yang kekeuh untuk mengantar jemput aku membuat kebersamaanku dengan Indra semakin menipis, apalagi Indra keluar dari club karena harus memperketat jadwal kerjanya. Sudah jarang bertemu, dia tidak memiliki HP pula, ini sukses membuatku menggigil geram. Sedangkan Nathan semakin menempel saja denganku, Nathan sebangku denganku, dia memiliki nomer HP-ku, mengsms nyaris tiap menit dengan banyolan-banyolannya yang menyenangkan, kadang dia meneleponku berjam-jam, heran padahal sudah bertemu setiap hari.
-Indra POV-
Rindu, itu yang aku rasakan sekarang. Seminggu terakhir sangat sulit menemui Kiky, Cuma saat upacara aku bisa melengkungkan senyum ketika bisa melihat wajahnya yang putih dihiasi jerawat-jerawat merah, setelah itu mungkin dia pergi ke kelasnya yang cukup jauh dari kelasku.
Tapi hari ini aku berusaha memperlakukannya dengan baik, sengaja aku buat dua buah kotak bekal yang berisi nasi goreng special buatanku, saat jam istirahat aku berniat mengajaknya makan bersama di taman belakang sekolah.
Sengaja aku datangi kelasnya sayangnya tidak ada sosok Kiky di kelas itu, aku bertanya dengan teman sekelas Kiky, “Dek ada liat Kiky gak?”
Sengaja aku datangi kelasnya sayangnya tidak ada sosok Kiky di kelas itu, aku bertanya dengan teman sekelas Kiky, “Dek ada liat Kiky gak?”
Dia menghentikan tatapannya pada buku, “Tadi aku lihat sama Nathan... mungkin ke kantin.”
Aku tersenyum lembut, “Makasih ya dek...” ucapku sebelum akhirnya meninggalkan kelas itu. Nathan ya.. aku merasa terancam akan sosok orang itu.
Dan benar saja, sesampainya di kantin aku lihat Kiky sangat bahagia. Nathan menyuapinya mie, dia tertawa-tawa sambil menepis tangan Nathan, “Apaan sih lebay ahaha..” ucap Kiky sambil memencet jeruk nipis ke wajah Nathan.
“Aduh duh... essh..” ringis Nathan sambil mengusap matanya.
Kiky terlihat panik, menarik wajahnya dan meniup-niup matanya, “Sorry sorry! Gak bermaksud, suer!” wajah Kiky sangat dekat dengan Nathan. Aku tidak suka.
“Ah kamu nih... atit tau..” rajuk Nathan.
Kiky mencubiti pipi Nathan kemudian mencubit hidungnya, “Ahaha manja banget sih.. gini doang..”
Aku langsung berbalik, memejamkan mataku sambil meremas dada. Aku tidak sanggup melihat lebih dari itu, langsung kumasukkan ke bak sampah bekal tadi karena nafsu makanku sudah hilang. Mataku yang panas tidak bisa aku tangkal, aku berlari ke toilet kemudian menangis sejadi-jadinya. Semudah itu kah bahagia tanpaku?
Semenjak saat itu aku tidak pernah lagi menghampiri Kiky, kabar terakhir yang aku dengar ayahnya sakit keras dan dibawa ke rumah sakit, dia sampai absen berhari-hari. Sayangnya aku yang tidak memiliki motor dan biaya ke kota cukup mahal, untuk makan keluargaku saja susah.
-Kiky POV-
Mataku masih bengkak karena menangisi sakit ayahku, dia batuk darah hingga pingsan beberapa hari lalu, aku sangat takut dia kenapa-kenapa. Ditambah biaya rumah sakit yang mahal membuatku semakin tertekan, keluargaku kikir, mereka sama sekali tidak mau membantu ayahku.
Dengan langkah lemah aku mendatangi administrator, berusaha mengetahui biaya yang harus ditanggung, “Berapa biaya untuk Imam Khairudin?” tanyaku lemah.
“Pembayaran untuk pak Imam Rp. 0, tadi ada seseorang yang sudah melunasi semua biaya dan juga biaya untuk operasi besok.” Aku tercengang mendengar ucapan itu. Hah? Orang baik mana yang mau membantuku disaat genting seperti ini, aku menengok kesana kemari tidak ada orang yang aku kenal. Hingga akhirnya aku kembali ke depan ruangan ayahku, tapi tidak ada ayah disana.
Aku panik sambil menghampiri suster yang memberesi kamar ayah, “Sus, pasien disini mana?” tanyaku khawatir.
“Oh baru saja di pindahkan ke ruangan VIP.” Aku tambah tercengang. Akhirnya aku berlari untuk memeriksa tiap jendela ruang VIP dan itu ayah dengan ibu yang duduk di depannya.
Dan aku tersentak saat melihat ada Nathan duduk di sebuah sofa panjang, pasti ulahnya. Aku langsung menarik Nathan keluar ruangan, “Than kamu yang lunasi biaya ayah?”
Terlihat Nathan bingung menjawabnya, “Eummm sedekar membantu semampunya.”
Aku melirik ruang rawat ayah yang sangat mewah, bahkan ada tv dan kulkas, “Than.. aku gak enak terlalu sering repotin kamu. Pasti suatu hari aku ganti uangmu, tapi jangan ruang VIP ya. Aku gak mampu.”
Nathan tertawa pelan, “Nyantai aja Ky, kamu gak usah pikirin gimana bayarnya, aku sungguh-sungguh tolong kamu, aku ikhlas Ky. Kamu baik, ramah, cakep... ya aku Cuma mau kamu lebih bahagia.”
Aku langsung memeluk Nathan, merasa sangat bersyukur akan kehadirannya disaat sekarang. Tapi disisi lain pikiran jahatku muncul, aku semakin muak dengan Indra yang tidak ada perhatian-perhatiannya di saat aku terpuruk begini, dia seolah hilang ditelan bumi, buat apa aku punya pacar yang tidak berguna. Astaga kenapa aku berpikiran seperti ini? bagaimana pun Indra kekasihku, aku berusaha bertahan mencintainya apa adanya.
Saat aku mulai aktif sekolah, aku menunggu Indra di depan kelasnya, aku berhasil kabur dari Nathan dengan alasan ingin ke toilet dulu. Kulihat mulai ramai orang-orang keluar dari kelasnya, saat Indra terlihat aku langsung menariknya, aku tersenyum semanis mungkin meskipun aku sangat kecewa dengan semua tindakannya selama ini, tapi aku berusaha menjadi kekasih yang tidak rumit, aku tidak mau kami bertengkar karena hal-hal sepele, terus aku simpan rasa kecewaku karena aku ingin selalu di dekatnya, “Apa kabar Dra?”
“Baik..” jawabnya singkat kemudian berjalan lagi. Aku menatapnya kecewa dan terus mengejarnya.
“Dra, umm ada waktu bentar?”
“Aku harus pulang...” ucapnya dengan wajah datar.
Indra berubah, kenapa dia mengabaikanku? Apa dia memiliki pacar lain, rasanya aku mau meledak dan memaki-makinya, tapi aku tetap tersenyum manis dan menggenggam tangannya, “Bentar aja temani aku ya..” Indra tidak mau menatapku, hingga aku merapatkan tubuh dengannya dan meletakkan ke dua tanganku di dadanya, aku mendongak menatap Indraku yang lebih tinggi. Menatapnya dengan tatapan polosku.
Wajahnya memerah meskipun ekspresinya datar, “Yaudah bentar aja..” desisnya pelan.
Aku langsung berjingkrak semangat yes akhirnya aku berhasil, aku tarik dia ke kantin, “Pak baksonya dua dan es jeruk dua..”
Indra langsung menahan tanganku, “Aku gak punya uang buat tratir kamu..”
“Yaudah kita bayar sendiri-sendiri..” ucapku lemas.
“Aku benar-benar gak bawa uang.”
Sabar sabar, haruskah aku mengusap dada sesering ini, “Gak usah dipikirin, aku yang bayar..” ucapku akhirnya, apa boleh buat tabunganku harus terkuras. Bagi orang lain mungkin uang dua puluh enam ribu tidak ada artinya, tapi itu sangat berarti buatku yang seharinya hanya diberi jajan tiga ribu. Tapi aku mau saja berkorban, walau dengan hati sedikit tidak ikhlas. Rasanya kesal, Indra yang dominan nyatanya tidak memberiku kemudahan, rasanya lagi lagi kalimat itu muncul, ‘Kenapa pacarku tidak berguna?’
“Makasih.. umm ada apa, Kiky?”
Aku menarik nafas dalam-dalam, rasanya aku mau memaki-maki dia kenapa kamu berubah? Kenapa kamu gak berguna? Kenapa kamu bikin perasaanku kacau, tapi aku memaksakan senyuman palsu itu lagi dan menggenggam tangannya, “Aku kangen, Dra..” desisku pelan.
Indra langsung menarik tangannya, “Banyak orang disini. Gak pantes.”
Tuhaan.. demi apapun aku ingin menangis meraung-raung sekarang! Kenapa Indra begitu menyebalkan? Aku sabar, benar-benar sabar bisa bersikap seolah tidak terjadi apa-apa, bahkan dia tidak menanyakan keadaan ayahku. Mana perhatiannya?
Sedangkan Nathan selalu ada untukku, aku terpaku ternyata dia bukan orang kaya sombong yang jaim makan-makanan kampung, saat ke rumahku dia makan lalapan kangkung, ikan bakar dan sambel terasi begitu lahap, tidak seperti bule kebanyakan yang makannya steak atau spagettie. Dia juga mengajakku berjalan-jalan di kota, kami berfoto-foto saat di museum, di monumen, dan mall.. aku sangat jarang ke mall karena jauh dari desaku, aku juga bisa merasakan AC mobil yang nyaman.
Nathan berbagi banyak keindahan denganku, dia juga baik, aku sangat antusias. Astaga... apa semua kekesalanku terhadap Indra muncul karena aku membandingkannya dengan Nathan? Karena aku tidak bersyukur dengan Indra.. tapi... coba kamu bayangkan posisiku, ketika seorang teman saja bisa sangat berguna untukmu, lalu pacarmu yang kere tidak berguna, bagaimana tidak marah?
Nathan membelikanku tablet, kali ini aku merasa dia terlalu berlebihan, “Than... kamu jangan kaya gini. Aku gak bisa terima semua kebaikan kamu, aku gak sanggup balas budi...”
“Kamu gak usah terlalu banyak berpikir, cukup jadi pacarku sudah membuatku bahagia..” desis Nathan sambil menggenggam tanganku.
Aku terdiam beberapa menit, menjadi pacar Nathan? Bule tampan yang memilik harta dan juga hati yang baik? Siapa yang bisa menolaknya? Aku bisa... aku menggeleng pelan, “Maaf Than... Aku sudah punya pacar.”
“Indra? Come on beb, kemana dia saat kamu perlukan? Saat kamu terpuruk? Apa pembuktian cintanya? Mana pengorbanannya? Tidak ada kan...”
Nathan benar, aku menangis sekarang, aku hanya bisa tertunduk sambil meremas tanganku. Tapi mendadak Nathan menarik bahuku, aku tersentak saat merasakan bibir lembabnya menciumku dengan ganas, aku langsung menampar Nathan.
Nathan benar, aku menangis sekarang, aku hanya bisa tertunduk sambil meremas tanganku. Tapi mendadak Nathan menarik bahuku, aku tersentak saat merasakan bibir lembabnya menciumku dengan ganas, aku langsung menampar Nathan.
“Aku gak mau! Than, kamu memang sahabat yang baik, aku benar-benar menyukaimu. Tapi apapun posisi Indra, aku berkomitment dengannya. Apapun yang terjadi aku gak bakal tinggalin dia.”
Nathan menghela nafas berat, “Aku sayang kamu, Ki. Kamu manis, baik, nyambung ngobrol denganku, aku benar-benar nyaman dengan kamu, kamu tulus gak kaya temen-temen aku di kota. Hemmh... aku akan terus nunggu, Ky, sampai hatimu benar yakin buat milih aku.”
Bagaimana pun merebut kekasih orang lain itu tidak baik, bukan?
--
Ulang tahunku yang ke 17, sangat sedih karena Nathan tidak menjemputku, dia bilang sedang sakit dan terpaksa absen hari ini. ulang tahunku akan semakin buruk pastinya. Dan Indra, apa dia mengingat ulang tahunku? Ini ulang tahunku yang sangat penting, ah.. mungkin aku terlalu drama, ulang tahun atau bukan sama saja kan?
Kelas tertutup, tumben? Saat aku membuka kelas, terdengar teriakan, “Surprise!!!”
Teman-teman sekelas? Aku tercengang melihat kelas yang dihias sedemikian rupa, teman-teman memakai topi ulang tahun, menebar kertas-kertas kecil wah mereka akan kena amuk pak guru nanti. Dan aku semakin tersentuh saat seseorang keluar dari balik kain, Nathan membawa kue ulang tahun besar dengan lilin 17 tahun dan juga tulisan ‘Happy birthday My lovely Kiky’ aku benar-benar pangling, pasti Nathan yang merancang semuanya. “Make a wish!” ucapnya girang.
Aku memejamkan mata sambil mengucapkan doa dalam hati. ‘Terimakasih atas segala nikmat ini, tapi semua ini membuatku semakin angkuh. Sadarkan aku agar kembali mencintai lelaki manisku, ingatkan aku bahwa bisikan-bisikan akan gemerlapnya dunia ini tidak menjamin kebahagiaanku. Berikan aku arti bahagia yang sesungguhnya...”
Aku pun meniup lilin tadi diiringi tepuk tangan teman-teman.
Mendadak ada seseorang muncul dari pintu kelas, “Ramai sekali..” ucapnya. Teman-teman mulai menyingkir untuk memberi jalan.
“Hm..” gumamku dingin saat mengetahui orang itu adalah Indra.
“Ada acara apa ini?” tanyanya dengan wajah polos. Dia tanya ada apa? Disaat semuanya tau dan merayakan, kekasihku sendiri tidak tau? Bayangkan betapa nyeseknya.
Aku mau meledak sekarang, melirik bell masuk masih 15 menit lagi, aku menarik Indra ke luar sekolahan, “Kamu tau hari ini hari apa?” tanyaku dingin.
“Memangnya hari apa?” tanyanya balik dengan wajah polos.
Aku mendidih, aku tinju wajahnya dengan keras, “Kau menyebalkan!!! Pacar macam apa hah yang tidak tau ulang tahun pacarnya sendiri? Kamu kemana aja Ndra? Kamu gak kaya Nathan yang selalu berkorban buat aku, selalu ada buat aku dan juga berguna buat aku. Kamu apa? Bahkan waktu buat aku saja kamu gak punya!!! Aku capek aku capek!! Aku benar-benar capek... aku bela-belain nolak Nathan Cuma untuk orang tolol kaya kamu tapi kamu kaya gini sikapnya hah?”
Wajah Indra menjadi suram, aku tau membandingkannya dengan orang lain itu salah, tapi ini kenyataannya bukan? Wajah Indra mendadak ceria, “Aku Cuma pura-pura gak tau kok.. nih aku punya hadiah untuk kamu..”
Saat dia mengeluarkan sesuatu dari tasnya aku menepis benda itu hingga jatuh ke tengah jalan, “Persetan dengan hadiahmu! Kita putus, aku capek!”
Indra berlari ke tengah jalan untuk mengambil hadiah itu kemudian terdengar suara benturan keras.
BRUUUKKK KREEEKKK KREEKK..
Aku berbalik, kulihat Indra tertabrak dan terseret di bawah kolong mobil itu beberapa meter, aku berlari cepat, aku langsung menutup mulutku dan air mataku terhambur melihat kondisi Indra yang menggenaskan terlindas di ban mobil. “DRA! INDRA!!!” teriakku sambil membungkuk.
Aku lihat Indra masih sadar, matanya menyipit karena banyak darah mulai masuk ke matanya, “Ah.. enmm Kiky... si-simpannhh hadiahku i-ini baik-baik.. aku haraphh eumm kau dengar isinya.. essh aku mencintaimu Ky..” Tangan Indra yang bergetar menyerahkan kotak kepadaku, sebuah kotak musik? aku menangis histeris sambil berteriak minta tolong, Nathan mengemudikan mobilnya untuk mengantar Indra ke rumah sakit, aku yang duduk di belakang terus menangis dengan kepala Indra yang aku pangku, tubuhku yang berlumuran darah tidak lagi aku perdulikan, suaraku rasanya hilang karena tenggorokanku yang tercekat.
Aku buka kotak musik itu, terlihat ada boneka dua lelaki sedang berdansa dan aku mendengar suara Indra disana, “Happy birthday to you.. happy birthday to you.. happy birthday happy birthday, happy birthday kiky~ wah pacarku sudah dewasa ya, sudah 17 tahun, berarti boleh dong ehem? Ahaha aku bicara apa coba... Masalah Nathan.. dulu kau pernah bertanya, ‘Kau tidak cemburu Nathan menjemputku terus?’ sebenarnya aku cemburu, sangat cemburu... tapi aku bisa apa? Aku tidak punya motor, aku kere... aku ingin kau bahagia, aku ingin kamu baik-baik saja, bisa merasakan kemudahan hidup meskipun aku harus mengorbankan perasaanku, aku tidak perduli, yang penting kamu gak capek, kamu gak kepanasan. Aku hanya bisa memberi kesengsaraan untukmu. Tapi ternyata keputusan yang aku pilih salah, kalian semakin dekat, aku lihat kalian sangat mesra di kantin, kau tau rasanya? Sakit... rasanya dadaku tercabik-cabik melihat kamu bahagia dengan orang lain, aku hanya orang yang tidak berguna. Bahkan ayahmu sakit pun aku tidak bisa membantu karena keterbatasanku. Aku bisa apa... aku tidak mungkin banyak menuntut, aku hanya pasrah dengan hubungan kita, oh ya aku meminta maaf, akhir-akhir ini aku tidak punya waktu untukmu, saat itu aku melihat kotak musik mengesankan ini di suatu toko mainan, harganya sangat mahal untukku, tapi aku rasa akan sangat cocok untuk hadiah kenangan yang bisa kau simpan kapan pun, dengan keuanganku yang sedikit aku berkerja mati-matian, bahkan aku harus membuang hobiku karena memperketat jadwal kerjaku, semua untukmu. Mungkin ini hanya benda bodoh tidak bermanfaat bagimu, tapi kau bisa mengenangku kapanpun, bahwa aku sungguh-sungguh mencintaimu, akan selalu mencintaimu, sampai nafas terakhirku...”
Aku menangis menggigil mendengar pernyataan Indra, dan aku lebih terpukul saat tangannya menjadi dingin dan denyut nadinya hilang, “Dra! Dra kamu kuat kan! Aku mohon Dra... tolong bertahan... aku juga mencintaimu.. maafin aku yang salah menilaimu.. maaf Dra! Tolong jangan hukum aku begini..”
Aku hanya bisa menangis dalam penyesalan atas ketidak syukuranku. Tapi ini mungkin jawaban dari doa ulang tahunku, menyadarkanku dengan cara yang menyakitkan.
END
Admin Revan
1 komentar:
ini nih si Kiky kebanyakan nton sinetron jadi kebawa alay, tau ngga ki gimana perjuangan Indra? mungkin kisah cinta kalian ga seindah..#ditimpuk bakiak
JADI INDRA GIMANA?
ya ampun ini author doyan bener bikin cerita gantung. hiks
Posting Komentar